The King of Ratoh Jaroe Ini Berharap Opening/Closing Ceremony PON 2024 di Aceh, Bisa Suguhkan 2400 Penari
Pembukaan dan penutupan perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON), tak bisa dipungkiri menjadi acara andalan yang ditunggu-tunggu masyarakat/warganet, selain pertandingan olahraga favorit.
Buktinya opening and closing ceremony PON XX di Papua baru-baru ini bukan hanya berhasil menyita perhatian masyarakat, pun sekaligus membuat Papua dinilai pantas mendapatkan predikat provinsi pertama yang sukses menjadi tuan rumah PON pada era pandemi.
Bagaimana dengan Aceh dan Sumatera Utara (Sumut), dua provinsi bertetangga dekat yang akan menjadi tuan rumah PON XXI, tahun 2024 mendatang?
Supaya masing-masing tuan rumah kebagian menggelar acara andalan tersebut, apakah nanti opening ceremony-nya di Aceh dan closing-nya di Sumut atau sebaliknya?
Khusus Aceh, apa yang akan disuguhkan provinsi berjuluk Tanah Rencong ini dalam acara opening ataupun closing ceremony PON XXI 2024 nanti?
Apakah kurang lebih sama dengan konsep sajian pembukaan dan penutupan PON XX Papua yakni kombinasi suguhan terutama tari-tarian, penampilan penyanyi/band nasional dan lokal serta pesta kembang api?
Atau justru Aceh akan menawarkan konsep yang berbeda (baca: suguhan baru), misalnya mengusung tema ramah lingkungan dengan tanpa pesta kembang api baik dalam acara opening ataupun closing ceremony?
Akankah Aceh bakal menonjolkan nuansa syariat Islam pada acara pembukaan/penutupan tersebut, termasuk dalam pelaksanaan setiap cabang olahraga yang dipertandingkan, sesuai dengan statusnya sebagai provinsi yang menerapkan syariat Islam?
Itulah sederet pertanyaan yang langsung hinggap di benak, ketika pertama kali saya mendapat kabar menggembirakan yaitu Aceh dipastikan menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Sumut.
Untuk mencari jawaban dari beberapa pertanyaan tersebut, saya segera mewawancarai beberapa pihak terkait, salah satunya Yusri Saleh, seniman sekaligus penata tari (koreografer) asal Aceh yang menetap di Jakarta.
Kenapa Yusri Saleh? Ya karena pria kelahiran Banda Aceh tahun 1977 yang akrab disapa Dek Gam ini adalah pencipta tari Ratoeh Jaroe yaitu tarian kreasi khas Aceh yang mencerminkan keagamaan, kepahlawanan, kekompakan, kebersamaan sopan santun, dan pendidikan.
Tarian kreasi ciptaanya itu bermakna berzikir atau bersenandung sambil menggerakan tangan. Tarian tersebut memadukan sejumlah gerakan dalam tari tradisional Aceh, seperti Rapai Geleng, Saman, Rateb Meuseukat, Likok Pulo, dan lainnya.
Selanjutnya dia tekun dan konsisten mengajarkan tari Ratoeh Jaroe kepada ribuan pelajar/mahasiswa di sejumlah sekolah dan universitas di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) bahkan membawakannya ke mancanegara.
Sejumlah anak didiknya juga sukses mengharumkan nama Indonesia lewat tarian tersebut di ajang lomba tari level internasional, antara lain juara pertama pada the 10th International Folklore Festival “Interfolk in Russia” di St. Petersburg, Rusia tahun 2017.
Berkat semua itu, tak berlebihan kalau namanya cukup tersohor terutama di kalangan pelajar/mahasiswa atau pecinta seni tari di Jabodetabek, sampai dia mendapat julukan “The King of Ratoh Jaroe”.
Ketika ditanya sebagai tuan rumah PON 2024 nanti sebaiknya Aceh menampilkan apa saja dalam opening ataupun closing ceremony PON mendatang, Yusri Saleh berharap untuk acara opening ataupun closing-nya diberi kepercayaan kepada seniman Aceh untuk mengkoreografikan tari kolosal dengan penggabungan beberapa tarian suku di Aceh.
"Ide saya mempersembahkan 2400 penari Ratoh Jaroe yang menampilkan tari Ratoh Jaroe seutuhnya dengan tampilan kostum menggunakan LED," ungkap pemilik sanggar Rumoh Budaya di Jakarta ini kepada TravelPlus Indonesia @adjitropis, Senin (18/10/2021).
Jujur, ide yang dilontarkan Yusri Saleh cukup mengejutkan saya. Namun melihat pengalamannya, sepertinya itu bukanlah sesuatu yang mustahil.
Sebagai pengingat, dalam acara opening ceremony Asian Games 2018 lalu di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, karya tarian Yusri Saleh yaitu tari Ratoh Jaroe sukses memukau masyarakat Indonesia dan dunia.
Ketika itu, tariannya tersebut dibawakan dengan kompak oleh sekitar 1600 penari perempuan yang berkostum rapih, menarik, dan sopan.
Dampak Positif
Menjadi tuan rumah PON 2024 jelas akan berdampak positif bagi Aceh maupun Sumut. Bukan semata buat sektor olahraganya, pun kepariwisataan, kebudayaan, dan lainnya.
Di laman acehprov.go.id, Sekretaris Daerah Aceh (Sekda), dr. Taqwallah, M.Kes mengatakan, perhelatan PON bersama Aceh dan Sumut adalah pekerjaan besar Pemerintah Aceh, Dinas Pemuda dan Olahraga, KONI, dan seluruh stakeholder baik yang berada di Aceh maupun di Sumut.
“Maka dari itu, PON bersama Aceh-Sumut menjadi penting bagi Aceh, dan menjadi pekerjaan seluruh stakeholder di kedua daerah,” ujarnya.
Perhelatan PON di Aceh, lanjut Taqwallah, akan meningkatkan perekonomian dan pembangunan infrastruktur, terutama pembangunan venue olahraga.
Sementara itu Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Aceh, Dedy Yuswadi AP mengatakan PON 2024 juga akan berdampak positif menumbuhkan semangat bagi keberlangsungan olahraga di Aceh.
PON bersama Aceh-Sumut menjadi ajang asah prestasi para atlet Tanah Rencong untuk melihat sejauh mana kegigihan putra putri Aceh saat bertanding membawa nama besar daerahnya.
PON 2024 di Aceh-Sumut, sambungnya juga secara tidak langsung akan memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat.
Lewat tulisan ini, TravelPlus mengucapkan selamat buat Aceh dan Sumut yang terpilih menjadi tuan rumah PON 2024, moga tak kalah sukses dan bisa menyuguhkan opening and closing ceremony yang berbeda, lebih memukau, dan ramah lingkungan.
Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis
Captions:
1. Yusri Saleh “The King of Ratoh Jaroe”. (foto: dok.Dek Gam)
2. Tangkapan layar video penampilan ribuan penari perempuan menarikan tari Ratoh Jaroe di opening ceremony Asian Games 2018 yang tayang di kanal YouTube Indosiar.
3. Tangkapan layar video penampilan penari pria Aceh di closing ceremony PON XX Papua membawakan tari Ratoh Du'ek yang diunggah di @ponxx2020papua.
0 komentar:
Posting Komentar