Terapi Hutan Obat Usir Stres Lepas PPKM, Ini Pilihan Destinasinya
Banyak cara mengurangi stres baik fisik (physical stress) maupun mental (mental stress) dan menurunkan tekanan darah usai dikekang PPKM. Salah satunya dengan berwisata terapi hutan ke destinasi wisata alam yang berhutan sehat.
Tak bisa dipungkiri pandemi Covid-19 yang mengakibatkan banyak perubahan sekaligus masalah baru, ditambah adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuahkan stres bagi banyak orang.
Untuk mengurangi tekanan baik fisik dan mental tersebut, diperlukan obat yang tepat sekaligus menyenangkan selepas PPKM.
Nah, salah caranya dengan melakukan terapi hutan (forest healing) yang sebelumnya dikenal dengan istilah mandi hutan (forest bathing) atau dalam bahasa Jepang disebut “shinrin-yoku”.
Sebenarnya di Indonesia kurang lebih sama maknanya dengan tadabur alam, cuma mungkin karena kurang percaya diri atau biar dibilang lebih keren/gaya, diambil istilah forest healing.
Nah, dalam rangka menyambut dan merayakan Hari Hutan Indonesia (National Forest Day) 2021 yang diperingati setiap tanggal 7 Agustus, edisi kali ini TravelPlus Indonesia @adjitropis menyuguhkan tulisan manfaat terapi hutan sekaligus destinasi atau lokasi wisata alam yang tepat untuk melakukannya.
Terapi hutan adalah sebuah cara untuk menghilangkan jenuh, suntuk, cemas, lelah jiwa, letih hati, depresi bahkan stres fisik dan mental akibat tekanan/beban/masalah hidup dengan cara mengunjungi destinasi wisata hutan yang sehat.
Aktivitas yang disarankan dalam terapi hutan antara lain berjalan kaki menyusuri hutan secara perlahan dan santai (tidak terburu-buru) selama minimal 2 jam, menghirup udara hutan yang segar karena kaya oksigen sekaligus mencium aroma tanah dan dedaunan khas hutan, menyentuh lembut tetumbuhan, memeluk pohon, dan berolahraga ringan seperti senam, yoga, meditasi maupun bertadabur alam dengan duduk bersila sambil ber-zikir pelan dengan khusyuk seraya berucap syukur kepada alam dan pencipta-Nya.
Bisa juga dengan tidak melakukan kegiatan yang melelahkan fisik, artinya cukup berdiam di spot hutan lalu pusatkan pikiran yang menyatu dengan alam sambil menghirup udara hutan sepuasnya.
Agar tak bosan, sebagai variasi bisa juga dengan bersepeda santai, jogging, keliling sambil memotret/merekam/melukis pemandangan, mengamati/mendata flora dan fauna, bird watching, dan atau sekaligus sambil aksi menanam pohon serta mengikuti forest camp yang diadakan komunitas di daerah Anda.
Intinya, apapun aktivitasnya usahakan seluruh panca indera terkoneksi dan menyatu dengan ekosistem alam.
Kenapa di hutan? Ya karena hutan memiliki banyak pohon, dan pohon itu menghasilkan phytonicides atau kandungan udara dengan senyawa yang memiliki efek sangat positif menurunkan kadar hormon stres baik pada pria maupun wanita. Dengan menghirup udara segar dari hutan yang sehat dipastikan akan lebih banyak mendapatkan phytonicides tersebut.
Melakukan terapi hutan secara teratur lambat laut bisa menurunkan hormon stres seperti noadrenalin dan adrenalin serta memberikan efek relaksasi secara keseluruhan.
Selain mengurangi stres dan menurunkan tekanan darah, terapi hutan juga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan mental, kesehatan sistem saraf, fungsi kekebalan tubuh serta meningkatkan fungsi kognitif yang dapat meningkatkan kreativitas.
Dalam sebuah penelitian terungkap menghabiskan waktu di alam hutan yang sehat secara teratur memicu peningkatan aktivitas sel darah putih yang dapat membantu melawan sel-sel virus dan tumor.
Hutan menawarkan pemandangan hijau yang menyejukkan mata dan meneduhkan hati, aroma bau hutan yang segar, suhu yang tidak panas dan kering karena penyinaran matahari yang tersaring tajuk pohon-pohon, serta memberikan ketenangan karena jauh dari bising kendaraan dan diganti dengan simponi sabda alam berupa kicuan burung, suara angin yang menerpa dedauan, gemercik air dan lainnya.
Semua itu mampu membuahkan kenyamanan bagi fisik dan mental usai tertangkap panca indera.
Dengan kata lain terapi hutan bisa menjadi alternatif pencegahan, pengobatan, sekaligus penyembuhan secara alami yang bermanfaat bagi kesehatan mental, fisik, dan emosional.
Anda bisa memilih hutan yang ada di kawasan konservasi yang berstatus taman nasional (TN), taman wisata alam (TWA), suaka margasatwa (SM) namun terbatas, taman hutan raya (Tahura), dan atau objek wisata alam berhutan lainnya.
Data dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat ini ada 54 TN, 134 TWA, 34 Tahura, dan 80 SM.
Namun untuk forest healing diutamakan di kawasan konservasi yang memiliki healing service yang aman dan nyaman.
Contoh, kalau Anda tinggal di Jawa Barat (Jabar) bisa melakukan terapi hutan di TN Gunung Halimun Salak, TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Ciremai dan sejumlah TWA-nya yang berada di pegunungan antara lain TWA Papandayan, TWA Cimanggu, TWA Patengan, TWA Gunung Tangkuban Parahu, dan TWA Kamojang.
Pilihan lain bisa ke Tahura Juanda, Objek Wisata Alam Gunung Puntang, dan atau ke Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).
Di laman gunungwalat.ipb.ac.id dijelaskan Gunung Walat yang berluas hutan 359 hektare merupakan hutan pendidikan Fakultas Kehutanan IPB yang berada di Kecamatan Cibadak dan Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Secara administratif kehutanan termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Gunung Walat yang berada di ketinggian 720 meter dari permukaan laut (Mdpl) dihuni vegetasi pegunungan dataran rendah seperti damar dan agathis. Di sana ada jalur jalan setapak di antara tegakan pohon menuju area berkemah yang berjarak sekitar 2 Km dari kantor pengelola.
HPGW terdiri atas tiga blok yaitu Blok Timur (Cikatomas) seluas 120 ha, Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 ha, dan Blok Tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha.
Kondisi saat ini berupa tegakan hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), dan akasia (Acacia mangium).
Selain sebagai tempat praktik mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB dan fakultas lain di lingkup IPB, HPGW juga bisa digunakan untuk praktik mahasiswa perguruan tinggi lain, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tercatat mahasiswa mancanegara yang pernah melakukan praktik di sana antara lain dari Jepang (Tokyo Univ., Kagoshima, Otsunomi, Kyoto, dan Niigata Univ.), Korea (Seoul Nat. Univ., Chungnam Nat., Kangwon Nat., Chungbuk Nat., dan Dongguk Univ.), Malaysia (UPM), Jerman (Goettingen Univ.), dan Amerika Serikat (Texas El Paso Univ.).
Selain itu juga digunakan untuk program pendidikan lingkungan bagi para siswa dari sejumlah sekolah di Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bandung, dan dari kota-kota lainnya.
Kunjungan dengan tujuan berwisata seperti untuk terapi hutan, family camp, forest camp dan lainnya bisa dilakukan oleh keluarga, komunitas hobi, rombongan pelajar dan mahasiswa maupun karyawan perusahaan.
Buat Anda yang tidak menetap di Jabar, pilihan yang tepat untuk melakukan forest healing selepas PPKM, TravelPlus sarankan adalah destinasi hutan terdekat dengan daerah/kota Anda atau yang masih berada dalam satu provinsi karena lebih praktis untuk dijangkau.
Namun perlu diingat karena kondisi selepas PPKM masih juga pandemi, sebaiknya Anda cari tahu terlebih dahulu informasi apakah destinasi tersebut sudah dibuka kembali untuk kunjungan wisata atau belum.
Kalau sudah, saat berkunjung jangan lupa indahkan protokol kesehatan (prokes), kuota pengunjung, dan peraturan lain yang berlaku di destinasi tersebut agar forest healing yang akan Anda lakukan berjalan lancar, bermanfaat, dan berkesan.
Biar lebih asyik, sebaiknya jangan sendirian melakukan terapi hutan, jangan pula terlalu ramai. Ambil tengah-tengah saja, small group agar tidak riuh (crowded, noisy) dan itu sesuai kondisi pandemi.
Yuuuk.., usai PPKM, kita sama-sama usir stres dengan forest healing di hutan sehat terdekat.
Lewat tulisan ini TravelPlus sekaligus mengucapkan selamat merayakan Hari Hutan Indonesia.
Semoga keberadaan hutan di kawasan konservasi dan non kenservasi dari Aceh sampai Papua tetap terjaga (bukan justru semakin berkurang dan berubah fungsi dengan berbagai alasan dan keserakahan), dan supaya kelestarian hutan di Tanah Air bisa terus bermanfaat bagi kehidupan serta kesejahteraan generasi kini juga nanti.
Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis
0 komentar:
Posting Komentar