Indonesia Belajar Pengelolaan Geopark ke Cina
Pemeritah Indonesia serius menggarap 4 geopark sebelum diajukan ke UNESCO agar menjadi geopark dunia. Keseriusan itu dibuktikan dengan melakukan studi banding ke Cina untuk belajar pengelolaan geopark yang baik. Apa saja keempat geopark itu dan mengapa harus belajar ke negara tirai bambu?
Studi banding pengelolaan geo park ke Cina dilakukan Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP), Kemenbudpar Firmansyah Rahim, pekan ini. Demikian disampaikan Lokot Ahmad Enda selaku Deputy Director for Tourism Product Facilitation, Ditjen PDP, Kemenbudpar di Jakarta, Senin lalu.
Menurut Lokot, Cina dipilih karena mempunyai sekitar 15 geopark yang beberapa di antaranya diakui United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi PBB untuk bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan sebagai geopark dunia. “Pengelolaan geopark-nya dinilai baik,” terang Lokot.
Sebenarnya sejumlah negara lain seperti Australia, Amerika, Malaysia, dan beberapa negara di Eropa juga mempunyai geopark dunia tapi Indonesia menilai Cina berpengalaman mengelola geoparknya hingga menjadi geopark dunia yang diakui UNESCO. "Dari kunjungan ke geopark Cina nanti diambil mana yang sesuai dan terbaik buat pengelolaan geopark di Indonesia. Bukankah kita dianjurkan belajarlah hingga ke negeri Cina, bukan ke negera-negara Eropa dan lainnya,” tambah Lokot.
Sampai saat ini Indonesia baru memiliki 2 geopark nasional yakni Geopark Pacitan, Jawa Timur dan Geopark Batur, Bali. Dua geopark lagi sedang dalam proses pembentukan yakni Geopark Danau Toba, Sumatera Utara dan Geopark Raja Ampat, Papua.
Kata Lokot, keempat geopark tersebut nantinya akan diusulkan ke UNESCO atau anjuran Presiden SBY agar menjadi geopark dunia atau masuk dalam Global Geoparks Network (GGN).
Keuntungannya kalau sudah diakui UNESCO sebagai GGN, otomatis geopark Indonesia akan tercantum dalam website UNESCO dan secara tidak langsung terpublikasikan ke dunia. “Jadi kita tak perlu susah payah lagi mempromosikannya. Dengan begitu para geologis dunia dan wisman akan berdatangan ke geo park Indonesia,” jelasnya.
Indonesia sebenarnya memiliki banyak kawasan yang potensial dijadikan geopark. Namun keterbatasan dana dan Sumber Daya Manusia, hingga sekarang baru 4 yang akan diajukan ke UNESCO. “Untuk menjadikannya geopark dunia itu biayanya mahal, karena harus memeneuhi kriteria yang diberlakukan UNESCO,” ungkapnya tanpa merinci apa saja kriteria dan berapa besar biayanya.
Dihuni Masyarakat
Syarat menjadi sebuah kawasan geopark atau taman bumi, lanjut Lokot bukan hanya karena mempunyai kekhasan bumi atau batuannya. Melainkan juga harus ada masyarakatnya yang sudah lama mendiami kawasan tersebut. Kalau tidak ada masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut, tidak bisa dijadikan geopark. Inilah yang membedakan geopark dengan taman nasional atau national park,” terangnya.
Pacitan dijadikan geopark nasional karena daerah tersebut merupakan kawasan batu karst dengan sejumlah gua alaminya. Sementara Batur dengan gunung aktif dan danaunya. Sedangkan Danau Toba merupakan danau vulaknik bekas letusan gunung purba raksasa atau supervolcano, dan Raja Ampat merupakan kawasan yang berisi hamparan pulau karang berbentuk bukit di atas perairan.
Semua kawasan tersebut dihuni manusia yang hidup berdampingan dengan alam, memanfaatkan alam tersebut buat kelangsungan hidup dengan bijaksana, dan juga berbudaya sesuai dengan karakteristik alamnya.
“Kalau nanti Danau Toba menjadi geopark, nantinya ada tulisan Wellcome to Tao Toba Geopark bukan lagi selamat datang di Danau Toba. Tao artinya Danau, “ jelasnya.
Upaya yang dilakukan Kemenbudpar untuk menjadikan Danau Toba sebagai geopark dunia, lanjut Lokot, selain belajar pengelolaan geopark ke Cina, sebelumnya memasukan kawasan tersebut sebagai salah satu organisasi tata kelola destinasi atau destination management organization (DMO), membuat buletin pariwisata Danau Toba, dan ikut terlibat dalam pembentukan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN) Danau Toba bersama sejumlah kementerian terkait lainnya.
Andai nanti keempat geopark Indonesia belum berhasil lolos kriteria UNESCO, tambah Lokot, keempatnya akan tetap menjadi geopark nasional dan pengelolaannya akan terus ditingkatkan agar kelak diakui UNESCO menjadi geopark dunia berikutnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Studi banding pengelolaan geo park ke Cina dilakukan Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP), Kemenbudpar Firmansyah Rahim, pekan ini. Demikian disampaikan Lokot Ahmad Enda selaku Deputy Director for Tourism Product Facilitation, Ditjen PDP, Kemenbudpar di Jakarta, Senin lalu.
Menurut Lokot, Cina dipilih karena mempunyai sekitar 15 geopark yang beberapa di antaranya diakui United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi PBB untuk bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan sebagai geopark dunia. “Pengelolaan geopark-nya dinilai baik,” terang Lokot.
Sebenarnya sejumlah negara lain seperti Australia, Amerika, Malaysia, dan beberapa negara di Eropa juga mempunyai geopark dunia tapi Indonesia menilai Cina berpengalaman mengelola geoparknya hingga menjadi geopark dunia yang diakui UNESCO. "Dari kunjungan ke geopark Cina nanti diambil mana yang sesuai dan terbaik buat pengelolaan geopark di Indonesia. Bukankah kita dianjurkan belajarlah hingga ke negeri Cina, bukan ke negera-negara Eropa dan lainnya,” tambah Lokot.
Sampai saat ini Indonesia baru memiliki 2 geopark nasional yakni Geopark Pacitan, Jawa Timur dan Geopark Batur, Bali. Dua geopark lagi sedang dalam proses pembentukan yakni Geopark Danau Toba, Sumatera Utara dan Geopark Raja Ampat, Papua.
Kata Lokot, keempat geopark tersebut nantinya akan diusulkan ke UNESCO atau anjuran Presiden SBY agar menjadi geopark dunia atau masuk dalam Global Geoparks Network (GGN).
Keuntungannya kalau sudah diakui UNESCO sebagai GGN, otomatis geopark Indonesia akan tercantum dalam website UNESCO dan secara tidak langsung terpublikasikan ke dunia. “Jadi kita tak perlu susah payah lagi mempromosikannya. Dengan begitu para geologis dunia dan wisman akan berdatangan ke geo park Indonesia,” jelasnya.
Indonesia sebenarnya memiliki banyak kawasan yang potensial dijadikan geopark. Namun keterbatasan dana dan Sumber Daya Manusia, hingga sekarang baru 4 yang akan diajukan ke UNESCO. “Untuk menjadikannya geopark dunia itu biayanya mahal, karena harus memeneuhi kriteria yang diberlakukan UNESCO,” ungkapnya tanpa merinci apa saja kriteria dan berapa besar biayanya.
Dihuni Masyarakat
Syarat menjadi sebuah kawasan geopark atau taman bumi, lanjut Lokot bukan hanya karena mempunyai kekhasan bumi atau batuannya. Melainkan juga harus ada masyarakatnya yang sudah lama mendiami kawasan tersebut. Kalau tidak ada masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut, tidak bisa dijadikan geopark. Inilah yang membedakan geopark dengan taman nasional atau national park,” terangnya.
Pacitan dijadikan geopark nasional karena daerah tersebut merupakan kawasan batu karst dengan sejumlah gua alaminya. Sementara Batur dengan gunung aktif dan danaunya. Sedangkan Danau Toba merupakan danau vulaknik bekas letusan gunung purba raksasa atau supervolcano, dan Raja Ampat merupakan kawasan yang berisi hamparan pulau karang berbentuk bukit di atas perairan.
Semua kawasan tersebut dihuni manusia yang hidup berdampingan dengan alam, memanfaatkan alam tersebut buat kelangsungan hidup dengan bijaksana, dan juga berbudaya sesuai dengan karakteristik alamnya.
“Kalau nanti Danau Toba menjadi geopark, nantinya ada tulisan Wellcome to Tao Toba Geopark bukan lagi selamat datang di Danau Toba. Tao artinya Danau, “ jelasnya.
Upaya yang dilakukan Kemenbudpar untuk menjadikan Danau Toba sebagai geopark dunia, lanjut Lokot, selain belajar pengelolaan geopark ke Cina, sebelumnya memasukan kawasan tersebut sebagai salah satu organisasi tata kelola destinasi atau destination management organization (DMO), membuat buletin pariwisata Danau Toba, dan ikut terlibat dalam pembentukan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN) Danau Toba bersama sejumlah kementerian terkait lainnya.
Andai nanti keempat geopark Indonesia belum berhasil lolos kriteria UNESCO, tambah Lokot, keempatnya akan tetap menjadi geopark nasional dan pengelolaannya akan terus ditingkatkan agar kelak diakui UNESCO menjadi geopark dunia berikutnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar