Raja Ampat Jadi Lokasi Syuting Film Perancis
Setelah Bali terpilih menjadi salah satu lokasi syuting film Eat Pray Love (EPL) yang dibintangi Julia Roberts dan Christine Hakim, produksi Sony Pictures Entertainment dari AS pada 2009 lalu. Tahun depan giliran Raja Ampat, yang menjadi lokasi syuting film produksi Tim Pictures Entertainment dari Perancis.
Film yang mengambil keindahan alam dan budaya Raja Ampat, salah satu kabupetan di Provinsi Papua Barat ini bergenre permainan petualangan (survivor) berjudul Kohlanta.
Dipastikan sekitar 80 kru produksi film ini sudah selesai melakukan persiapan awal dan sesuai jadual akan melakukan syuting pada bulan Maret 2011.
Menurut Menbudpar Jero Wacik, Raja Ampat terpilih menjadi lokasi syuting film tersebut karena keindahan alam lautnya. “Raja Ampat memiliki potensi keindahan bawah laut yang luar biasa indah. Dan itulah yang membuat perusahaan film asal Perancis ini tertarik syuting di sana,” jelas Jero Wacik saat premiere film EPL di Kuningan, Jakarta, Senin (4/10, didampingi Dirjen Nilai Seni Budaya dan Film (NBSF),Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Tjetjep Suparman.
Setiap tahun, tambah Jero Wacik, permohonan untuk memanfaatkan lokasi syuting di Indonesia mencapai 100 judul film dokumenter. Pembuatan film tersebut dilakukan oleh sejumlah televisi dan perusahaan film internasional.
Berdasarkan izin syuting di Indonesia yang dikeluarkan Kemenbudpar, jumlah tim yang terdaftar merekam potensi alam dan budaya Indonesia selama tahun 2009 sebanyak 115 tim. Untuk tahun 2010 sampai dengan bulan September tercatat 86 tim yang melakukan syuting di sini, di antaranya BBC, TV France, NHK Jepang, TN NDR Jerman, Invinity Vision Inggris, Channel 9 Australia, TV Espana Spayol, dan Discovery serta National Geographic Channel.
Selama 5 tahun Kemenbudpar melakukan promosi lokasi syuting Indonesia secara intensif bersama masyarakat perfilman ke berbagai festival film internasional, pameran dan pasar film, seperti Hongkong Film Mart, March du Film Cannes, Berlin Film Festival, dan Asian Film Market di Fusan Korea Selatan.
Menurut Jero Wacik lagi, strategi lainnya dengan memberi berbagai kemudahan dan memfasilitasi tim produksi yang ingin syuting film di Indonesia. “Kemudahan proses perizinan di pusat dan daerah, penjaminan pemasukan barang, dan fasilitasi saat melakukan syuting,” jelasnya.
Bukan Cuma Menyelam
Terkait terpilihnya Raja Ampat sebagai lokasi syuting film produksi Perancis, Bupati Raja Ampat Marcus berharap dapat mengangkat potensi pariwisata Raja Ampat ke dunia internasional.
Menurut Marcus selain menyelam (diving) dan snorkeling, di Raja Ampat juga terdapat tarian tradisional dan kapal kuno khas Raja Ampat yang hampir punah dan pernah digunakan nenek moyang masyarakatnya.
Raja Ampat dapat dijangkau via udara dengan pesawat terbang dari Jakarta-Makassar-Sorong-Raja Ampat. Pilihan lain dari Jakarta-Depansar-Sorong-Raja Ampat atau dari Jakarta-Manado-Sorong-Raja Ampat. Dari Sorong ke Raja Ampat dilanjutkan dengan naik Kapal Laut. “Setiap hari ada kapal laut yang ke Raja Ampat dari Sorong dengan waktu tempuh selama 2,5 jam,” kata Marcus.
Akomodasi di Raja Ampat berupa 4 resort yang 3 di antaranya dimiliki oleh pihak asing dan 1 resort punya Pemda. “Harganya yang paling mahal Rp 3 juta per malam,” ungkap Marcus lagi.
Selama tahun 2008, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Raja Ampat belum mencapai 1.000 orang. Tahun 2009 mencapai 4.600 wisman. “Kebanyakan turias asal Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang”, terang Marcus yang menargetkan 2010 ini bisa menjaring 6.000 wisman ke Raja Ampat dengan menyelesaikan pembangunan 2 resort baru tahun ini.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Weeko
0 komentar:
Posting Komentar