. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 29 November 2022

Lima Langkah Bentuk Masyarakat Siaga Bencana


Sadar negeri ini rawan bencana, rasanya membentuk masyarakat yang siaga bencana itu suatu keharusan. Apa saja langkahnya?

Sekurangnya ada 5 langkah untuk membentuk masyarakat siaga bencana berdasarkan amatan TravelPlus Indonesia.

Langkah pertama, membentuk kesadaran individu dan kolektif (masyarakat). Sadar (kenal dan paham) kalau Indonesia merupakan salah satu negara rawan bencana alam dan konflik. 

Jenis bencana alamnya antara lain gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, erupsi gunung api, angin puting beliung, kebakaran hutan dan lainnya.

Penyebabnya antara lain letak geografis, struktur geologis, perubahan fungsi hutan, dan ulah manusia/masyarakat. 

Sementara bencana konflik terjadi bisa dikarenakan keragaman etnis, agama/kepercayaan, sosial budaya, serta perbedaan tingkat ekonomi dan politik.

Dampak buruk dari bencana alam maupun konflik bisa menyebabkan kerusakan dan kerugian material, menelan korban jiwa, pengungsian, dan penurunan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Kedua, membentuk kesiapan/kesiapsiagaan. Jadi kalau sudah sadar akan jenis dan potensi bencana segera melakukan persiapan untuk mencegah dan mengantisipasi ancaman bencana serta meminimalkan dampak buruknya sebagaimana tersebut di atas.

Contohnya untuk mencegah banjir, setiap individu maupun masyarakat tidak membuang sampah dan limbah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik, tidak serakah merubah lahan hutan menjadi hunian/lahan kebun dll, membuat sumur resapan, tidak menebang pohon, dan sebaliknya rajin menanam pohon di lahan kosong.

Kiat ketiga, cara membentuk kesadaran dan kesiapan bisa lewat berbagai langkah, salah satunya penyuluhan dalam bentuk teori, simulasi, dan pelatihan secara kontinyu dari tingkat keluarga, RT dan seterusnya. Kalau di jenjang pendidikan mulai TK sampai perguruan tinggi. 

Keempat, membentuk individu/keluarga/komunitas/desa atau kelurahan/kecamatan/kabupaten dan atau kota siaga bencana.

Artinya individu/keluarga/komunitas/desa/kecamatan/kabupaten dan kota yang mampu mengenal jenis dan potensi bencana, mencegahnya, menghadapinya, dan meminimalisir dampak buruknya serta cepat memulihkan diri untuk bangkit dan kembali hidup normal.

Tsunami Ready Community
Untuk desa siaga bencana, saat ini sudah ada beberapa contoh yang berhasil
terverifikasi sebagai Komunitas Siaga Bencana Tsunami (Tsunami Ready Community) oleh Komisi Oseanografi Antar-Pemerintah (IOC) UNESCO antara lain Desa Tanjung Benoa - Bali; Desa Tambakrejo - Jawa Timur; Kalurahan Glagah - Yogyakarta; dan Desa Panggarangan - Banten.

Di laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kepala BMKG yang juga Chair of Intergovernmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (Chair ICG/IOTWMS), Dwikorita Karnawati menjelaskan Tsunami Ready Community sendiri adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC. 

Dwikorita menerangkan predikat Tsunami Ready Community akan tercapai apabila semua pihak terlibat dengan berkolaborasi dan bersinergi, sehingga 12 indikator yang ditetapkan dapat dipenuhi dengan baik. 

Ke-12 indikator itu adalah sudah dipetakan dan didesain zona bahaya tsunami; jumlah orang berisiko di dalam zona bahaya tsunami dapat terestimasi; sumber-sumber ekonomi, infrastruktur, dan politik teridentifikasi; serta adanya peta evakuasi tsunami yang mudah dipahami.

Selain itu, Informasi tsunami termasuk rambu-rambu ditampilkan di publik; sosialisasi, kesadaran masyarakat, dan edukasi tersedia dan terdistribusi; sosialisasi atau kegiatan edukasi minimal diselenggarakan 3 kali dalam satu tahun; pelatihan bagi dan oleh Komunitas Tsunami diadakan minimal 2 tahun sekali; disetujuinya rencana respons darurat komunitas tsunami; serta tersedianya kapasitas untuk pengelolaan operasional respons darurat saat tsunami terjadi.


Indikator lainnya, tersedia sarana yang memadai dan andal untuk menerima peringatan dini tsunami dari otoritas yang berwenang (dari BPBD) selama 24 jam secara tepat waktu; dan tersedia sarana yang memadai dan andal untuk menyebarkan peringatan tsunami resmi 24 jam kepada publik setempat secara tepat waktu.

Terakhir atau langkah kelima, melibatkan peran aktif pemerintah, swasta, akademisi, komunitas, dan media agar informasinya tersiar luas.

Dwikorita di ajang pertemuan tahunan Intergovernmental Oceanographic Commission-Executive Council (IOC-EC) ke 55 yang di gelar di Paris, 14-17 Juni 2022 mengatakan butuh keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat untuk mempercepat terwujudnya tsunami ready community ini. Tidak hanya pemerintah, namun juga pihak swasta, akademisi, komunitas, termasuk rekan-rekan media di dalamnya.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP