Desa Wisata Solusi Mengurangi Asongan Borobudur
Dalam upaya mengurangi asongan di Borobudur yang jumlahnya ribuan, dibuat desa-desa wisata di sekitar candi Budha tersebut. Tujuannya bukan cuma membuka lapangan pekerjaan lain tapi juga menambah tinggal lama wisatawan yang berwisata ke warisan budaya dunia itu.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif UKM Center Dr. Ir. Nining I. Soesilo, usai penandatanganan nota kesepakatan bersama (MoU) antara PT TWC Borobudur, Prambanan & Ratu Boko dengan UKM Center Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (UI) dan dengan Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya, UI di The Polo Club, Menara Batavia Jakarta, (9/2).
Menurut Nining, MoU antara PT TWC Borobudur, Prambanan & Ratu Boko dengan UKM Center Fakultas Ekonomi UI akan bekerjasama antara lain menangani permasalahan pedagang asongan di sekitar Candi Borobudur. “Jumlah asongan di Borobudur mencapai 3.500 orang dan bisa bertambah dua kali lipat pada puncak musim liburan. Sungguh sangat mengganggu kenyamaan pengunjung. Untuk menguranginya kami membuat desa-desa wisata yang menyajikan atraksi atau pentas kesenian khas desa tersebut. Sekarang sudah ada 20 desa wisata dengan 48 macam keseniannya,” jelasnya
Di desa wisata itu, lanjut Nining, tersedia homestay yang dikelola penduduk desa dengan harga terjangkau dan bersih. “Harganya Rp 100.000 per malam sudah termasuk makan pagi. Jauh lebih murah dibanding menginap di penginapan lain dengan harga Rp 6 juta per malam,” jelasnya.
Harga tersebut, tambah Nining, jelas jauh lebih murah dan menguntungkan karena pengunjung yang menginap di desa wisata bisa mengikuti tur desa naik andong, melihat pembuatan penganan tahu tradisional, pembuatan kerajinan dari kaleng bekas, dan lainnya. “Dengan cara ini, kita bisa menahan masa tinggal wisatawan lebih lama lagi sebelum atau sesudah ke Borobudur. Dengan begitu akan menambah ekonomi masyarakat setempat,” terangnya.
Selain itu kami juga bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata memberikan penghargaan kepada pengasong yang telah berhasil menjadi pengusaha atau pengrajin mandiri. “Tujuannya agar mereka tidak lagi mengejar-ngejar wisatawan Borobudur untuk menjual dagangannya seperti yang dilakukan selama ini,” tambah Nining.
Mengenai MoU antara PT TWC Borobudur, Prambanan & Ratu Boko dengan Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya, UI Dr. Irmawati Johan selaku Ketua Departemen Arkeologi UI mengatakan MoU ini akan meningkatkan kerjasama antara orang-orang arkeologi UI dengan pengelola candi yang selama ini seolah jalan sendiri-sendiri.
“Mudah-mudahan dengan MoU ini kita dapat duduk bersama untuk meningkatkan pelayanan kepada pengunjung candi antara lain membuat buku-buku mengenai candi dan membekali pengetahuan seputar arkeologi Borobudur kepada para pemandu wisata. Soalnya banyak pemandu wisata Borobudur yang asal memberi penjelasan khususnya mengenai arkeologi candi ini,” terang Irmawati.
Menurut Diruktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan & Ratu Boko Purnomo Siswoprasetjo, kedua MoU PT TWC Borobudur, Prambanan & Ratu Boko dengan UI ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada pengunjung Borobudur dan peneliti serta dapat menyajikan informasi tentang kebenaran sejarah mengenai Borobudur dan warisan budaya dunia lain di Indonesia.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar