Letusan Merapi Diminati Turis Asing Berjiwa Petualangan
Letusan gunung berapi, bagi banyak orang menakutkan dan menyengsarakan. Tapi buat turis asing berjiwa petualangan, justru jadi obyek tontonan menarik. Ini terbukti setiapkali terjadi letusan gunung api aktif tersohor di negeri ini, sejumlah wisman minat khusus tersebut berdatangan, termasuk ke Gunung Merapi yang hingga kini masih mengeluarkan awan panas dan fijar lahar. Apa yang mereka cari?
Berdasarkan pantauan Travelplusindonesia, sekurangnya ada 3 gunung yang diminati wisman saat meletus yakni Gunung Krakatau di Perairan Selat Sunda antara Provinsi Banten dengan Lampung, Gunung Marapi di Sumatera Barat, dan Gunung Merapi, antara Yogyakarta dengan Jawa Tengah.
Merapi yang terletak di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sejak 1548 sudah meletus sebanyak 68 kali. Terakhir Merapi meletus pada 15 Mei 2006. Pada 1 Juni, hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 8 Juni 2006, Gunung Merapi meletus pada pukul 09.00 WIB dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng gunung itu panik dan berusaha menyelamatkan diri.
Dan pada 26 Oktober 2010, tepat pukul 17.02 WIB, Merapi kembali meletus hebat. Awan panas yang disemburkan gunung berketinggian 2.980 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini menelan korban jiwa sedikitnya 25 orang termasuk juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.
Berkah
Saat tenang, Gunung Merapi merupakan anugerah bagi 13.581 jiwa yang tinggal di 3 kecamatan di Kabupaten Sleman yang berada di kawasan rawan bencana Merapi. Salah satu gunung api teraktif di dunia ini memberi berkah material pasir bagi warga, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata yang diminati bukan hanya wisnus tapi juga wisman.
Bahkan ketika dan pascaerupsi pun, Merapi menjadi obyek wisata menarik bagi sejumlah turis asing yang berjiwa petualangan. Seperti terlihat pada Selasa lalu, beberapa wisman asal Inggris, Belanda, dan Australia berada di kawasan aman sekitar pos pengamatan Merapi di Sleman, Yogyakarta. Mereka berbaur dengan sejumlah masyarakat sekitar yang dadakan menjadi turis lokal, untuk merekam dan memotret fenomena alam itu.
Para turis tersebut begitu antusias mengabadikan semburan dahsyat gumpalan wedus gembel atau awan panas dari kejauhan. Terpancar kekaguman sekaligus kengerian dari wajah mereka. “Wow Fantastik, saya belum pernah melihat Gunung Merapi meletus seperti ini,” kata salah saeorang turis yang bisa berbahasa Indonesia.
Tingginya animo wisman yang ingin menyaksikan letusan Merapi ditangkap dengan baik oleh sejumlah travel agent dan komunitas penggiat alam bebas, baik di Sleman, Yogyakarta, dan kota lain. Mereka membuat paket wisata bencana Merapi.
Menurut salah seorang pengelola travel agent setempat yang enggan disebut namanya mengatakan, banyak turis yang datang untuk melihat letusan Merapi adalah wisman yang tengah berlibur di Yogyakarta dan sekitarnya. “Menurut mereka justru saat Merapi menyemburkan gumpalan awan panas atau pijar lahar adalah moment yang sangat langka dan menarik untuk diabadikan,” jelasnya.
Hal senada juga dilontarkan seorang pengelola komunitas penggiat alam bebas yang biasa membawa sejumlah pendaki gunung ke sejumlah gunung di Tanah Air. Menurut dia yang juga enggan disebut nama dan komunitasnya itu, banyak orang asing yang tertarik mendaki gunung di Indonesia terutama gunung-gunung aktifnya. “Bahkan ada beberapa turis yang meminat diantar mendaki saat gunung api tersebut mulai ada tanda-tanda ingin meletus,” terangnya.
Fenomena menariknya minat wisman terhadap sejumlah gunung api yang tengah dan baru meletus itu, di satu sisi jelas menguntungkan dunia pariwisata. Dengan begitu, terbukti bahwa bencana alam seperti meletusnya gunung berapi, sama sekali tidak mengganggu kunjungan wisman. Justru malah menjadi daya tarik baru.
Tapi di sisi lain bisa menjadi bumerang bilang tidak disertai dengan peraturan yang jelas. Sebab bila terjadi kecelakaan terhadap wisman tersebut saat melihat gunung api meletus, maka pemerintah daerah setempat bahkan pusat akan menjadi sasaran kesalahan dan kritikan media dan dunia.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Berdasarkan pantauan Travelplusindonesia, sekurangnya ada 3 gunung yang diminati wisman saat meletus yakni Gunung Krakatau di Perairan Selat Sunda antara Provinsi Banten dengan Lampung, Gunung Marapi di Sumatera Barat, dan Gunung Merapi, antara Yogyakarta dengan Jawa Tengah.
Merapi yang terletak di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sejak 1548 sudah meletus sebanyak 68 kali. Terakhir Merapi meletus pada 15 Mei 2006. Pada 1 Juni, hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 8 Juni 2006, Gunung Merapi meletus pada pukul 09.00 WIB dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng gunung itu panik dan berusaha menyelamatkan diri.
Dan pada 26 Oktober 2010, tepat pukul 17.02 WIB, Merapi kembali meletus hebat. Awan panas yang disemburkan gunung berketinggian 2.980 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini menelan korban jiwa sedikitnya 25 orang termasuk juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.
Berkah
Saat tenang, Gunung Merapi merupakan anugerah bagi 13.581 jiwa yang tinggal di 3 kecamatan di Kabupaten Sleman yang berada di kawasan rawan bencana Merapi. Salah satu gunung api teraktif di dunia ini memberi berkah material pasir bagi warga, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata yang diminati bukan hanya wisnus tapi juga wisman.
Bahkan ketika dan pascaerupsi pun, Merapi menjadi obyek wisata menarik bagi sejumlah turis asing yang berjiwa petualangan. Seperti terlihat pada Selasa lalu, beberapa wisman asal Inggris, Belanda, dan Australia berada di kawasan aman sekitar pos pengamatan Merapi di Sleman, Yogyakarta. Mereka berbaur dengan sejumlah masyarakat sekitar yang dadakan menjadi turis lokal, untuk merekam dan memotret fenomena alam itu.
Para turis tersebut begitu antusias mengabadikan semburan dahsyat gumpalan wedus gembel atau awan panas dari kejauhan. Terpancar kekaguman sekaligus kengerian dari wajah mereka. “Wow Fantastik, saya belum pernah melihat Gunung Merapi meletus seperti ini,” kata salah saeorang turis yang bisa berbahasa Indonesia.
Tingginya animo wisman yang ingin menyaksikan letusan Merapi ditangkap dengan baik oleh sejumlah travel agent dan komunitas penggiat alam bebas, baik di Sleman, Yogyakarta, dan kota lain. Mereka membuat paket wisata bencana Merapi.
Menurut salah seorang pengelola travel agent setempat yang enggan disebut namanya mengatakan, banyak turis yang datang untuk melihat letusan Merapi adalah wisman yang tengah berlibur di Yogyakarta dan sekitarnya. “Menurut mereka justru saat Merapi menyemburkan gumpalan awan panas atau pijar lahar adalah moment yang sangat langka dan menarik untuk diabadikan,” jelasnya.
Hal senada juga dilontarkan seorang pengelola komunitas penggiat alam bebas yang biasa membawa sejumlah pendaki gunung ke sejumlah gunung di Tanah Air. Menurut dia yang juga enggan disebut nama dan komunitasnya itu, banyak orang asing yang tertarik mendaki gunung di Indonesia terutama gunung-gunung aktifnya. “Bahkan ada beberapa turis yang meminat diantar mendaki saat gunung api tersebut mulai ada tanda-tanda ingin meletus,” terangnya.
Fenomena menariknya minat wisman terhadap sejumlah gunung api yang tengah dan baru meletus itu, di satu sisi jelas menguntungkan dunia pariwisata. Dengan begitu, terbukti bahwa bencana alam seperti meletusnya gunung berapi, sama sekali tidak mengganggu kunjungan wisman. Justru malah menjadi daya tarik baru.
Tapi di sisi lain bisa menjadi bumerang bilang tidak disertai dengan peraturan yang jelas. Sebab bila terjadi kecelakaan terhadap wisman tersebut saat melihat gunung api meletus, maka pemerintah daerah setempat bahkan pusat akan menjadi sasaran kesalahan dan kritikan media dan dunia.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar