. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 06 Agustus 2022

"Mangrove Camp" Tak Sekadar Berkemah, 4 Kegiatan Intinya Bermuatan Konservasi


Mangrove Camp yang diselenggarakan Pusat Koordinasi Wilayah (PKW) Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) se-Pandeglang, berlangsung lancar, sukses, dan tentunya sangat bermanfaat. Aktivitas sarat peduli lingkungan ini diisi dengan 4 kegiatan inti bermuatan konservasi.

Mangrove Camp yang didukung oleh Pusat Koordinasi Daerah (PKD) Mapala se-Banten, Yayasan Alabama Indonesia Lestari, dan Planete Urgence (groupe sos) ini berlangsung selama 2 hari, Jumat - Sabtu (5-6/8/2022) di Bumi Perkemahan (Bumper) Cikujang, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Ketua pelaksana Mangrove Camp, Moch. Suhendra Yusuf yang akrab disapa Oleng mengatakan kegiatan yang mengusung tema "Peran Pencinta Alam dalam Perlindungan Mangrove" ini bertujuan memberikan edukasi terutama tentang mangrove kepada para pecinta alam sekaligus menjadi ajang untuk menyambung silaturahmi antar-pencinta alam, terutama yang ada di Pandeglang.


"Ada 4 inti kegiatan Mangrove Camp yakni pengenalan mangrove, diskusi terkait tema, kompetisi konsep, dan diakhir dengan penanaman," terangnya kepada TravelPlus Indonesia yang hadir langsung untuk mendukung sekaligus meliput kegiatan berkemah yang kental muatan peduli lingkungan tersebut.

Tiga kegiatan inti Mangrove Camp yakni pengenalan mangrove, diskusi terkait tema, dan kompetisi konsep dilakukan di lapangan rumput Bumper Cikujang pada Jumat malam, selepas makan malam bersama dan salat Isya.

Dalam diskusi yang menghadirkan nara sumber Mang Eya, Nanda Bahari, dan Gatot dengan moderator sekaligus MC-nya Yosep serta sambutan dari Oleng dan Vivit Nurhikmah, selain membahas apa itu mangrove, jenisnya, manfaatnya, dan cara menanamnya serta peran aktif yang bisa dilakukan para pencinta alam untuk pelestarian mangrove, juga menginformasikan kondisi terkini mangrove di Banten khususnya yang ada di Kabupaten Pandeglang.


Tercatat bahwa Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki garis pantai terpanjang di Banten. Namun dari risiko bencana alam, Pandeglang juga termasuk yang memiliki risiko cukup tinggi di Banten selain Kabupaten Lebak. 

Adapun jenis bencana alam yang mengancam Pandeglang antara lain letusan Gunung Anak Krakatau, dan gempa-gempa tektonik yang mungkin bisa memicu tsunami.

Catatan lain, mangrove inilah salah satu tanaman yang manfaatnya mampu mereduksi tenaga dari tsunami dan bisa menyelamatkan masyarakat di pesisir dari terjangan tsunami apabila hutan mangrove-nya banyak, tumbuh subur, dan lestari.


Permasalahan belakangan ini justru terjadi degradasi lahan, artinya ada lahan mangrove yang hilang sekitar 62 % dari total keseluruhan mangrove yang pernah ada di Kabupaten Pandeglang. Dengan kata lain lahan mangrove yang dulu banyak dan tumbuh subur di Pandeglang kini kian menyusut.

Bukti kawasan mangrove di Pandeglang sekarang tinggal sedikit, bisa dilihat saat melintasi jalan di pesisir Pandeglang terutama dari Panimbang sampai ke Bumper Cikujang. Di sana kini lebih banyak resort, tambak, dan beberapa pemukiman daripada mangrove.

Dalam kegiatan kompetisi konsep, setiap organisasi Mapala/KPA yang menjadi peserta Mangrove Camp, membuat konsep konservasi yang akan dilakukan untuk pelestarian mangrove di Pandeglang.


"Ada tiga konsep terbaik yang terpilih dan diharapkan bisa dijalankan untuk kegiatan konservasi berikutnya," terang Oleng.

Selepas tiga acara inti, peserta dihibur dengan suguhan beberapa lagu dengan iringan gitar.

Kegiatan inti terakhir Mangrove Camp atau  yang keempat yakni aksi penanaman, berlangsung Sabtu pagi setelah sarapan bersama dan briefing. Lokasi penanamannya di salah satu pantai yang berjarak sekitar 1 Km dengan berjalan kaki menyusuri jalan raya dari Bumper Cikujang.


"Selain mangrove juga ada beberapa jenis tanaman pantai yang kami tanam seperti Ketapang," jelas Oleng.

Usai menanam, seluruh peserta berfoto bersama berlatarbelakang laut, kemudian dilanjutkan menyusuri pantai untuk kembali ke Bumper Cikujang seraya melakukan aksi bersih sampah.

Vivit Nurhikmah perwakilan dari Yayasan Alabama Indonesia Lestari berharap dengan 4 kegiatan inti tersebut para peserta Mangrove Camp tidak semata berkemah dan bermain, pun mendapatkan pengetahuan terkait mangrove dan sekaligus menambah pengalaman serta pertemanan.


Bukan Cuma Mapala
Mangrove Camp diikuti sejumlah organisasi Mapala, KPA, dan pegiat lingkungan serta masyarakat umum antara lain Himala, Mahapas, Mapalbara, Mapalimia, Mapalasiu, Mapala UPG, Mahapeka, Mapelba, Mafelka, Mapalaut, Akmapala, Lentera, Skala, Bayawak Adventure, Cibaliung Adventure, Camp Buaya, Selimut Adventur, GenBI Banten, Adudu the Explorer, KKN Unma, Gempa, FKPPAI Banten, Koling, Kumbila, Starpala Serang, dan Starpala Jabodetabek.

Selain itu juga ada organisasi Pecinta Tanaman dari Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Bahkan ada perwakilan dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BMSI) Pandeglang.

Sejumlah organisasi/KPA tersebut di antaranya diwakili pengurus dan atau beberapa anggotanya sehingga total peserta Mangrove Camp ini mencapai lebih dari 100 orang.


Sekalipun kegiatan ini digelar PKW Mapala se-Pandeglang namun pesertanya bukan hanya dari kalangan Mapala di Pandeglang, pun dari Cilegon dan Serang.

Menariknya lagi juga ada beberapa Siswa Pencinta Alam (Sispala) yang ikut serta, baik itu dari tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) maupun Sekolah Tinggi Atas Negeri (SMAN) yang ada di Pandeglang, antara lain Yupacc dari SMPN 3 Pandeglang, Lispala SMAN 15, Giri Raksa MAN 4, Tumpas SMAN 2, Regent4rest SMKN 4, Brigaspala SMAN 16, dan Warant dari SMAN 1.

Sebelum pulang, setiap peserta mendapatkan sebuah piagam penghargaan yang ditandatangani Moch. Suhendra Yusuf dari PKW Pandeglang dan Yosep Aulia Rahman dari Yayasan Alabama Lestari Indonesia.

TravelPlus Indonesia sendiri hadir sekaligus mewakili Kembara Tropis, yakni sebuah komunitas traveler, backpacker, mantan Mapala, dan pegiat lingkungan yang berbasis di Jakarta. Dengan kata lain Mangrove Camp juga diikuti peserta dari luar Pandeglang bahkan luar Banten.


Kenapa TravelPlus rela jauh-jauh datang? Jawabannya sederhana. Seperti judul tulisan ini, alasannya karena Mangrove Camp bukan sekadar berkemah tapi punya muatan konservasi alam yang kental, yang patut didukung lewat berbagai cara antara lain dengan mempublikasikannya.

Kenapa harus dipublikasikan? Ya supaya pihak penyelenggaranya terus bersemangat melakukan aksi konservasi alam yang sangat positif ini berikutnya dan agar semakin banyak publik/warganet/Mapala/KPA yang tahu, lalu terinspirasi melakukan minimal aksi pro konservasi alam/lingkungan di daerahnya.

Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis &  @travelplusindonesia

Foto: adji & dok. PKW Pandeglang

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP