Indonesia Menuju Tempat Pembahasan Kebudayaan Dunia
Kalau Swiss tepatnya di Davos sudah lebih dulu dikenal sebagai tempat pembahasan ekonomi tingkat dunia atau World Economic Forum (WEC) setiap tahun. Indonesia, dalam hal ini Bali bisa menjadi tempat pembahasan mengenai kebudayaan berskala dunia atau World Culture Forum (WCF).
Indonesia pantas menjadi tempat WEC mengingat negeri ini kaya akan kebudayaan. “Kalau bersaing di bidang teknologi, Indonesia bisa tapi masih jauh tertinggal. Tapi di bidang budaya, kita bukan mengejar justru gudangnya kearifan lokal yang menjadi akar budaya Indonesia yang jika dibahas dalam forum dunia dapat menginspirasi dunia untuk menyelesaikan segala permasalahan dunia,” jelas Menbudpar Jero Wacik di Jakarta, Senin (18/10/2010) seraya menambahkan bahwa ide ajang ini berasal dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan WEC sebagai pasangan WEF di Davos, Swiss.
Untuk menuju penyelenggaraan WEC yang rencananya akan digelar di Bali tahun 2010, lanjut Jero Wacik sebagai batu loncatan (stepping stone) atau persiapan, pemerintah menyambut baik dan mendukung penuh perhelatan akbar World Conference on Culture, Education, and Scinece (WISDOM) 2010 di Yogyakarta pada 8-11 November 2010.
Selain Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, penyelenggaraan WISDOM 2010 juga didukung oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Lingkungan Hidup serta 30 perguruan tinggi utama Indonesia, salah satunya Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta selaku tuan rumah.
Menurut Jero Wacik lagi, Indonesia memiliki ribuan kearifan lokal yang belum terdata secara akurat. Kearifan lokal yang mencangkup seluruh bangsa Indonesia antara lain Bhinneka Tunggal Ika. “Belum lagi kearifan lokal cara pengobatan tradisional, pawang hujan, penangkapan ikan dengan mantra di Pulau Sangirta Laut, dan masih banyak lagi,” jelasnya.
Rektor UGM Prof. Dr. Sudjarwadi menambahkan bahwa kearifan lokal Indonesia yang jumlahnya ribuan bersumber dari jaman dulu yang dibuat oleh nenek moyang untuk menciptakan harmoni atau keseimbangan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan tuhan. “kearifan lokal bisa dipelajari untuk memberikan inspirasi penyelesaian permasalahan dunia di bidang lingkungan dan lainnya,” jelasnya.
Wisdom 2010 yang bertema besar “Local Wisdom Inspiring Global Solutions” ini akan diikuti 750 peserta dari 15 negara. Tokoh-tokoh akademis besar yang akan tampil antara lain peraih nobel perdamaian 2006 Prof. Dr. Muhammad Yunus dari Bangladesh, Prof Michael Hitchock, PhD (Inggris), Prof. Dr. Datuk Mohd. Noh Dalimin (Malaysia), dan Prof. Alice Dewey (USA).
Agenda utama lainnya Colloquium in Honor of Dr. Ann Dunham Soetoro dan Prof. Dr. Mubyanto berupa diskusi untuk menghormati hasil karya mereka di bidang pengembangan ekonomi rakyat. “Dr. Ann Dunham Soetoro dipilih bukan karena dia mendiang ibunda Barack Obama, Presiden Amerika Serikat. Tapi karena dia dan juga Prof. Dr. Mubyarto sama-sama pejuang ekonomi berbasis kerakyatan,” jelas Sudjarwadi.
Venue Wisdom 2010 di Yogyakarta ada beberapa tempat, antara lain kampus UGM, Benteng Vredenburg, Batik Winotosastro, Candi Prambanan, Rumah Budaya Tembi, Museum Ullen Sentalu, dan Museum Affandi. “Jadi seluruh peserta dari sejumlah negara yang ikut Wisdom 2010 ini, selain berdiskusi menentukan kearifan lokal untuk dijadikan sebagai solusi masalah dunia, pun akan diajak mengenal dan menikmati beberapa tempat budaya dan sejarah yang ada di Yogyakarta,” tambah Jero Wacik.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, Kemenbudpar
Indonesia pantas menjadi tempat WEC mengingat negeri ini kaya akan kebudayaan. “Kalau bersaing di bidang teknologi, Indonesia bisa tapi masih jauh tertinggal. Tapi di bidang budaya, kita bukan mengejar justru gudangnya kearifan lokal yang menjadi akar budaya Indonesia yang jika dibahas dalam forum dunia dapat menginspirasi dunia untuk menyelesaikan segala permasalahan dunia,” jelas Menbudpar Jero Wacik di Jakarta, Senin (18/10/2010) seraya menambahkan bahwa ide ajang ini berasal dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan WEC sebagai pasangan WEF di Davos, Swiss.
Untuk menuju penyelenggaraan WEC yang rencananya akan digelar di Bali tahun 2010, lanjut Jero Wacik sebagai batu loncatan (stepping stone) atau persiapan, pemerintah menyambut baik dan mendukung penuh perhelatan akbar World Conference on Culture, Education, and Scinece (WISDOM) 2010 di Yogyakarta pada 8-11 November 2010.
Selain Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, penyelenggaraan WISDOM 2010 juga didukung oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Lingkungan Hidup serta 30 perguruan tinggi utama Indonesia, salah satunya Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta selaku tuan rumah.
Menurut Jero Wacik lagi, Indonesia memiliki ribuan kearifan lokal yang belum terdata secara akurat. Kearifan lokal yang mencangkup seluruh bangsa Indonesia antara lain Bhinneka Tunggal Ika. “Belum lagi kearifan lokal cara pengobatan tradisional, pawang hujan, penangkapan ikan dengan mantra di Pulau Sangirta Laut, dan masih banyak lagi,” jelasnya.
Rektor UGM Prof. Dr. Sudjarwadi menambahkan bahwa kearifan lokal Indonesia yang jumlahnya ribuan bersumber dari jaman dulu yang dibuat oleh nenek moyang untuk menciptakan harmoni atau keseimbangan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan tuhan. “kearifan lokal bisa dipelajari untuk memberikan inspirasi penyelesaian permasalahan dunia di bidang lingkungan dan lainnya,” jelasnya.
Wisdom 2010 yang bertema besar “Local Wisdom Inspiring Global Solutions” ini akan diikuti 750 peserta dari 15 negara. Tokoh-tokoh akademis besar yang akan tampil antara lain peraih nobel perdamaian 2006 Prof. Dr. Muhammad Yunus dari Bangladesh, Prof Michael Hitchock, PhD (Inggris), Prof. Dr. Datuk Mohd. Noh Dalimin (Malaysia), dan Prof. Alice Dewey (USA).
Agenda utama lainnya Colloquium in Honor of Dr. Ann Dunham Soetoro dan Prof. Dr. Mubyanto berupa diskusi untuk menghormati hasil karya mereka di bidang pengembangan ekonomi rakyat. “Dr. Ann Dunham Soetoro dipilih bukan karena dia mendiang ibunda Barack Obama, Presiden Amerika Serikat. Tapi karena dia dan juga Prof. Dr. Mubyarto sama-sama pejuang ekonomi berbasis kerakyatan,” jelas Sudjarwadi.
Venue Wisdom 2010 di Yogyakarta ada beberapa tempat, antara lain kampus UGM, Benteng Vredenburg, Batik Winotosastro, Candi Prambanan, Rumah Budaya Tembi, Museum Ullen Sentalu, dan Museum Affandi. “Jadi seluruh peserta dari sejumlah negara yang ikut Wisdom 2010 ini, selain berdiskusi menentukan kearifan lokal untuk dijadikan sebagai solusi masalah dunia, pun akan diajak mengenal dan menikmati beberapa tempat budaya dan sejarah yang ada di Yogyakarta,” tambah Jero Wacik.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, Kemenbudpar
0 komentar:
Posting Komentar