. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 06 Oktober 2021

Punya Tradisi Mandi Safar, Daya Tarik Wisata Daerah-daerah Ini Bertambah


Sebuah ritual yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara berulang setiap tahun hingga menjadi tradisi, tak bisa dipungkiri bisa menambah daya tarik wisata budaya bagi daerah tersebut. Salah satu contohnya tradisi mandi safar.

Mandi safar merupakan tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim di beberapa wilayah di Tanah Air, di antaranya di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Maluku.

Di wilayah Sumatera antara lain di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), tepatnya di Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu atau sekitar 4 jam berkendara dari Kota Jambi.

Desa Air Hitam Laut juga merupakan salah satu pintu masuk kawasan Taman Nasional Berbak (TNB) yang memiliki potensi ekowisata dengan berbagai jenis flora dan fauna.

Daerah lainnya di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, tepatnya di Desa Tanjung Punak, Pulau Rupat dan Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Di Kabupaten Lingga, tradisi mandi safar sudah ada sejak zaman Kesultanan Abdulrahman Muazamsyah (1883-1911).

Mandi safar di kabupaten berjuluk Negeri Bunda Tanah Melayu ini merupakan mandi dengan air yang sudah didoakan atau air yang direndami dengan wapak, yang dikemas dalam bentuk kearifan lokal sedemikan rupa dan sudah menjadi turun temurun sehingga menjadi bagian dari budaya masyarakat Melayu Lingga.

Mandi safar sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai warisan budaya dari bumi Melayu Kabupaten Lingga pada tahun 2018.

Tradisi satu ini juga dilakukan oleh masyarakat Melayu di Kota Batam, Kepri.

Tahun ini, tradisi mandi safar di Kota Batam bertempat di Kampung Terih, Kelurahan Sambau, Nongsa, Rabu (6/10) yang digelar  oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Nongsa bersama dengan masyarakat kampung tersebut.

Dilansir dari barakata.id, sebelum Mandi Safar terlebih dulu dilakukan ritual Besapa.

“Ritual Besapa ini yakni meminta doa selamat,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata.

Mandi Safar terbagi dalam tiga cara, yakni berbedak langi. Bedak tersebut terbuat dari beras yang digiling dan dijadikan tepung basah. Tepung itu dicampur dengan kunyit dan jeruk purut sebagai pewangi.

“Tata cara ini bertujuan untuk membersihkan jasmani,” terang Ardi.

Setelah itu dilanjutkan dengan berenang ke laut melewati wapak yang bertuliskan huruf Arab. Ini merupakan filosofi untuk menghilangkan hal negatif pada diri manusia. Selain itu juga dilakukan mandi tolak balak.

Prosesi ini ditutup dengan berdoa bersama dan menikmati sajian juadah, makanan khas Melayu.

Mandi Safar, lanjut Ardi merupakan salah satu atraksi budaya dan pariwisata yang menarik untuk wisatawan.

Di Sulawesi, tradisi mandi safar tahun ini  dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dan masyarakat Kecamatan Tomini.

Tradisi tersebut digelar di 7 desa se-Kecamatan Tomini pada Rabu (6/10).

"Mandi Safar ini merupakan tradisi dan kearifan lokal masyarakat Tomini yang sudah dilaksanakan turun temurun sejak dulu," kata Camat Tomini Abidin Patilima seperti dikutip iNews.id.

Dalam ritual Mandi Safar dibacakan Barzanji secara bersama-sama oleh warga disertai dengan doa menolak bencana dan diakhiri dengan mandi masal di sungai atau di pantai seputaran desa.

Menurut Camat Tomini, pelaksanaan tradisi mandi safar tahun ini tidak mengundang pejabat daerah karena sedang dalam kondisi pandemi dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dipusatkan di satu tempat.

Di NTB, mandi safar atau Rebo Bontong istilah lokalnya juga menjadi salah satu tradisi yang dinanti-nanti masyarakat Lombok, khususnya warga Gili Meno. Tahun ini pelaksanaannya di Gili Meno, Rabu (6/10).

Tradisi mandi safar tahun ini dihadiri Wakil Bupati Lombok Utara, Dani Karter Febrianto dan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Yusron Hadi.

Tradisi Rebo Bontong, menurut Yusron Hadi merupakan aset budaya masyarakat Lombok yang amat potensial menjadi atraksi unik bernilai jual jika dikemas lebih menarik.


Tradisi ini, lanjutnya juga menjadi kebangkitan pariwisata NTB, khususnya di kawasan tiga Gili.

Makna ritual Rebo Bontong adalah pembersihan diri yang selaras dengan semangat membangun kembali destinasi yang sehat dan aman. "Jika bersih dan aman, kawasan tiga Gili di Lombok Utara siap dikunjungi wisatawan," tambah Yusron Hadi.

Di Maluku, tradisi mandi safar tahun ini berlangsung di Negeri (Desa) Hitu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (6/10) petang.

Mandi Safar di Leihitu digelar pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar dalam hitungan tahun hijriah yang jatuh pada 6 Oktober 2021.

Raja Negeri Hitu, Salhana Pelu mengatakan tradisi mandi safar ini bersamaan dengan masuk atau siarnya agama Islam, dan sudah dilakukan juga di tahun lalu. "Kita berupaya meneruskan dari datu-datu atau orang tua kami,” jelasnya sebagaimana dikutip  ANTARA di pelataran rumah Raja Hitu.

Amatan TravelPlus Indonesia @adjitropis dari berbagai sumberdi beberapa tempat sekalipun masih ada yang pro dan kontra, namun dari sisi budaya pelaksanaan tradisi mandi safar terbukti menambah pesona daerah bersangkutan sehingga kian berdaya pikat dan tentunya semakin dikenal nama daerahnya.

Teks: Adji TravelPlus
Foto: dok. Yusron Hadi/Dispar NTB

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP