. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 18 Agustus 2022

1001 Kisah Nanbar 2211 Mdpl


Bila jeli menangkap dan meramunya, pendakian gunung yang dilakukan secara bersama alias nanjak bareng (nanbar), kerap membuahkan beragam kisah menarik. 

Kali ini bermacam (1001) kisah berhasil TravelPlus Indonesia petik, racik lalu sebarluaskan ke publik usai kembali sukses  menggapai puncak tertinggi Gunung Salak. Kali ini terasa lebih spesial karena bertepatan dengan HUT ke-77 Kemerdekaan RI, Rabu 17 Agustus 2022.

1001 kisah nanbar gunung berketinggian 2211 meter di atas permukaan laut (Mdpl) itu merupakan hasil pengamatan dari berbagai sisi, seperti transportasi, ekonomi, konservasi, jalur pendakian (japen), teknik pendakian (tekpen), religi, sosial, dan lainnya.

Amatan TravelPlus dari sisi transportasi bila ingin mendaki Gunung Salak lewat japen Cidahu, Kabupaten Sukabumi secara backpacker, pilihan moda transportasi umumnya cukup variatif.

Pendaki bisa menggunakan bus dari Jakarta ataupun Bandung tujuan Sukabumi turun di Cidahu, antara lain bus ekonomi Kalideres - Sukabumi. Lanjut naik ojek motor atau angkot warna putih jurusan terminal Cicurug ke terminal Cidahu. Angkot tersebut lewat depan Stasiun Cicurug dan jumlah cukup banyak. Dari terminal Cidahu, sambung naik ojek ke pos pendakian atau bahkan sampai warung terakhir sebelum jembatan di dekat Pintu Rimba (sebelum Javana Spa).

Bila pilihannya naik kereta api dari Jakarta bisa naik commuter line ke Stasiun Bogor lalu dilanjutkan dengan kereta api ekonomi ataupun eksekutif Pangrango tujuan Sukabumi turun di Stasiun Cicurug, stasiun terdekat dengan Cidahu. Pastikan pesan online tiket kereta Pangrango-nya jauh-jauh hari agar tidak kehabisan tempat duduk, caranya antara lain bisa beli di mini market. Dari depan stasiun Cicurug lanjut naik angkot warna putih seperti di atas.


Intinya semakin banyak pilihan moda transportasi umum ke daerah tujuan wisata, semakin memudahkan mobilitas bukan hanya buat warga setempat, pun pendaki gunung maupun pengunjung biasa yang ingin camping ceria (camcer) di bumi perkemahan (bumper) yang menjamur di Cidahu sampai jelang Pintu Rimba, dan objek wisata lainnya.

Kemudahan akses tersebut membuat perekonomian warga di Cidahu menggeliat cukup pesat. 

Pantauan TravelPlus, saat ini Cidahu semakin ramai dan padat, di kiri-kanan jalan utamanya banyak mini market, toko, kedai/warung/rumah makan yang menjual aneka kuliner, dan lainnya. Sangat berbeda jauh dibanding pada masa 80-an akhir dan 90-an awal ketika TravelPlus kali pertama nanjak Salak 1 dan beberapa kali ke Kawah Ratu via Cidahu.

Kisah terkait konservasi, dalam nanbar yang diikuti 13 pendaki dari segi usia terdiri atas beberapa pendaki belia (usia belasan tahun), dewasa (20 thn ke atas), sampai yang sudah lawas alias jelang senja (di atas 50-an) ini, TravelPlus sekaligus melakukan pengamatan bermuatan konservasi, antara lain mendata dan mengabadikan beberapa flora setempat.

Hasil pengamatan di sekitar trek pendakian, terpantau antara lain angrek hutan, beberapa jenis jamur, begonia (daunnya seperti pohon talas, batang mudanya bisa dimakan setelah dikupas kulitnya, rasanya agak asam), lumut, dan beberapa pohon besar seperti Rasamala.

Pendakian ramah lingkungan, pun kami indahkan. Bukan hanya sekadar mengumpulkan sampah logistik dan menurunkannya kembali, pun mendata keberadaan sampah di sepanjang japen dari mulai Pintu Rimba - Pos Bajuri - Pos Bayangan - Puncak Salak.

Di Pos Bajuri terdapat pondok yang kokoh, berupa rumah panggung beratap namun tak berdinding. Pos tersebut sepertinya dibuat, balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) selaku pengelola kawasan konservasi ini.

Pos itu berada di lahan datar setelah melewati aliran sungai kecil tempat pendaki mengambil stok air minum untuk pendakian ke Puncak Salak 1.


Pantauan TravelPlus, mulai pos Bajuri yang ditandai dengan tanda bertuliskan HM 1, Pos Bayangan (HM 38) berupa pos alam (tidak ada bangunan/pondok), sampai Puncak Salak 1 (Puncak Manik) HM 50, dimana jarak antar HM sepanjang 100 meter, tidak terlalu banyak sampah.

Hanya di depan pos Bajuri dan Puncak Manik di bawah dekat dengan plang besi berwarna hitam bertuliskan Puncak Manik, Salak 1, 2211 Mdpl dengan cat warna kuning, terlihat tumpukan sampah pendaki yang malas dibawa turun tapi sengaja dibakar.

Sementara di sepanjang treknya boleh dibilang relatif bersih dibanding dengan trek gunung-gunung lain yang lebih populer, hanya ada beberapa sampah kecil yang dibuang pendaki seenaknya seperti bungkus mie instan, madu, cairan anti masuk angin, dan bungkus permen serta botol air mineral. Beberapa di antaranya TravelPlus abadikan dan ambil lalu kantongi sewaktu turun. 

Sebenarnya sampah-sampah plastik kecil itu tidaklah berat tapi yang berat adalah niatnya/hatinya/keinginannya untuk membawa turun kembali. Padahal kalau setiap pendaki menerapkan pendakian yang ramah lingkungan (minimal membawa turun sampah logistiknya masing-masing), seramai apapun gunung itu akan bebas dari sampah. Sebaliknya jika pendakinya tidak punya mental pro konservasi, sesepi apapun gunung itu tetap saja bertabur sampah karena tidak dibawa turun.


Kondisi trek japen ke Salak 1 via Cidahu sangat variatif, mulai trek bebatuan berundak setelah ujung aspal, tanah, berlumpur, bebatuan licin berlumut, tanjakan rantai, trek akar, trek kiri-kanan jurang, dan beberapa trek webbing karena terjal sampai ada yang hampir 90 derajat atau tegak lurus sehingga harus menggunakan tali webbing.

Ditambah lagi, Salak termasuk gunung dengan intensitas hujan yang tinggi. Jadi sekalipun di musik kemarau, tetap saja kerap berkabut lalu turun hujan yang membuat trek semakin licin dan berlumpur.

Amatan TravelPlus, trek Salak yang dulu terkenal dengan lintah darat atau pacetnya sepertinya sudah berkurang jumlahnya. Bisa jadi karena saat ini sedang musim panas atau juga karena semakin banyak pendaki yang nanbar ke Salak 1 sehingga jumlah pacetnya menurut.

Dengan kondisi trek yang variatif dan terbilang sulit, tak heran walau tingginya tak sampai 2.300 Mdpl, pendakian Salak 1 via Cidahu mampu menguras fisik dan mental dengan waktu tempuh pendaki sekitar 9 jam (jika tidak nge-camp atau pasang tenda untuk menginap di Pos Bayangan). Kalau nge-camp, paginya baru summit attack sekitar 1,5 jam.

Kendati begitu, buat pendaki yang senang dengan pendakian gunung bermuatan petualangan dengan trek relatif basah, hutan yang masih lebat serta tidak begitu ramai/padat jumlah pendakinya, Gunung Salak via Cidahu wajib masuk daftar pendakian, karena dipastikan pendakinya akan mendapatkan karakter dan atmosfer pendakian yang berbeda dengan gunung lain.


Antisipasi Nyasar
Untuk mengantisipasi/meminimalisir kecelakaan, tekpen juga perlu diterapkan antara lain berhati-hati saat menginjak batu berlumut supaya tidak jatuh, tidak tergesa-gesa saat melewati sejumlah trek webbing-nya supaya bebatuan yang dipijak tidak runtuh karena bisa menimpa rekan di bawahnya, menghindari kaki terjerembab di trek berlumpur sebaiknya pilih bagian pinggir lumpur yang agak padat, sebaiknya sebelum melakukan pendakian sepatu gunung yang digunakan di-sol terlebih dahulu supaya tidak jeblok.

Satu lagi, harus waspada saat turun agar tidak salah pilih arah, karena di pertengahan ada percabangan. Jangan sampai pilih trek ke kiri karena itu ke arah Girijaya (japen ilegal yang kerap digunakan para peziarah dan lainnya).  Untuk mengantisipasi pendaki salah arah seperti dialami salah seorang peserta kami, TravelPlus menyarankan pihak pengelola memberi rambu petunjuk yang lebih jelas lagi. 

Supaya pendakian juga punya muatan religi, tak ada salahnya sebelum memulai pendakian dan sewaktu turun, didahului dengan doa bersama sesuai ajaran agama/kepercayaan masing-masing.  

Buat pendaki muslim, biar dapat pahala saat pendakian ada baiknya sambil berzikir, mengucapkan Allahu Akbar setiap melewati trek menanjak dan Subhanallah saat trek menurun. 

Satu lagi, tentunya tetap menunaikan kewajibannya sebagai muslim yakni salat wajib 5 waktu selama pendakian berlangsung supaya pendakian berjalan lancar, aman, dan bermanfaat.

Terkait sosial, jelas nanbar salah satu bukti bahwa pendaki gunung itu adalah mahluk sosial, tidak bisa hidup sendiri.

Lewat nanbar bukan saja terjadi perkenalan antar pendaki pemula dengan pendaki yang sudah sarat pengalaman, pun saling berbagi pengetahuan dan wawasan hingga membuahkan silaturahmi yang bermuara  kearah kebaikan.


Buktinya di nanbar Salak 1 ini bukan hanya jadi saling kenal dengan sesama peserta, pun dengan pendaki lain baik itu pendaki Indonesia antara lain dari Jabodetabek, Banten, dan Bandung maupun pendaki asing.

Kok pendaki mancanegara? Yup, kebetulan saat nanbar Kemerdekaan kemarin, ada seorang pendaki bule asal Negeri Paman Sam, Amerika Serikat bernama Jonthon Coulson bersama rekan sependakiannya Ammar Noer Affan asal Bekasi yang bekerja di Qatar, ikut summit attack bareng kami dari pos Bayangan ke Puncak Salak 1.

Kehadiran mereka, jujur membuat suasana nanbar spesial Kemerdekaan tahun ini  menjadi lebih berwarna. Keduanya bahkan ikut melantunkan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" di Puncak Manik, atapnya Gunung Salak.

Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis &  @travelplusindonesia

Foto: Adji & dok. Nanbar Gunung Salak via Cidahu


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP