Berwisata Mata Air Tak Hanya Bikin Segar, Ini Pilihan Destinasi dan Aktivitasnya
Berkunjung ke mata air atau spring water yang sudah dikelola menjadi objek wisata, masih jadi pilihan banyak orang untuk mendapatkan kesegaran, terlebih di musim kemarau.
Selama ini orang awam hanya mengenal dua jenis mata air berdasarkan suhu airnya, yaitu mata air dingin dan panas atau mata air berair tawar dan mata air yang mengandung belerang.
Padahal jenis sumber mata air ada banyak. Menurut pendapat Bryan (1919), mata air dapat diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan tenaga atau pengaruh gravitasi terhadap keluarnya air tanah ke permukaan bumi, yaitu mata air yang berasal dari tenaga gravitasi atau gravitational spring dan non gravitasi artinya tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Mata air jenis gravitational spring terbagi 4 jenis, yaitu mata air depresi (depresion spring), kontak (contact spring), artesis (artesian spring), dan turbuler (turbulence spring).
Begitupun mata air dari tenaga non gravitasi, terbagi menjadi 4 jenis yaitu mata air vulkanik (volcanic spring), celah (fissure spring), hangat (ordinary spring), dan panas (thermal spring).
Di sejumlah daerah di Tanah Air, mata air banyak juga yang sudah dimanfaatkan sebagai objek wisata yang ramai peminatnya, di antaranya Mata Air Guyangan, Mata Air Cimincul, dan Mata Air Senjoyo.
Mata Air Guyangan berada di wilayah Banjar Guyangan, Desa Batu Kandik, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Keistimewaan mata air yang berjarak sekitar 25 Km dari Pelabuhan Nusa Penida ini, lokasinya berada di bibir tebing yang menghadap langsung ke laut sehingga untuk menjangkaunya cukup menguras tenaga dan menegangkan lantaran harus berjalan kaki menuruni ratusan anak tangga yang dibangun menempel pada dinding tebing selama sekitar 30 menit.
Untuk mencapainya, diperlukan keberanian dan stamina yang fit.
Kelebihan lainnya, lokasinya berdekatan dengan Pura Segara Kidul Nusa Penida sehingga kawasan Mata Air Guyangan menjadi tujuan wisata spiritual bagi umat Hindu.
Aktivitas wisata yang bisa dilakukan pengunjung antara lain treking sambil melihat pemandangan indah berupa tebing-tebing berbukit yang mengelilingi Mata Air Guyangan dan panorama Samudera Hindia dari ketinggian, melepaskan lelah di mata airnya serta bermeditasi menenangkan diri dari rutinitas dan kebisingan kota.
Namun bagi pengunjung perempuan yang sedang datang bulan, konon kabarnya tidak diperkenankan untuk memasuki areal Mata Air Guyangan ini, karena di kawasan mata air ini termasuk areal suci dan terdapat sebuah Pura Segara Kidul atau dewi penguasa laut selatan dan sejumlah pelinggih untuk pemujaan dewa Tri Murti yaitu Dewa Brahman, Wisnu, Siwa yang berdampingan dengan mata air ini.
Mata Air Cimincul berada di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Keistimewaan mata air yang berjarak kurang lebih 27 Km dari ibu kota Kabupaten Subang ini memiliki air yang bening.
Selain kebeningan airnya, Mata Air Cimincul ini juga menawarkan keindahan alam dan keterampilan penduduk setempat dalam membuat sagu, rengginang, kelontong buram, dan gula aren yang kerap dijadikan sebagai buah tangan.
Aktivitas wisata yang bisa dilakukan tentu saja mandi, berendam, dan ber-swafoto serta berbelanja oleh-oleh khas setempat.
Mata Air Senjoyo berada di Jalan Senjoyo IV, Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Keistimewaan mata air yang berlokasi di salah satu desa di ujung Kota Salatiga ini berhawa sejuk, airnya bening, dan masih terjaga kebersihannya.
Di mata air yang menjadi salah satu sumber mata air PDAM Kota Salatiga, pengunjung bisa bersantai dan berendam). Selain itu bisa melihat berbagai situs bebatuan berelief peninggalan kuno. Konon, dulu di pemandiannya itu digunakan oleh para raja-raja yang memerintah wilayah tersebut.
Kendati di dekat Kota Salatiga, Mata Air Senjoyo tetap berada di wilayah Kabupaten Semarang. Dari pusat Kota Salatiga menuju lokasi hanya memakan waktu sekitar 20 menit.
Kemarin (8/10/2021), Sumber Mata Air Senjoyo menjadi objek kunjungan lapangan (field trip) dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Implementasi Perlindungan Mata Air yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengendalian Kerusakan Perairan Darat (PKPD), Ditjen PDASHL, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Di akun Instagram (IG) resmi @dit.pkpd dijelaskan Sumber Mata Air Senjoyo telah dikelola dengan baik dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan air baku, rekreasi alam, dan irigasi pertanian. Terdapat beberapa pihak yang mengelola dan memanfaatkan mata air sebagai sumber air baku masyarakat.
Namun, sejak tahun 2000 debit airnya terus mengalami penurunan.
"Tercatat pada tahun 1995 debitnya 1.115 liter/detik, tapi pada tahun 2008 turun menjadi 838 liter/detik dan tahun 2014 pada saat musim kemarau debitnya menyusut hingga 40 persen," tulis adminnya.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan debitnya telah dilakukan perlindungan mata air oleh para pihak dari kementerian/lembaga (KLHK, PUPR, dan ESDM), Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Perusahaan Daerah dan Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), para penggiat dan pecinta lingkungan, masyarakat sekitar, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Upaya-upaya yang dilakukan salah satunya adalah pengisian air tanah.
"Pengisian air tanah pada daerah imbuhan Mata Air Senjoyo dilakukan melalui pembuatan sumur resapan yang dimulai sejak tahun 2014 di beberapa desa yang berada di daerah imbuhannya, yaitu Desa Patemon 360 unit, Desa Butuh 187 unit, Desa Jetak 171 unit dan Desa Noborejo 168 unit," ungkap adminnya lagi.
Dengan upaya tersebut, lanjutnya, debit airnya mulai meningkat. Hal ini menunjukan bahwa perlindungan mata air harus dilaksanakan bersama oleh semua pihak secara terkoordinasi, terintegrasi (terpadu), sinergi antar-sektor dan berkesinambungan, sehingga manfaatnya akan dirasakan oleh generasi sekarang dan generasi mendatang sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Di Kawasan Konservasi
Masih banyak lagi mata air yang menjadi objek wisata antara lain Mata Air Aqua Cipondok di Kabupaten Subang; Umbul Ponggok dan Obyek Mata Air Cokro (OMAC) di Kabupaten Klaten; Pemandian Mata Air Sodong di Kecamatan Klapanunggal dan Mata Air Ciburial Puncak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor; Pemandian Air Panas Ie Seuum dan Pemandian Mata Ie di Kabupaten Aceh Besar; serta Waduk Darma di Kabupaten Kuningan.
Waduk Darma yang berada di Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, sumber airnya berasal dari Mata Air Cihanyir yang berada tepat di tengah waduk tersebut dan dari hulu Sungai Cisanggarung.
Waduk Darma kini berkembang menjadi destinasi wisata favorit di wilayah Kuningan. Lokasinya cukup mudah dijangkau karena berada di tepi jalan raya yang menghubungkan Cirebon, Kuningan, Ciamis. Hanya berjarak sekitar 12 Km ke barat daya dari pusat kota Kuningan atau sekitar 47 Km dari Kota Cirebon.
Ada juga Pemandian Air Panas Way Belerang yang airnya bersumber dari mata air belerang yang keluar langsung dari bawah kolam dan dari Gunung Rajabasa, Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan.
Tak sedikit pula sumber mata air panas yang berada di kawasan konservasi, di antaranya Kawah Ratu Taman Nasional Gunung Halimun Salak di SPTN Wilayah III Sukabumi dan pemandian air panas Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Selain memberi kesegaran, mandi di tempat-tempat tempat yang airnya mengandung belerang alami itu juga yakini dapat mencegah reumatik, gatal-gatal, dan penyakit kulit lainnya.
Berkunjung ke objek wisata mata air di era pandemi, tentu harus mengindahkan prokes yang berlaku termasuk kuota pengunjungnya.
Satu lagi harus pro konservasi, minimal tidak membuang sampah di lokasi agar terjaga keasrian dan kebersihannya, seperti pesan bermuatan konservasi dari Direktur PKPD Sri Handayaningsih: "Jangan tinggalkan air mata tapi tinggalkanlah mata air".
Teks: Adji TravelPlus
Foto: @dit.pkpd & @adjitropis
0 komentar:
Posting Komentar