14 Trik Menikmati Gunung Semeru Saat Waspada
Gunung Semeru di Jawa Timur kini sedang berstatus Waspada tingkat dua. Warga dan pengunjung disarankan tidak beraktivitas dalam radius 4 Km dari puncaknya. Kendati begitu gunung tertinggi di Pulau Jawa ini tetap berdaya pikat tinggi sekalipun tengah bergejolak. Untuk menikmatinya perlu trik khusus. Apa saja triknya?
Kendati gunung meletus bukanlah sesuatu hal baru. Tetap saja fenomena alam ini menarik perhatian banyak orang, bukan hanya para geologis pun wisatawan minat khusus yang gemar mendaki gunung, pendaki, dan peneliti, pun masyarakat umum.
Gunung aktif yang tengah bergejolak pra-erupsi pun menarik dikunjungi. Banyak pencinta gunung yang menunggu kapan gunung itu memuntahkan laharnya untuk diabadikan.
Kondisi ini bukan hanya terjadi di negara lain, di Indonesia yang nota bene negara bergunung api terbanyak ini sejumlah gunungnya diminati wisatawan minat khusus, justru saat sedang meletus. Sekurangnya ada 5 gunung api aktif di Indonesia yang diminati saat erupsi, yakni Gunung Merapi, Bromo, Krakatau, Sinabung, dan Gunung Semeru.
Kini giliran Semeru yang menjadi pusat perhatian setelah statusnya naik menjadi Waspada level 2 sejak Selasa, 21 Juni 2011. Meski ada anjuran untuk tidak beraktivitas 4 Km dari puncaknya, tetap saja banyak orang yang ingin menikmatinya dari dekat.
Berwisata ke gunung yang tengah bergejolak sebenarnya boleh-boleh saja. Toh justru ini membantu masyarakat setempat agar tidak kehilangan pendapatannya sama sekali.
Namun yang perlu diingat tentu wisata yang dilakukan berbeda dengan wisata saat gunung itu aman-aman saja. Perlu trik agar wisata ke gunung bergejolak seperti ke Semeru saat ini. Berikut 14 trik menikmati Semeru saat Waspada versi TravelPlus Indonesia :
1. Pantau terus informasi terkini kondisi Gunung Semeru. Ambil informasi terakurat dari nara sumber yang mengerti dan dapat dipercaya seputar keberadaannya. Jangan percaya dengan berita yang simpang-siur atau isu yang justru meresahkan masyarakat.
2. Kalau ada anjuran untuk tidak beraktivitas sampai batas tertentu, sebaiknya didengarkan tapi bukan berarti semua kawasan atau sisi gunung ini berbahaya.
3. Mendaki Semeru saat aktivitas vulkaniknya meningkat seperti sekarang ini sampai puncaknya, rasanya tidak mungkin. Pertama, jelas dilarang petugas berwenang, kedua kemungkinan sampai ke puncaknya juga kecil.
Kendati gunung meletus bukanlah sesuatu hal baru. Tetap saja fenomena alam ini menarik perhatian banyak orang, bukan hanya para geologis pun wisatawan minat khusus yang gemar mendaki gunung, pendaki, dan peneliti, pun masyarakat umum.
Gunung aktif yang tengah bergejolak pra-erupsi pun menarik dikunjungi. Banyak pencinta gunung yang menunggu kapan gunung itu memuntahkan laharnya untuk diabadikan.
Kondisi ini bukan hanya terjadi di negara lain, di Indonesia yang nota bene negara bergunung api terbanyak ini sejumlah gunungnya diminati wisatawan minat khusus, justru saat sedang meletus. Sekurangnya ada 5 gunung api aktif di Indonesia yang diminati saat erupsi, yakni Gunung Merapi, Bromo, Krakatau, Sinabung, dan Gunung Semeru.
Kini giliran Semeru yang menjadi pusat perhatian setelah statusnya naik menjadi Waspada level 2 sejak Selasa, 21 Juni 2011. Meski ada anjuran untuk tidak beraktivitas 4 Km dari puncaknya, tetap saja banyak orang yang ingin menikmatinya dari dekat.
Berwisata ke gunung yang tengah bergejolak sebenarnya boleh-boleh saja. Toh justru ini membantu masyarakat setempat agar tidak kehilangan pendapatannya sama sekali.
Namun yang perlu diingat tentu wisata yang dilakukan berbeda dengan wisata saat gunung itu aman-aman saja. Perlu trik agar wisata ke gunung bergejolak seperti ke Semeru saat ini. Berikut 14 trik menikmati Semeru saat Waspada versi TravelPlus Indonesia :
1. Pantau terus informasi terkini kondisi Gunung Semeru. Ambil informasi terakurat dari nara sumber yang mengerti dan dapat dipercaya seputar keberadaannya. Jangan percaya dengan berita yang simpang-siur atau isu yang justru meresahkan masyarakat.
2. Kalau ada anjuran untuk tidak beraktivitas sampai batas tertentu, sebaiknya didengarkan tapi bukan berarti semua kawasan atau sisi gunung ini berbahaya.
3. Mendaki Semeru saat aktivitas vulkaniknya meningkat seperti sekarang ini sampai puncaknya, rasanya tidak mungkin. Pertama, jelas dilarang petugas berwenang, kedua kemungkinan sampai ke puncaknya juga kecil.
