Ketika Ratusan Raja Berkumpul di Kota Kembang
Akhir pekan ini, Bandung tak seperti biasanya, terasa lebih istimewa. Bukan karena ada Trans Studio Bandung (TSB) yang baru dibuka minggu lalu, melainkan kedatangan ratusan raja dan sultan dari seluruh kerajaan dan kesultanan se-Indonesia. Apa yang mereka lakukan? Mau mencicipi aneka kuliner khas Kota Kembang, belanja di FO, mencoba wahana TSB atau ada hal lain?
Sekurangnya 220 raja dan sultan dan se-Indonesia berkumpul di Bandung, Sabtu ini (25/6/20110). Mereka datang untuk acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Raja dan Sultan Se-Nusantara 2011 di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung hingga Minggu (26/6/2011).
Kedatangan para raja dan sultan ini menarik perhatian warga Bandung dan juga wisatawan yang tengah berwisata di Kota Kembang, terutama saat mereka berjalan kaki di Jalan Asia-Afrika dari Hotel Savoy Homann menuju Gedung Merdeka sekitar pukul 09.15 WIB hingga sempat memacetkan jalan tersebut.
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin atau Sultan Palembang, salah satu sultan yang menjadi pusat perhatian. Begitupun dengan keberadaan puluhan permaisuri yang mendampingi sang rang raja serta putra dan putri mahkota.
Rombongan spesial itu dikawal dua orang Papua dengan iringan musik khas Papua. Perjalanan mereka dijaga ketat sejumlah polisi dan tentara. Setelah para raja dan sultan masuk Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika kembali dibuka untuk umum.
Ketua Panitia Silatnas Raja dan Sultan se-Nusantara kedua, Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuan Cirebon, P.R.A. Arief Natadiningrat mengatakan jumlah total peserta Siltnas II ini ada 300 orang, terdiri atas 220 raja dan sultan, 80 permaisuri, dan sisanya putra dan putri mahkota.
Silatnas II yang dibuka secara resmi oleh Wapres Boediono bertujuan untuk meminta perhatian pemerintah terkait bermacam permasalahan yang mereka alami selama ini. Silatnas II ini merupakan kelanjutan dari Silatnas I yang sebelumnya diadakan di Jakarta pada 2009.
Sekretaris Silatnas II, Benny Ahmad Samu Samu yang juga Raja Samu Samu VI dari Negeri Abubu, Pulau Nusa Laut, Maluku mengatakan Silatnas I menghasilkan 5 rekomendasi yakni mengembalikan pelajaran sejarah kerajaan dan kesultanan dalam kurikulum pendidikan, meminta pemerintah untuk mengembalikan identitas raja dan sultan yang selama ini terkesan dimarginalkan, meminta pemerintah melibatkan sultan dan raja secara langsung dalam pengesahan undang-undang adat, meminta pemerintah agar melakukan pemberdayaan ekonomi kreatif secara langsung dari pemerintah untuk sultan dan raja serta masyarakat di lingkungan keraton, dan terakhir meminta pemerintah pusat hingga daerah agar menjadi mitra kerja sultan dan raja.
Pada silatnas II inilah kelima rekomendasi tersebut akan dipertanyakan lagi ke pemerintah, mengapa belum juga direspon sepenuhnya sampai saat ini.
Silatnas Raja dan Sultan Se-Nusantara II ini juga dihadiri sejumlah menteri KIB 2 antara lain Menbudpar Jero Wacik, Menag Suyadharma Ali, MenPAN-Rebiro (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) EE Mangindaan, dan Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan dengan Wakilnya H. Dede Yusuf, serta Raja Mindanao dari Filipina, perwakilan Kesultanan Srilanka, dan pengamat bangsawan dari Belanda.
Pada kesempatan itu, Jero Wacik mengimbau para raja dan sultan agar keraton atau istana raja yang menjadi obyek wisata dikemas lebih menarik agar dapat menjaring wisatawan lebih banyak lagi.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Sekurangnya 220 raja dan sultan dan se-Indonesia berkumpul di Bandung, Sabtu ini (25/6/20110). Mereka datang untuk acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Raja dan Sultan Se-Nusantara 2011 di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung hingga Minggu (26/6/2011).
Kedatangan para raja dan sultan ini menarik perhatian warga Bandung dan juga wisatawan yang tengah berwisata di Kota Kembang, terutama saat mereka berjalan kaki di Jalan Asia-Afrika dari Hotel Savoy Homann menuju Gedung Merdeka sekitar pukul 09.15 WIB hingga sempat memacetkan jalan tersebut.
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin atau Sultan Palembang, salah satu sultan yang menjadi pusat perhatian. Begitupun dengan keberadaan puluhan permaisuri yang mendampingi sang rang raja serta putra dan putri mahkota.
Rombongan spesial itu dikawal dua orang Papua dengan iringan musik khas Papua. Perjalanan mereka dijaga ketat sejumlah polisi dan tentara. Setelah para raja dan sultan masuk Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika kembali dibuka untuk umum.
Ketua Panitia Silatnas Raja dan Sultan se-Nusantara kedua, Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuan Cirebon, P.R.A. Arief Natadiningrat mengatakan jumlah total peserta Siltnas II ini ada 300 orang, terdiri atas 220 raja dan sultan, 80 permaisuri, dan sisanya putra dan putri mahkota.
Silatnas II yang dibuka secara resmi oleh Wapres Boediono bertujuan untuk meminta perhatian pemerintah terkait bermacam permasalahan yang mereka alami selama ini. Silatnas II ini merupakan kelanjutan dari Silatnas I yang sebelumnya diadakan di Jakarta pada 2009.
Sekretaris Silatnas II, Benny Ahmad Samu Samu yang juga Raja Samu Samu VI dari Negeri Abubu, Pulau Nusa Laut, Maluku mengatakan Silatnas I menghasilkan 5 rekomendasi yakni mengembalikan pelajaran sejarah kerajaan dan kesultanan dalam kurikulum pendidikan, meminta pemerintah untuk mengembalikan identitas raja dan sultan yang selama ini terkesan dimarginalkan, meminta pemerintah melibatkan sultan dan raja secara langsung dalam pengesahan undang-undang adat, meminta pemerintah agar melakukan pemberdayaan ekonomi kreatif secara langsung dari pemerintah untuk sultan dan raja serta masyarakat di lingkungan keraton, dan terakhir meminta pemerintah pusat hingga daerah agar menjadi mitra kerja sultan dan raja.
Pada silatnas II inilah kelima rekomendasi tersebut akan dipertanyakan lagi ke pemerintah, mengapa belum juga direspon sepenuhnya sampai saat ini.
Silatnas Raja dan Sultan Se-Nusantara II ini juga dihadiri sejumlah menteri KIB 2 antara lain Menbudpar Jero Wacik, Menag Suyadharma Ali, MenPAN-Rebiro (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) EE Mangindaan, dan Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan dengan Wakilnya H. Dede Yusuf, serta Raja Mindanao dari Filipina, perwakilan Kesultanan Srilanka, dan pengamat bangsawan dari Belanda.
Pada kesempatan itu, Jero Wacik mengimbau para raja dan sultan agar keraton atau istana raja yang menjadi obyek wisata dikemas lebih menarik agar dapat menjaring wisatawan lebih banyak lagi.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar