. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 05 Maret 2022

Jangan Mati Dulu Sebelum Jelajah 5 Taman Nasional Ini, Kenapa?


Memiliki banyak keistimewaan, lima kawasan konservasi berstatus Taman Nasional (TN) ini dianggap menjadi destinasi wajib peminat wisata alam, petualangan, pendakian, dan ekowisata. Bahkan sampai ada bilang, jangan mati dulu sebelum menjelajahi kelimanya.

Apa saja kelima TN tersebut? Jawabannya TN Komodo, TN Gunung Leuser, TN Ujung Kulon, TN Gunung Gede Pangrango, dan TN Baluran.

Kenapa peminat wisata alam wajib ke TN Komodo? Jawabannya karena di TN yang berada di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini bisa melihat langsung satwa primadonanya, yaitu biawak komodo (Varanus komodoensis).

Di TN yang memiliki tiga pulau besar yaitu Pulau Komodo, Rinca, dan Pulau Padar serta sejumlah pulau-pulau kecil seperti Pulau Gili Motang dan Pulau Nusa Kode ini, sang biawak purba raksasa yang oleh orang bule disebut dragon ini bahkan boleh dibilang menjadi penguasanya mengingat jumlahnya cukup banyak.

Data terakhir berdasarkan monitoring pihak balai TN Komodo, dugaan jumlah populasi biawak komodo di TN ini mencapai 3.303 ekor pada tahun 2021.

Selain itu ada sejumlah satwa unik lain yang bisa dilihat seperti kuda liar, kakatua kecil jambul kuning dan di perairannya antara lain ada Pari Manta Raksasa serta aneka terumbu karang.

Alasan lainnya selain treking daratannya yang berbukit-bukit dan bergunung bak seperti berada di planet lain, juga bisa diving di lebih kurang 57 lokasi penyelaman dengan lokasi Batu Bolong sebagai spot idaman serta snorkeling di Pantai Merah atau Pink Beach sebagai spot andalan.

Alasan berikutnya bisa melihat budaya bahkan mengikuti kehidupan keseharian masyarakat yang menghuni kawasan TN ini yakni di Desa Komodo (Kampung Komodo), Desa Pasir Panjang (Kampung Rinca dan Kampung Kerora), dan Desa Papagarang (Kampung Papagarang).

Mereka yang tinggal di Pulau Komodo  merupakan keturunan Suku Bajo yang memiliki kemampuan menakjubkan, mampu menyelam hingga kedalaman 25 meter selama 15 menit dengan satu kali tarikan napas dan tanpa alat bantu selam apapun. Wow.., emejing.

Ekowisata & Pendakian
Lalu kenapa peminat wisata alam wajib ke TN Gunung Leuser (TNGL)? Karena TN yang terletak di 2 provinsi, yaitu Aceh dan  Sumatera Utara (Sumut) ini bisa ber-ekowisata di Bukit Lawang dengan icon orangutan dan ”tracking in the jungle”, Tangkahan, Kedah, Lawe Gurah, Rantau Sialang, dan Danau Laut Bangko.

Di Bukit Lawang yang terletak pada zona pemanfaatan TNGL tepatnya di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumut, bisa berkegiatan jungle track, pengamatan orangutan sumatera, kedih, monyet ekor panjang, burung, dan satwa lainnya.

Selain itu menjelajah gua, mengarungi jeram Sungai Bahorok dengan ban (river tubbing), menikmati keindahan air terjun, mandi di sungai yang jernih, berkemah di area camping ground, forest healing di hutan hujan tropis Sumatera, serta menyaksikan atraksi budaya masyarakat yang beragam dan menikmati kuliner khas lokal.

Di Tangkahan yang juga berada di zona pemanfaatan TNGL, tepatnya di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumut, bisa melakukan berbagai kegiatan  alam seperti pengamatan gajah jinak, jungle patrol bersama gajah, memancing, river tubing, treking hutan, camping, dan susur gua (caving).

Pengembangan ekowisata di Tangkahan pun mendapat apresiasi. Di laman gunungleuser.or.id dijelaskan inisiatif Tangkahan dimulai pada akhir tahun 1999 dengan fokus desa sebagai basis pengamanan kawasan TNGL. Akhirnya pada 24 September 2004, mendapatkan penghargaan “Inovasi Kepariwisataan Indonesia“ dari Menbudpar R.I, I Gede Ardika.

Di Kedah yang terletak di Desa Penosan Sepakat, Kecamatan Blangjerang, Kabupaten Gayo Lues, Aceh yang merupakan pintu masuk ke jalur pendakian (japen) Gunung Leuser dan akses terakhir kendaraan sebelum treking ke hutan atau mendaki Gunung Leuser, antara lain bisa hiking, tracking ke Pucak Angkasan serta tentunya pendakian ke Puncak Leuser yang berketinggian 3.119 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dan Loser (3.404 Mdpl). Waktu terbaik melakukan pendakian Juli – September.

Alasan lainnya kalau malas nanjak lantaran terkendala dengan waktu, bisa berwisata budaya di Desa Penosan untuk menyaksikan tari saman yang sering disebut tari tangan seribu, dan bermacam keseniannya.

Di TNGL juga bisa melihat antara lain hutan primer, pinus, anggrek hutan, kantong semar, dan edelweiss. Kalau beruntung bisa melihat 4 spesies yang menjadi satwa kunci yaitu harimau Sumatera, gajah Sumatera, orangutan Sumatera serta berbagai jenis, burung, reptil, ampibia, ikan, dan invertebrata.


Negeri Terakhir Badak Jawa
Kenapa pula peminat wisata alam wajib ke TN Ujung Kulon (TNUK) yang berada di ujung paling Barat pulau Jawa, tepatnya di kecamatan Sumur dan Cimanggu, kabupaten Pandeglang, Banten? 

Jawabannya pasti lantaran bisa menjelajah negeri terakhir dari Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), tepatnya di Semenanjung Ujung Kulon. Kalau beruntung bisa melihat langsung satwa berkulit tebal itu.

Di Semenanjung Ujung Kulon yang merupakan habitat Badak Jawa sang primadona TNUK, aktivitas yang bisa dilakukan antara lain treking susur pantai dan hutan, berkemah, dan wildlife viewing.

Pantai yang disusuri adalah sepanjang pantai selatan semenanjung Ujung Kulon, mulai dari Cegog sampai Cibunar dengan durasi perjalanan di atas 8 jam perjalanan, dengan berbagai tantangan. Lalu lanjut ke Gua Sanghyangsirah di bagian Barat Semenanjung Ujung Kulon, kemudian ke Tanjung Layar, Cibom, Padang Penggembalaan Cidaon, dan menyeberang ke Pulau Peucang yang berjuluk dream island.

Di Peucang yang berluas 450 Ha dan dihuni antara lain rusa dan monyet ekor panjang ini, bisa nyantai di pantainya yang berpasir putih halus, berenang, snorkeling dan diving serta treking ke sebuah batu karang bernama Karang Copong di bagian Utara.

Alasan lainnya bisa diving dan surfing di perairan Pulau Panaitan, susur sungai Cigenter dengan perahu sampan dan ke Padang Penggembalaan Cigenter di Pulau Handeleum, dan berkunjung ke objek-objek wisata di seputar Desa Tamanjaya, salah satu desa penyangga di TNUK antara lain ke Curug Cipaniis, sumber air panas Cibiuk, dan melihat owa jawa di Curug Cikacang.

Nanjak 2 Gunung
Adapun alasan kenapa peminat wisata alam wajib ke TN Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang secara administratif meliputi kabupaten Cianjur, kabupaten Sukabumi, dan kabupaten Bogor, Jawa Barat ini, antara lain karena bisa melakukan pendakian dua gunung, yaitu Gunung Gede dan Pangrango alias GePang.

Namun harus diakui, sampai sekarang yang paling sering didaki orang adalah Gunung Gede. Bahkan gunung ini termasuk salah satu gunung favorit pendaki gunung di Jawa, terutama Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Sebelum pandemi, gunung ini juga didaki para pendaki mancanegara.

Ada 3 japen ke puncak Gunung Gede sekaligus pintu masuk kawasan TNGL yaitu Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana dengan kelebihan masing-masing.

Kalau mendaki ke puncak Gunung Gede yang berketinggian 2.958 Mdpl lewat japen Gunung Putri, bisa melihat spot terbaik untuk menikmati edelweiss dan cantigi, yaitu di Alun-Alun Surya Kencana (Aa Surken) yang berluas 50 hektar.

Aa Surken ini menjadi lokasi nge-camp atau berkemah sebelum muncak keesokan paginya. Waktu terbaik untuk melihat bunga abadinya (julukan buat si Edelweiss) mulai Juni hingga Agustus. Tapi ingat hanya boleh melihat atau mengabadikannya, tidak boleh dipetik!

Objek selanjutnya tentu saja puncak Gunung Gede. Dari puncaknya, bisa melihat Kawah Gunung Gede dan Gunung Pangrango, tetangga terdekatnya, serta keindahan sunset (sore) atau sunrise-nya (pagi) saat cuaca bersahabat.


Alasan lainnya, bila melintas dari puncak Gede lalu turun lewat japen Cibodas, akan menemukan beberapa objek alam nan menawan seperti air panas di ketinggian 2.171 Mdpl, Curug Cibereum setinggi 50 meter di ketinggian 1.675 Mdpl, lalu Curug Ciwalen yang konon berkhasiat awet muda dengan meniti canopy trail sepanjang sekitar 130 meter dan tinggi 48 meter dari Curug Cibeureum, lalu ada Telaga Biru yang berluas sekitar 5 hektar persegi di ketinggian 1.575 Mdpl, dan Kebun Raya Cibodas untuk rekreasi di lahan berluas 80 hektar.

Jika nanjak Gunung Pangrango yang berketinggian 3.019 Mdpl lewat japen Cibodas selain dapat objek-objek tersebut, juga akan mendapatkan spot andalannya yaitu Lembah Mandalawangi yang namanya kian tersohor berkat puisi berjudul “Mandalawangi – Pangrango” karya Soe Hok Gie salah seorang penggagas MAPALA.

Alasan berikutnya, TNGGP menjadi rumah bagi aneka floranya seperti edelweis, saninten, rasamala, anggrek, kantong semar, dan puspa. Sekaligus tempat tinggal alami buat  bermacam fauna seperti elang ular, burung hantu, elang jawa, owa jawa, katak jawa, kodok gunung, dan ular hijau. Jadi bisa melakukan pengamatan, pendokumentasian, pendataan, penelitian, dan lainnya.

Afrika-nya Indonesia
Terakhir, kenapa peminat wisata alam wajib ke TN Baluran yang berada di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur sebelum mati? Jawabannya antara lain karena bisa melihat Padang Savana yang membuat TN ini dijuluki Afrika-nya Indonesia, yaitu Padang Savana Bekol.

Di Padang Savana Bekol, bisa melihat aneka satwa liar yang tengah merumput antara lain burung merak, banteng, ayam hutan, dan rusa.

Kalau lagi beruntung, bisa juga menyaksikan macan tutul tengah menyantap rusa, salah satu menu favoritnya.

Populasi top predator atau predator puncak di TN ini ada sekitar puluhan ekor. Sedangkan rusa yang menjadi salah satu santapan kesukaannya, jumlahnya ada ribuan ekor. Selain rusa, macan tutul di TNUK juga gemar santap kera abu-abu.

Selain di Bekol, macan tutul juga kerap terlihat di Manting dan Air Kacip, lantaran di dua tempat itu terdapat sumber air yang tidak pernah habis.

Alasan lainnya, di TN seluas 25.000 Ha ini juga bisa juga berwisata ke Pantai Bama, Balanan, dan Bilik, Gua Jepang, Kawasan Hutan Evergreen, Manting, dan Air Kacip.

Aktivitas wisata yang bisa dilakukan selain wildlife viewing di Padang Savana Bekol, antara lain bird watching burung migran pada musim-musim tertentu, surfing, dan melihat penyu bertelur.


Pertama & Tertua
Selain memiliki keistimewaan masing-masing sebagaimana tersebut di atas, alasan lainnya karena kelima TN ini berpredikat sebagai TN pertama sekaligus tertua di Indonesia.

Istimewanya lagi, ternyata kelima TN ini lahirnya bersamaan atau dengan kata lain hari jadi atau hari ulang tahun (HUT)-nya berbarengan yaitu tanggal 6 Maret.

Kok bisa begitu? Ya karena kelima TN ini ditetapkan sebagai TN melalui Pengumuman Menteri Pertanian Nomor: 811/Kpts/Um/II/1980 pada tanggal 6 Maret 1980. Artinya tahun ini tepatnya tanggal 6 Maret 2022, kelima TN ini sama-sama berusia 42 tahun.

Tulisan ini merupakan kado kecil dari TravelPlus Indonesia buat kelima TN yang berada dibawa pengelolaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini, dengan harapan semoga tetap eksis, semakin berkualitas, dan tentunya tetap terjaga kebersihan, keindahan, dan keasriannya masing-masing.

Nah, mumpung masih ada umur, ayo jelajah ragam daya tarik kelima TN ini, baru kemudian lanjut ke puluhan TN lainnya di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua yang tak kalah istimewanya.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & tim @travelplusindonesia

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP