Lima Hikmah Erupsi Marapi, Nomor Tiga Libatkan Allah SWT dalam Setiap Pendakian
Dibalik musibah bencana alam, sebenarnya banyak hikmah yang bisa kita petik. Tak terkecuali dengan erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) pada Ahad (3/12/2023) siang yang mengakibatkan sejumlah pendaki terluka bahkan ada yang meninggal dunia.
Berdasarkan siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tertanggal 4 Desember 2023 yang dimuat di laman bnpb.go.id, dijelaskan kalau Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat pada Senin (4/12), pukul 10.30 WIB, sebanyak 28 dari total 75 orang pendaki yang sudah dievakuasi oleh tim gabungan, yang rinciannya 54 pendaki mengakses pintu masuk Batu Palano di Kabupaten Agam, sedangkan 21 orang lewat Koto Baru, Kabupaten Tanah Datar.
Dari 28 pendaki tadi, sebanyak 19 orang yang sudah ditemukan dan dipulangkan tim gabungan. Sedangkan 9 pendaki tambahan juga telah dievakuasi hingga hari ini, Senin (4/12). Tim gabungan membawa para pendaki ke fasilitas medis untuk perawatan lebih lanjut, di antaranya RSUD Dr Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi dan RSUD Padang Panjang karena mengalami luka-luka.
Sementara itu, tim gabungan mengevakuasi 11 pendaki dalam kondisi meninggal dunia. Petugas masih melakukan identifikasi kesebelas jenazah yang dievakuasi pada hari ini.
Atas musibah itu, lewat tulisan kedua terkait erupsi Merapi ini, TravelPlus Indonesia kembali berucap turut berdukacita. "Semoga keluarga korban yang ditinggalkan diberi kekuatan, kesabaran, dan kita semua juga bisa mengambil hikmahnya, Aamiin Allahumma Aamiin 🤲. Pray for Marapi dan Al-Fatihah".
Sekurangnya ada 5 hikmah yang bisa kita petik atas musibah tersebut.
Hikmah pertama, jadi lebih ingin menyiapkan fisik dan mental serta peralatan dan perlengkapan pendakian yang tepat dan nyaman sebelum melakukan pendakian.
Persiapan fisik Ini berlaku bagi setiap pendaki baik yang pernah ataupun sering melakukan pendakian. Apalagi yang sudah lama vakum mendaki dan atau baru kali pertama mendaki.
Caranya dengan berolahraga jogging atau lari santai rutin minimal seminggu sekali dan renang minimal seminggu sekali, jauh-jauh hari sebelum melakukan pendakian.
Persiapan mental disini harus membiasakan atau paling tidak menyesuaikan perbedaan saat mendaki gunung apalagi dalam kondisi hujan dan dingin dibandingkan berada di rumah. Dengan kata lain mental harus lebih siap dan kuat menghadapi kondisi medan cuaca apapun di gunung alias tidak mudah menyerah, kudu sat set, dan tidak lembek alias cengeng.
Persiapan peralatan pendakian utama yang kuat dan nyaman seperti sepatu mendaki berikut 2 pasang kaos kaki, sandal gunung untuk back-up, ransel, tenda, jas hujan/ponco, jaket/sweater, sarung tangan, balaklava atau penutup kepala, logistik yang cukup dan perlengkapan masak serta perlengkapan tidur seperti matras, sleeping bag, dan pakaian pengganti yang kering dan hangat.
Sebaiknya sebelum mendaki, selain berdoa juga melakukan pemanasan agar fisik tidak kaget dan memulai pendakian dengan santai alias tidak ngebut karena fisik butuh beradaptasi dengan kondisi cuaca dan trek pendakian.
Hikmah kedua, jadi ingin mencari tahu data terkini status dan kondisi gunung yang akan didaki. Caranya dengan mengumpulkan data dari pihak-pihak terkait seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pencegahan Bencana Daerah, dan pengelola jalur pendakian gunung tersebut.
Setelah tahu, sebaiknya diindahkan. Misalnya kalau diimbau tidak mendekati area puncak atau kawah atau pendakian umum ternyata ditutup sementara karena sesuatu hal, tentunya harus diindahkan. Jangan dilanggar, jangan menjadi pendaki ilegal.
Mengingat musibah bisa terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk di gunung, jadilah pendaki yang cerdas, mematuhi peraturan yang berlaku baik yang tertulis/tersurat yang dikeluarkan pihak terkait maupun yang tersirat yang hidup di kalangan masyarakat di sekitar gunung tersebut.
Hikmah berikutnya atau yang ketiga, jadi lebih melibatkan Allah SWT dalam setiap pendakian.
Caranya berdoa kepada Allah SWT memohon kelancaran, kemudahan, dan keselamatan sebelum melakukan pendakian baik sendiri maupun berkelompok, tetap melaksanakan sholat wajib 5 waktu selama pendakian, senantiasa mengingat-Nya dengan berzikir, dan juga bersholawat.
Mendaki gunung berarti mendatangi salah satu ornamen alam ciptaan Allah SWT. Sebagai hamba-Nya atau pendaki muslim sudah sewajarnya kita senantiasa mengingatNya dan menjadikan pendakian sekaligus untuk memperkuat/mempertebal keimanan. Dengan mengingat-Nya (mengindahkan perintahNya saat pendakian), Insyaallah Allah SWT akan melindungi dan menjaga keselamatan kita.
Hikmah keempat yang bisa kita petik adalah jadi lebih mencintai semua penghuni gunung, baik itu hutan yang berisi bermacam pohon dan tanaman serta satwanya, sumber air, bebatuan, dan lainnya.
Caranya dengan tidak melakukan perusakan (menebang/mencabut/memetik pohon/tanaman setempat) dan tidak mengotori (tidak buang sampah sisa logistik dan tidak vandalisme). Dengan mencintai alam, Insyaallah alam akan berbalik bersahabat dengan kita juga.
Hikmah terakhir atau yang kelima, jadi berusaha melakukan pendakian yang punya manfaat lebih alias bukan sekadar mendaki, foto-foto lalu turun lagi.
Caranya, pendakian yang dilakukan misalnya sekaligus ingin memajukan sektor pariwisata, ekonomi kreatif, kebudayaan ataupun sektor lingkungan setempat, minimal dengan menerapkan pendakian yang ramah lingkungan.
Itulah 5 hikmah yang bisa kita ambil dan terapkan dari musibah erupsi Marapi sebagai bekal untuk pendakian gunung-gunung berikutnya. Semoga berkenan dan bermanfaat 🙏.
Naskah: Adji TravelPlus IG: @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id, foto: adji & #alumnimarapi
Captions:
1. TravelPlus Indonesia saat nge-camp di kawasan Cadas, sebelum menuju puncak Gunung Marapi, Sumbar pada tahun 2016.
2. Salah satu pendaki perempuan di Gunung Marapi.
3. Beberapa pendaki tengah menikmati pesona dari kawasan puncak Gunung Marapi.
0 komentar:
Posting Komentar