4. Mengurungkan niat sementara mendaki Semeru sampai atapnya saat bergejolak, rasanya pilihan paling logis.
5. Alternatifnya mencari lokasi lain yang aman untuk melihatnya dari dekat. Justru dengan begitu kita akan mendapatkan sudut lain dari Semeru. Toh melihatnya tidak melulu harus dari jalur umum seperti dari Ranu Pane dan jalur lainnya.
6. Ajak penduduk setempat yang benar-benar mengetahui rute jalan ke lokasi tersebut.
7. Hindari sungai, lembah-lembah yang biasa menjadi lokasi aliran lahar Semeru.
8. Lokasi yang aman terhindar dari sapuan lahar adalah dari bukit atau gunung lain di sekitar Semeru.
9. Bawa perlengkapan perjalanan, navigasi dan keselamatan yang memadai, seperti GPS, masker dan lainnya selain bekal makan dan minum yang cukup.
10. Jangan berlama-lama di lokasi, kecuali lokasinya memang dinyatakan aman.
11. Berhasil mengabadikan Semeru saat bergejolak apalagi pas erupsi memang membanggakan dan pasti laku dijual. Tapi perlu diingat, jangan karena ngotot mendapatkan itu, keselamatan jiwa Anda terabaikan. Bagaimanapun berwisata sekalipun ke gunung saat bergejolak, keamanan dan keselamatan jiwa menjadi prioritas utama.
12. Ubah orientasi wisata Anda dari semula mendaki Semeru sampai atapnya menjadi wisata pemantauan atau lebih baik lagi wisata pertolongan, maksudnya berwisata sambil membantu memenangkan masyarakat di kaki gunung dengan memberi penjelasan terkait anjuran yang dikeluarkan pihak berkompeten yakni petugas Pos Pengamat Gunung Api (PPGA) Semeru dari hasil pencatatan alat pencatat gempa atau seismograf di gunung berketinggian 3.676 m dpl ini. Bukankah tidak ada aturan kalau berwisata ke gunung itu harus selalu sampai puncaknya.
13. Catat dan dokumentasikan pengalaman Anda selama berwisata ke Semeru saat bergejolak. Rasakan bedanya dibanding berkunjung ketika Semeru baik-baik saja atau berstatus aman.
14. Jika Semeru sudah kembali normal dan dinyatakan benar-benar aman untuk pendakian oleh petugas PPGA setempat, inilah waktu terbaik buat Anda mendaki hingga Mahameru, atapnya. Dan jangan lupa abadikan perubahan yang terjadi pasca-bergejolak atau setelah erupsi, seperti bentuk puncaknya, perubahan ketinggian, kondisi flora dan hutannya, atau mungkin perubahan yang terjadi di sekitar ranu (danau), dan lainnya.
Naskah: Adji TravelPlus, IG @adjitropis
Foto: Iwoe #rekanpendaki
5. Alternatifnya mencari lokasi lain yang aman untuk melihatnya dari dekat. Justru dengan begitu kita akan mendapatkan sudut lain dari Semeru. Toh melihatnya tidak melulu harus dari jalur umum seperti dari Ranu Pane dan jalur lainnya.
6. Ajak penduduk setempat yang benar-benar mengetahui rute jalan ke lokasi tersebut.
7. Hindari sungai, lembah-lembah yang biasa menjadi lokasi aliran lahar Semeru.
8. Lokasi yang aman terhindar dari sapuan lahar adalah dari bukit atau gunung lain di sekitar Semeru.
9. Bawa perlengkapan perjalanan, navigasi dan keselamatan yang memadai, seperti GPS, masker dan lainnya selain bekal makan dan minum yang cukup.
10. Jangan berlama-lama di lokasi, kecuali lokasinya memang dinyatakan aman.
11. Berhasil mengabadikan Semeru saat bergejolak apalagi pas erupsi memang membanggakan dan pasti laku dijual. Tapi perlu diingat, jangan karena ngotot mendapatkan itu, keselamatan jiwa Anda terabaikan. Bagaimanapun berwisata sekalipun ke gunung saat bergejolak, keamanan dan keselamatan jiwa menjadi prioritas utama.
12. Ubah orientasi wisata Anda dari semula mendaki Semeru sampai atapnya menjadi wisata pemantauan atau lebih baik lagi wisata pertolongan, maksudnya berwisata sambil membantu memenangkan masyarakat di kaki gunung dengan memberi penjelasan terkait anjuran yang dikeluarkan pihak berkompeten yakni petugas Pos Pengamat Gunung Api (PPGA) Semeru dari hasil pencatatan alat pencatat gempa atau seismograf di gunung berketinggian 3.676 m dpl ini. Bukankah tidak ada aturan kalau berwisata ke gunung itu harus selalu sampai puncaknya.
13. Catat dan dokumentasikan pengalaman Anda selama berwisata ke Semeru saat bergejolak. Rasakan bedanya dibanding berkunjung ketika Semeru baik-baik saja atau berstatus aman.
14. Jika Semeru sudah kembali normal dan dinyatakan benar-benar aman untuk pendakian oleh petugas PPGA setempat, inilah waktu terbaik buat Anda mendaki hingga Mahameru, atapnya. Dan jangan lupa abadikan perubahan yang terjadi pasca-bergejolak atau setelah erupsi, seperti bentuk puncaknya, perubahan ketinggian, kondisi flora dan hutannya, atau mungkin perubahan yang terjadi di sekitar ranu (danau), dan lainnya.
Naskah: Adji TravelPlus, IG @adjitropis
Foto: Iwoe #rekanpendaki
0 komentar:
Posting Komentar