. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 25 Oktober 2010

Konferensi Internasional Budaya Sunda 2010


Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Barat didukung Komisi Nasional Indonesia (KNI) untuk UNESCO menggelar Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) di Bogor dan Kerawang, 25-27 Oktober 2010. konferensi ini diikuti sekitar 400 peserta dengan pembicara dalam dan luar negeri.

Konferensi internasional ini digelar dalam rangka pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan SDA dan Budaya (nature and culture resource) Sunda yang sesuai dengan convention the protection of the world and natural heritage yang telah disepakati bahwa warisan budaya dan alam yang bernilai penting, universal, dan istimewa (outstanding universal value) harus dilindungi dari bahwa kepunahan secara bersama-sama.

Konferensi yang bertema Menemukan Kembali Budaya Sunda Dalam Mengukuhkan Kebudayaan Nasional dan Mempromosikan Keragaman Budaya ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Jawa Barat terhadap budaya Sunda sebagai modal untuk pembangunan nasional.

Bogor dipilih sebagai lokasi konferensi mengingat pernah menjadi pusat pemerintahan yang diduga kuat Kerajaan Sunda/Pajajaran pada masa lalu. Sedangkan Kerawang karena terdapat beberapa candi yang punya kaitan erat dengan sejarah Sunda.

Konferensi internasional ini dibagi menjadi beberapa sesi diskusi. Pada sesi pertama, Senin (25/10/2010) di Hotel Salak, Bogor, pembicara yang tampil Ketua Harian KNI untuk Unesco Prof. Dr. Arief Rachman M. Pd dan Direktur Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah & Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Dr. Junus Satrio Atmodjo, M.Hum. Dilanjutkan sesi dua yang menampilkan pembicara Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf dan H.R Hidayat Suryalaga.

Esok harinya (26/10/2010), seluruh peserta konferensi ini berkunjung ke kawasan percandian Situs Batujaya di Kabupaten Kerawang. Dilanjutkan dengan menikmati pagelaran kesenian Sunda. Siangnya peserta menuju Candi Blandongan, masih di Kabupaten Kerawang untuk mengikuti diskusi sesi ke-3 dengan pembicara Dr. Hasan Djafar dan Okki S. Jusuf. Dan pada hari ketiga (27/10/2010), tampil beberapa pembicara dari luar negeri di Hotel Salak.

Selain konferensi, juga digelar pameran selama 3 hari di Perkantoran Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan, Jl. Ir. H. Juanda No. 6 Bogor, yang memamerkan sekitar 200 artefak dari tujuh museum di Jawa Barat yakni Museum Etnobotani Bogor, Zoologi Bogor, Perjuangan Bogor, Balai Penelitian Peninggalan Purbakala Serang, Museum Geologi Bandung Museum Situs Batujaya Karawang, dan Museum Sri Baduga Jawa Barat.

Koleksi yang dipamerkan bermacam peninggalan sejarah dari zaman megalitikum hingga zaman modern, seperti artefak berupa Prasasti Ciaruteun Bogor dan Prasasti Tugu koleksi dari Museum Sri Baduga dan Bata Motif yang didatangkan dari Museum Situs Batujaya Karawang.

Prasasti Ciaruteun bertuliskan aksara pallawa atau sansekerta menjadi bukti adanya Kerajaan Taruma Negara. Prasasti ini berbentuk pahatan berupa sepasang telapak kaki, gambaran laba, dan empat baris tulisan. Isi tulisannya, “Ini bekas dua kaki, seperti kaki dewa Wisnu. Ialah kaki yang mulia purnawarma, raja di negeri Taruma. Raja yang gagah berani di dunia”.

Dalam pameran ini juga dihadirkan sejumlah pengrajin budaya Sunda, seperti kerajinan tangan berupa sulam dan rajut, batik dari kain blacu, batik djarik, wayang golek Sunda, seni lukis kaca dan keramik.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP