Rafting & Flying Fox Pacu Adrenalin Jurnalis & Humas Budpar
Rafting dan flying fox bukan cuma ramai-kan acara Peningkatan Pema-haman Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Bagi Jurnalis dan Pers yang digelar Pusat Informasi dan Humas (Pusformas), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (7-9/10/2010). Pun memacu adrenalin para pewarta dan humas kebudayaan dan pariwisata (budpar).
Kamis sore (7/10/2010), usai mengikuti pembekalan di Gedung Sapta Pesona, Jakarta yang dihadiri Menbudpar Jero Wacik dan sejumlah direktur jenderal (dirjen) antara lain Dirjen Sejarah & Purbakala Aurora Tambunan dan Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim, sekitar 20 jurnalis baik cetak, elektronik maupun online beranjak ke Pangalengan dengan 1 bus pariwisata ukuran besar. Sementara rombongan Pusformas Kemenbudpar dalam 1 bus ukuran sedang.
Rombongan singgah di Rumah Makan Sari Sunda, Bandung untuk santap malam. Dilanjutkan ke Pangalengan menuju penginapan Citere Resort.
Keesokan paginya, Jum’at (8/10/2010), selepas sarapan rombongan menuju Hutan Rahong yang berpanorma indah, berupa hutan pinus dan hamparan teh berlatar Sungai Palayangan dan pegunungan.
Dipandu tim instruktur outbond, peserta rombongan melakukan bermacam permainan untuk membentuk kerjasama dan kekompakan seperti fun games, flying fox, dan paint ball. Hampir semua jurnalis dan staff Pusformas Kemenbudpar termasuk Kapusformas I Gusti Ngurah Putra melakukan flying fox yakni menggantung lalu meluncur di dua utas tali baja yag tersambung dengan peralatan bantu khusus seperti harness, carabinner dan lainya dari ketinggian menuju finish di dataran rendah. Permainan yang diadaptasi dari pelatihan militer ini bertujuan untuk menguji nyali atau mental individu.
Beberapa jurnalis mengaku ini kali pertamanya melakukan flying fox. Awalnya banyak yang takut tapi setelah meluncur dan sampai finish, justru berubah senang. Bahkan ada beberapa peserta yang mencoba meluncur dua kali.
Selepas shalat Jum’at dan makan siang prasmanan dengan menu khas tradisional Sunda antara lain karedok, sayur asam, empal daging, sambal, dan lalapan, intrusktur outbond membagi rombongan menjadi dua kelompok yakni arung jeram (rafting) dan pemerahan susu sapi. Ternyata para jurnalis maupun staff Pusformas Kemenbudpar lebih banyak yang memilih olahraga petualangan yang biasanya dilakukan di sungai berjeram-jeram secara berkelompok dengan tujuan membentuk kerjasama yang kuat dalam satu tim.
Seluruh rombongan kemudian menuju Situ Cileunca untuk melakukan melakukan pemanasan pra berarung jeram di sungai yang sesungguhnya. Ada 6 perahu karet khusus rafting yang dipakai. Satu perahu diisi 6 orang termasuk intrusktur. Kelompok yang memilih memeras susu sapi, menuju lokasi diantar oleh kru.
Sebelum mengarungi Sungai Palayangan, instruktur rafting memberikan pembekalan cara berarungjeram yag benar termasuk istilah-istilah yang digunakan dalam olahraga petualangan ini. Setiap peserta diharuskan mengenakan pelampung dan helm yang sudah disediakan. Dua peserta yang duduk di perahu bagian depan dan belakang termasuk intusktur, masing-masing memegang alat pendayung.
Selama lebih kurang 10 menit, masing-masing perahu melakukan pemanasan di permukaan air Situ Cileunca. Setelah dirasa cukup, kemudian melaju menuju jembatan. Setibanya di jembatan, para peserta turun dari perahu karet lalu menyeberang jembatan menuju hulu Sungai Palayangan yang menjadi titik awal arung jeram yang sebenarnya.
Setidaknya ada 3 jeram besar yang harus dilewati masing-masing perahu, yakni jeram domba, blender, dan jeram kecapi. Di sebut jeram domba karena dulu ada domba yang mati terjatuh di jeram tersebut. Dinamakan jeram blender, karena arusnya berputar-putar deras seperti sedang memblender apa pun yang masuk ke dalamnya. Sedangkan jeram kecapi lantaran jeramnya yang panjang dan menurun seperti tingkatan dawai alat musik petik kecapi.
Meski ada beberapa peserta yang baru pertama kali berarungjeram, namun mereka mengaku lebih enjoy, tidak setakut sewaktu pertama kali flying fox. Usai puas jadi mainan jeram-jeram Sungai Palayangan selama sekitar 1,5 jam hingga seluruh pakaian peserta basah dan pegal-pegal, seluruh peserta kembali ke penginapan.
Pengurus Forbudpar Baru
Malam harinya, sehabais makan malam diteruskan dengan diskusi dengan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Kadis Kopar) Kabupaten Bandung Dicky Anugerah dan Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Wakadis Dikbud) Kabupaten Bandung Lilis yang menjelaskan kepada para jurnalis mengenai program kerja dan unggulan masing-masing dinas.
Menurut Dicky Kabupaten Bandung memiliki banyak obyek wisata alam yang potensial seperti Sungai Palayangan untuk arung jeram, Kawah Putih, Ranca Upas, Situ Patengan, Air Terjun Cicalengka, Gunung Puntang, Pemandian Air Panas Cibolang, dan lainnya. Serta beberapa desa wisata yang dalam pengembangannya bermitra dengan Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar), dimana anggotanya adalah masyarakat sekitar obyek tersebut.
Sementara Lilis menjelaskan seni budaya tradisional Kabupaten Bandung dimasukkan sebagai kegiatan ekstrakulikuler sekolah, mulai tingkat Sekolah Dasar dengan tujuan untuk menjaga kelestariannya.
Usai diskusi, dilanjutkan dengan pemilihan pengurus Forum Wartawan Kebudayaan dan Pariwisata (Forbudpar) yang baru. Dari hasil pemilihan akhirnya terbentuk kepengurusan baru periode 2010-2012 dengan format Adji Kurniawan selaku Ketua, Koko Sudjatmiko (sekjend), Hani Sofia (Sekretaris 1), Nikson (sekretaris 2),dan Stevani Elisabeth (Bendahara).
Sabtu pagi (9/10/2010), selepas sarapan. Rombongan check out dari penginapan lalu menuju pengolahan pabrik permen susu, masih di Pangalengan. Sayang pabrik tersebut sedang libur. Rombongan tidak bisa melihat proses pembuatan permen dari susu sapi tersebut. Akhirnya rombongan hanya membeli aneka penganan berbahan susu sapi antara lain dodol, permen, dan kerupuk susu untuk oleh-oleh.
Selanjutnya rombongan menuju rumah Makan Asti untuk santap siang dengan menu nasi liwet khas Sunda. Disambung dengan pengumuman dan pembagian hadiah bagi peserta yang memenangkan lomba foto selama kegiatan berlangsung. Setelah itu dilanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
Di dalam bus, beberapa jurnalis memberi masukan baik mengenai Forbudpar kedepan, lokasi outbond untuk tahun depan, sampai saran tentang pemanfaatan press room di Kemenbudpar yang selama ini kurang terfungsikan secara optimal lantaran kurangnya prasarana penunjang seperti ketersediaan komputer yang terkoneksi internet berakses cepat.
Tahun depan, ada usulan untuk memilih lokasi outbond beratmosfir pantai di Tanjung Lesung, Banten, mengingat lokasinya masih terjangkau relatif cepat via darat dari Jakarta. Maklum 3 tahun berturut-turut outbond tahunan ini berlokasi di obyek wisata pegunungan yang ada di Jawa Barat. Usulan ini dimaksudkan selain untuk mendapatkan nuansa yang beda, pun bertujuan memberi kesempatan kepada obyek wisata di provinsi lain, terekspos oleh media yang ikut outbond.
Secara keseluruhan, sejumlah jurnalis yang pernah mengikuti outbond tahunan Pusformas Kemenbudpar ini sebelumnya, mengaku kegiatan outbond tahun ini lebih menarik dan berkesan, terutama lokasi outbond-nya yang berpanorama indah. Alasan lain tentunya karena ada dua kegiatan bernuansa petualangan yakni flying fox dan rafting yang mampu memacu adrenalin para jurnalis dan humas budpar.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar