Kalau Indonesia Punya Hari Pariwisata Nasional, Tanggal Berapa yang Tepat?
Dalam tulisan sebelumnya, TravelPlus Indonesia @adjitropis sudah membeberkan keuntungan yang didapat Indonesia kalau memiliki Hari Pariwisata Nasional (Harparnas) atau Hari Pariwisata Indonesia (Harpari), termasuk tulisan pendapat sejumlah pihak yang memandang sangat perlu bangsa ini memiliki hari spesial pariwisata sendiri.
Nah, sehari jelang peringatan Hari Pariwisata Dunia (World Tourism Day) yang dirayakan setiap 27 September, TravelPlus membuat satu tulisan lagi mengenai tanggal berapa yang tepat atau cocok dijadikan Harparnas/Harpari dan kenapa memilih tanggal tersebut.
Ketua ASITA Bali I Ketut Ardana dalam satu kesempatan mengatakan mengenai tanggal yang tepat untuk Harparnas/Harpari harus dibicarakan secara integrated oleh pemerintah, stakeholder pariwisata, dan unsur pentahelix lainnya yang selama ini konsen membangun dan kemajuan kepariwisataan nasional.
"Mungkin sekitar setelah 17 Agustus, pertimbangannya setelah merdeka. Kita merdeka juga memberitahukan kepada dunia apa yang Indonesia punya," ungkapnya kepada TravelPlus belum lama ini.
Kata pemilik biro perjalanan wisata (BPW) PT. Bali Sinar Mentari Tours & Travel ini tanggal 18 Agustus juga bagus. "Kalau dijumlahkan jadi angka 9 atau angka terbesar. Kalau di Bali ada yang disebut "dewa nawa sanga", 9 dewa manifestasi, dan Tuhan yang menempati 9 penjuru mata angin," ungkap Ardana.
CEO and founder BPW Rabbani Tour sekaligus Ketua Umum Ikatan Wanita pengusaha Indonesia (IWAPI) Jawa Barat, Masrura Ramidjal mengusulkan sebaiknya tanggal Harparnas/Harpari antara bulan Juni sampai dengan Agustus.
Alasan tour leader yang juga Koordinator Bidang Litbang dan SDM di DPP ASITA ini, periode tersebut merupakan libur summer sehingga banyak orang luar negeri melakukan perjalanan wisata.
"Jika Harparnas/Harpari ada pada bulan-bulan tersebut dan tiap provinsi membuat kalender even budaya dan wisata, pasti akan sangat menarik dan akan membuat lama tinggal wisatawan mancanegara selama berada di Indonesia," terang Masrura Ramidjal yang baru saja menyelesaikan pendidikan di Lemhanas.
Lain lagi dengan Budi Setiawan dosen pariwisata di Pradita University ini mengatakan sebaiknya tanggal Harparnas/Harpari itu pada tanggal di SK-kannya Pedoman Penyelenggaraan Sapta Pesona yaitu SK Menparpostel No. KM.5/UM.209/MPPT-89.
"Soalnya SK tersebut boleh dibilang sebagai tonggak sejarah dasar dalam menyadarkan masyarakat dan wisatawan akan pentingnya sadar wisata melalui Sapta Pesona," jelasnya.
Semula Budi Setiawan mengajukan tanggal semenjak ada Kementerian Pariwisata pada zaman orde lama (Orla) atau pada era orde baru (Orba).
"Tapi tidak jadi, karena kalau tanggal tersebut akan banyak persepsi yang pro orla, pro orba, dll. Jadi saya pilih tanggal SK itu saja yang cocok, karena sampai sekarang Sapta Pesona tidak pernah pupus dan tidak pernah direvisi sejak tahun 1989 saat menterinya Soesilo Soedarman," terang konsultan pariwisata ini.
Berbeda dengan Ketua Indonesia Inbound Tour Operator Association (IINTOA) atau asosiasi pengusaha inbound tour operator Paul Edmundus Tallo. Dia mengusulkan tanggalnya adalah 1 Juli.
Alasan pemilihan tanggal tersebut, lanjut Paul, karena pada tanggal 1 Juli 1947 pemerintah Indonesia mendirikan badan/perusahaan negara yang dinamai Hotel Negara dan Tourisme (HONET).
"Tanggal 1 Juli adalah awal mula tourisme dimana pemerintah Indonesia membuat keputusan penting bahwa di negara ini perlu ada sebuah badan yang secara khusus menangani tourisme. Pada tahun 1958 di Tretes Jawa Timur diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourisme ke-2 yang melahirkan istilah PARIWISATA sebagai pengganti kata tourisme, itu juga alasannya," ungkap Paul Tallo.
TravelPlus sendiri sudah lama memiliki sekurangnya 5 (lima) tanggal untuk diajukan sebagai Harparnas/Hapari.
Pertama tanggal 1 Juli dengan alasan karena pada tanggal 1 Juli 1947, pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism) yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera mengambil alih hotel-hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya dinamai Hotel Merdeka. Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama menjadi NV HORNET.
Usulan tersebut sama seperti yang diajukan Paul Tallo.
Kedua, tanggal 1 Januari. Alasannya karena pada tanggal 1 Januari 1991 merupakan tanggal dimulainya pencanangan Tahun Kunjungan Indonesia atau Visit Indonesia Year (VIY).
Ketiga, tanggal 17 Januari. Alasannya karena pada tanggal 17-18 Januari 2011 bertepatan dengan launching country branding "Wonderful Indonesia" di Forum Internasional Menteri Pariwisata ASEAN di Kamboja oleh Jero Wacik, menteri pariwisata ketika itu.
Keempat, tanggal 29 Desember. Alasannya karena pada tanggal 29 Desember 2011 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengadakan malam apresiasi Wonderful Indonesia dengan tujuan memberikan penghargaan kepada orang-orang yang terlibat dan berjasa pada pariwisata di Indonesia.
Terakhir atau kelima, tanggal penetapan SK Menparpostel No. KM.5/UM.209/MPPT-89 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sapta Pesona. (Usulan ini juga sama seperti yang diajukan Budi Setiawan sebagaimana tersebut di atas).
Alasannya, Sapta Pesona sampai saat ini bahkan mungkin sampai kapanpun, tetap relevan diindahkan dalam sektor pariwisata.
Namun tanggal penetapan SK tersebut, sama seperti Budi Setiawan, belum TravelPlus temukan datanya.
Sebagai pengingat, pencetus Sapta Pesona adalah Soesilo Sudarman sebagai Menparpostel pada era itu.
Itulah beberapa tanggal yang diusulkan oleh beberapa pihak dari kalangan industri wisata, akademisi, dan TravelPlus sebagai jurnalis/blogger plus pegiat medsos yang selama ini loyal memajukan kepariwisataan nasional.
Nah, kalau Anda punya usulan tanggal berapa yang tepat untuk dijadikan sebagai Harparnas/Harpari, silakan ditulis di kolom komentar link tulisan ini yang diunggah di akun Instagram (IG) resmi TravelPlus Indonesia @adjitropis.
Teks: Adji TravelPlus
Foto: @adjitropis, dok. Paul Edmundus Tallo, I Ketut Ardana, Masrura Ramidjal & Budi Setiawan.
0 komentar:
Posting Komentar