Mercedes-pun Berbatik di Adiwastra Nusantara 2010
Inovasi batik tak pernah kering. Tiap tahun hadir kreasi baru, unik dan menarik. Sebelumnya ada batik gaul yang sukses merubah citra batik yang dianggap tua, formal, dan terkesan berat menjadi kekinian, nyantai, dan tentu saja fashionable hingga diminati kalangan anak muda. Lalu muncul batik harajuku, jaket batik, dan kini mobil berbatik seperti yang ditampilkan di pameran kain tradisional Adiwastra Nusantara 2010 di Jakarta Convention Center (JCC).
Mobil mewah Mercedes seri C250i CGI yang ditampilkan di ruang depan sebelum memasuki ruang utama Hall A & B pameran Adiwastra ke-3 ini, menjadi pusat perhatian pengunjung sejak hari pembukaaan 14 April lalu s/d hari terakhir pameran 18 April ini. Pasalnya baru kali ada pameran kain yang menampilkan mobil mewah sebagaimana pameran otomotif. Dan yang menarik lagi, mobil tersebut bermotif batik karya perancang busana ternama Carminta yang diberi judul ”Melukis Batik Di Atas Mobil Mercedes”.
Pengunjung yag datang ke pameran pun banyak yang mengabadikan mobil tersebut lewat kamera bermacam jenis, tak lupa foto narsis berlatar mobil batik tersebut. “Aku nggak nyangka mobil mewah bisa dicat dengan motif batik, kesan yang muncul moderen dan klasik serta membuat citra batik jadi lebih elegan,” jelas novi (27) salah seorang penunjung yang menyempatan diri berfoto berlatar mobil tersebut untuk di-upload ke facebook-nya.
Pameran yang dibuka Hj. Ani Bambang Yudhoyono, Rabu pagi lalu (14/4), memamerkan beragam kain nusantara, busana karya puluhan desainer, dan produk ratusan perajin nasional dari berbagai daerah dan negara-negara sahabat antara lain China, Jepang, Belgia, Bosnia, dan Austria.
Bahkan koleksi pribadi Ani Bambang Yudhyono berupa kain Tapis Muara Duo, Lampung yang berusia 200 tahun juga dipamerkan di pameran ini. Kain tapis tersebut berwarna hitam, merah, coklat, dan biru tua yang bermotif ragam hias Cucuk Andak Serat Kayu. Bahan dasar tapis tersebut adalah tenun yang dibordir dengan benang emas bermotif Sasab, bergambar manusia menunggang carabou (kerbau) yang dihiasi berbagai payet. Motif tersebut melambangkan kemakmuran dan kedudukan manusia lebih tinggi dari hewan.
Koleksi lain milik ibu negara yang dipamerkan adalah beberapa kain batiknya antara lain kain panjang batik dengan ragam hias Kawung Dwi Warna yang berusia 50 tahun. Kain berwarna dasar dasar coklat muda itu dikenakan pada akad nikah beliau 34 tahun lalu, tepatnya 30 Juli 1976. Motif Kawung bermakna memberi kewibawaan bagi pemakainya.
Lalu ada selendang ragam hias Manuk Sepasang berwarna dasar putih bergaya Cirebon, kain panjang Soga bermotif Peksi Cendrawasih asal Kudus berusia 85 tahun, kain panjang Yogya bermotif batik Semen Sidho Asih berusia 60 tahun, dan kain panjang ragam hias pagi-sore berusia 85 tahun.
Koleksi lain yang sayang diilewatkan adalah koleksi Gendongan Nusantara dan koleksi wastra unggulan dari para kolektor, museum tekstil Jakarta, museum Purna Bhakti Pertiwi dan masih banyak lagi. Gendongan yang menjadi subyek topik pameran kali ini merupakan alat sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat nusantara. Pengunjung juga dapat menyaksikan cara pembuatan batik, menenun tenunan dan tapis.
Selain itu juga ada koleksi batik 4 Keraton Jogya-Solo yaitu Keraton Kasultanan Hamengku Buwono (HB), Puro Paku Alaman (PA), Keraton Kasunanan Paku Buwono (PB), dan Puro Mangkunegaran (MN). Semua koleksi 4 keraton tersebut merapakan koleksi turun temurun dan sebagian besar karya kerabat keraton. Koleksi yang ditampilkan rata-rata berusia 25 tahun hingga 200 tahun dengan motif langka.
Kendati batik begitu mendominasi pameran ini dan diborong pengunjung, namun sejumlah kain tradisional dari daerah lain seperti Songket dari Palembang-Sumatera Selatan, Ulos dari Batak-Sumatera Utara, Tapis dari Lampung, dan tenun sutera Pinawetengan dari Minahasa-Sulawesi utara, serta tenun ikat dari NTB dan NTT juga tak kalah peminatnya. Harga kain-kain tersebut berkisar ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sementara baju batik, ada yang puluhan ribu, tergantung bahan, motif dan disainnya.
Tahun 2008, pameran yang diselengarakan oleh Himpunan Pecinta Kain Wastraprema dan PT Fortune Adwicipta ini berhasil meraup transaksi senilai lebih dari Rp20 miliar dan dikunjungi lebih dari 40.000 orang. Dan Adiwastra Nusantara 2010 ini diperkirakan akan sukses melebihi kedua pencapaian pameran sebelumnya.
Pada hari terakhir pameran ini, sejumlah perajin memberikan harga yang lebih miring bagi pengunjung. Nah, jangan buang kesempatan ini, datang saja sambil melihat mercy berbatik. Tiket masuknya Rp 10.000 per orang dewasa dan Rp 5.000 per pelajar dan anak-anak.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar