. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 29 Januari 2022

Utamakan Mendaki Gunung di Negeri Sendiri Apa Negeri Orang?


Di ragam medsos (FB, IG dll) saya perhatikan ada beberapa pendaki yang begitu bangganya mempromosikan pendakian-pendakian wisatanya di gunung-gunung di luar negeri.

Saya sebut pendakian wisata, ya karena ada paketnya, pemandunya, dilakukan di jalur pendakian umum, dan sebagainya. Jadi bukan termasuk pendakian bernilai petualangan, misalnya membuka jalur pendakian baru, ada unsur penelitian dan atau sesuatu yang baru lainnya.

Dalam hati bertanya kenapa pendaki itu begitu? Ah mungkin saja pendaki itu sudah mendaki seluruh gunung berstatus aktif, tidur, dan non aktif atau gunung populer, setengah terkenal, maupun tidak populer yang ada di Indonesia, negerinya sendiri sehingga dia beralih ke gunung-gunung di mancanegara. "Apa iya? Ah rasanya mustahil," kata hati.

Bisa jadi pendaki itu punya paket wisata pendakian ke beberapa gunung populer di mancanegara sehingga dia amat getol mempromosikan pendakian berikut daya tarik gunung-gunung tersebut supaya pendaki-pendaki berkantong tebal di negeri ini tertarik membeli paket wisata pendakiannya? "Bisa jadi," ucap hati.

Mungkin pula karena pendaki itu kecewa dengan kondisi sejumlah gunung populer di Tanah Air yang penuh sampah? "Mungkin saja," bisik hati lagi, sambil teringat beberapa tulisan yang menginformasikan bahwa Everest yang dieluk-elukan banyak pendaki dari berbagai negara itu pun berjuluk tempat sampah dan kuburan tertinggi di dunia. Artinya gunung tersohor di dunia itu pun tak luput dari sampah pendaki tak bertanggung jawab.

Memilih mendaki gunung-gunung di negeri orang itu memang hak setiap pendaki dan boleh-boleh saja. 

Tapi kalau alasannya karena sejumlah gunung di negeri ini kotor jalur pendakian hingga puncaknya, kenapa tidak berusaha untuk terus menjadi pendaki yang loyal menyuarakan pendakian ramah lingkungan lewat ragam media dan ruang pertemuan, biar para pendaki alay sadar.


Jika alasannya lantaran sejumlah gunung populer di negeri ini membosankan, tidak ada tantangan petualangannya, ya kenapa tidak membuat ekspedisi membuka jalur pendakian baru di gunung-gunung tak berstatus taman nasional, biar ada pilihan jalur pendakian baru.

Ingat, Indonesia ini tempat kita lahir, tinggal, berak, cari makan bahkan mungkin mati. Selama masih hidup di sini, rasanya sangat wajar kalau kita sebagai pendaki punya prinsip lebih mengutamakan mendaki gunung-gunung di dalam negeri tercinta ini lalu mempromosikan keistimewaannya masing-masing.

Lewat tulisan ini, saya mengajak Anda para pendaki Indonesia dimanapun berada untuk terus menjadi pendaki yang lebih mengutamakan/menomorsatukan melakukan pendakian bernilai lebih di gunung-gunung negeri sendiri lalu mempublikasikan ragam pesonanya agar dunia tahu.

Apabila nanti Anda juga akan melakukan berwisata pendakian ke gunung-gunung populer di mancanegara, usahakan biasa-biasa saja, jangan lebay (terlalu), begitu mengelu-elukan, membangga-bangakannya.

Salam Pendakian Bernilai Plus di Indonesia

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia (jurnalis/blogger & pegiat medsos sekaligus pendiri komunitas pecinta alam/lingkungan/pendaki gunung/pegiat alam bebas/petualang/backpacker/traveler: TROPIS, PHINISI-OAC (khusus jurnalis petualang), KEMBARA TROPIS, PRO KONSERVASI & MOUNTAINEERING PLUS)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP