10 Alasan Wisata Bopunjur Diminati Warga Jakarta
Warga Jakarta dan sekitar-nya kerap berwisata ke Bopunjur (Bogor-Puncak-Cianjur). Alasannya, lokasinya dekat. Sebenarnya masih banyak alasan lain yang menyebabkan wilayah berbukit dan bergunung ini tetap diminati wisatawan lokal bahkan turis Arab hingga menjadi salah satu andalan pariwisata Jawa Barat sampai kini. Apa saja alasan lainnya?
Kendati bermacam pemasalahan lingkungan muncul di Bopunjur, termasuk macet yang luar biasa ketika akhir pekan, liburan sekolah, hari besar, dan long weekand, tetap saja tak mengurangi minat orang untuk berwisata, bermukim, dan berbisnis di sana.
Alasan pertama, seperti disinggung di atas, Bopunjur lokasi pegunungan yang paling dekat dengan Jakarta. Sekitar 100 Km dengan waktu tempuh sekitar 2-4 jam tergantung kondisi lalulintasnya. Bisa dengan kendaraan pribadi maupun umum. Secara adminstratif berada di dua kabupaten yakni Bogor dan Cianjur, di jalur lintas antar Provinsi DKI Jakarta-Jawa Barat.
Kedua, panoramanya indah khas pegunungan. Maklum kondisi topografinya sangat bervariasi dari bergelombang, berbukit sampai bergunung dengan kemiringan lereng 15 - >45%.
Ketiga, udaranya sejuk. Maklum iklimnya bercurah hujan 2.428-4.053 mm per tahun dan bertemperatur rata-rata harian 4,8° C s/d 26,6° C. Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson, kawasan ini termasuk beriklim A (sangat basah) dan B (basah). Jadi kerap berkabut dan turun hujan.
Keempat, obyek wisatanya beragam. Ada Gunung Gede & Pangrango, perkebunan teh, Telaga Warna, Air terjun Curug Cilember dan Cibeurem, Kebun Raya Bogor & Cibodas, Istana Presiden Cipanas & Bogor, Taman Bunga Nusantara & Melrimba, Taman Safari Indonesia, Museum Dinosourus, Makam Dalem Cikundul buat berwisata ziarah, dan tirta di Jangiri/Calincing untuk berwisata tirta.
Kelima, aktivitas wisatanya variatif. Bila dulu, orang cuma datang lalu makan jagung bakar, minum bandrek (minungan khas sunda dari jahe) hangat, dan foto-foto di perkebunan teh. Tapi belakangan dapat melakukan bermacam kegiatan baru yang menantang dan mengasyikkan. Bisa mendaki Gunung Gede & Pangrango atau treking ke beberapa bukitnya, ber-paralayang di Riung Gunung, ber-outbond di sejumlah resort, memancing di kolam pemancingan, menunggang kuda, tea walk di perkebunan teh Gunung Mas dan Telaga Warna, ber-Yoga, Spa, dan meditasi lain mengingat di beberapa resort disediakan fasilitas untuk melakukan hal itu.
Keenam, akomodasinya lengkap mulai vila, bungalow, hotel dan resort dengan tarif mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah per malam. Sementara sewa vila dan bungalow-nya berkisar di atas Rp1 jutaan. Kalau cari yang murah dan menyatu dengan alam, bisa berkemah (camping) di Wanawisata Mandalawangi.
Ketujuh, ada taman hiburan baru yang cocok untuk keluarga antara lain Taman Wisata Matahari di KM 77 Jalan Raya Puncak Bogor dan The Jungle di Perumahan Bogor Nirwana Residence di Jalan Dreded. Dengan tiket masuk Rp 30.000 per orang untuk hari biasa dan Rp 50.000 untuk weekend & hari libur.
Kedelapan, sebagai tempat rapat (meeting) yang tenang dan nyaman karena tersedia fasiltas untuk itu. Biasanya rapat digelar hari kerja menjelang akhir pekan, dilanjutkan berakhir pekan dengan incentive berwisata di sekitar Bopunjur. Selain itu sebagai lokasi meeting yang lain, biasa diplesetin jadi ‘miting’ alias mijet yang penting-penting. Maklum di sejumlah tempat tersedia pelayanan pijat plus-plus terselubung atau dapat memesan secara privat untuk pelayanan di kamar atau vila yang disewanya.
Kesembilan, bagi turis lainnya, menjadi tempat bukan sekadar berwisata melainkan juga mencari perempuan sekitar Puncak untuk kawin kontrak sebagaimana dilakukan turis Timur Tengah terutama dari Irak, Iran, dan Arab Saudi pada bulan Mei sampai 2-3 bulan ke depan atau dikenal dengan ’Musim Arab’. Selama berlibur itulah, tak jarang ada turis Arab yang ‘jajan’ atau bahkan melakukan kawin kontrak dengan warga sekitar dan pendatang, dengan biaya antara Rp 5 juta s/d Rp10 juta sebagai maharnya.
Kesepuluh, menikmati beragam kulinernya. Dari Bogor misalnya ada asinan, soto kuning, roti unyil, dan es duren. Selanjutnya di Jalan Raya Puncak berdiri puluhan rumah makan yang didominasi masakan khas Sunda seperti Waroeng Gumati dengan menu lobster-nya, Rumah Makan Dulang dengan Gurami Terbang, Rumah Makan Mirasa dengan Pepes Bandengnya, Saung Pang Lawung milik H. Hihin dengan Bubur Ayam Cianjur, Warung Sate H. Kadir dengan sate buntut kambingnya, dan bakso setan seukuran bola golf, tenis, dan bola sepak, Cimory Resto dengan susu segar dan sosis bratwurst-nya. Dan sekalian belanja buah dan sayur made in Puncak di kios-kios buah dan sayur di tepi jalan seperti wortel, aneka pisang, talas, ubi lembu, lobak, manggis, nenas, dan alpukat.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com).
0 komentar:
Posting Komentar