Mau Daya Tarik Wisata Daerah Anda Sukses Dikawinkan dengan Olahraga? Ini Sederet Kiatnya
Salah satu cara untuk mengangkat daya tarik wisata baik itu alam, buatan, dan budaya suatu daerah adalah dengan mengawinkannya dengan olahraga. 'Dikawinkan' disini maksudnya menjadi sebuah kegiatan wisata olahraga atau sport tourism event baik berkelas lokal, nasional maupun internasional.
Dua perhelatan sepak bola Piala Euro dan Copa America, Juli 2021 lalu sukses menarik perhatian dunia termasuk peminat sepak bola Tanah Air.
Berikutnya Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang yang tengah berlangsung pun menyita perhatian dunia, terlebih bangsa Indonesia mengingat sejumlah atlitnya sukses meraih perunggu, perak, bahkan emas.
Kemenangan para atlit Indonesia di ajang olahraga level dunia itu benar-benar menambah imun bagi bangsa Indonesia yang tengah berjuang melawan pandemi Covid-19.
Sebagai tanda bangga, salut sekaligus terimakasih atas perjuangan para atlit Indonesia, saya membuat 2 unggahan di akun Instagram (IG) @adjitropis terkait mendali emas yang raih Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berkat kemenangannya dalam laga final bulutangkis partai ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 atas pasangan Chen Qing Chen & Jia Yi Fan dari China 2 set langsung dengan skor 21-19 dan 21-15, Senin (2/8/2021) serta mendali perunggu yang disabet Anthony Sinisuka Ginting dalam tunggal putra bulutangkis setelah menumbangkan tunggal putra asal Guatemala, Kevin Cordon juga 2 set langsung 21-11 dan 21-13 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang pada hari yang sama.
Tak cuma itu, saya pun membuat dua tulisan di weblog TravelPlus Indonesia berjudul "Apriyani Rahayu Sabet Emas, Ragam Pesona Kampung Halamannya Konawe Terdongkrak" dan "Kemenangan Greysia-Apriyani di Olimpiade Tokyo 2020 Bikin Mood Booster Sekali" yang link-link tulisannya kemudian juga saya sebarluaskan via ragam medsos.
Usai menyebarluaskan 4 unggahan tersebut, saya mendapat beberapa pertanyaan dari warganet, di antaranya kenapa sampai membuat 4 unggahan di ajang Olimpiade Tokyo 2020 sedangkan di Piala Euro dan Copa America tidak?, apa hubungan olahraga dengan wisata?, bagaimana kiatnya agar wisata di daerah terangkat dengan olahraga?, dan bagaimana sebaiknya seorang travel journalist/blogger) meliput sport tourism? Pertanyaan terakhir itu datang dari wartawan baru.
Lewat tulisan ini saya mencoba menjelaskan satu per satu berdasarkan pengamatan dan tentu saja pengalaman saya sebagai travel journalist/blogger spesial kepariwisataan dan sektor-sektor terkait sejak zadul dalam melakukan peliputan berbagai sport tourism event pra-pandemi.
Jawaban pertanyaan pertama, karena di ajang Olimpiade Tokyo 2020 tim Indonesia ikut serta dan beberapa atlitnya seperti tersebut di atas telah membuahkan rasa bangga karena meraih mendali, sedangkan di Piala Euro dan Copa America jelas Indonesia tidak bisa ikut karena masing-masing ajang tersebut khusus untuk tim dari negara-negara yang ada di benua Eropa dan Amerika.
Jawaban pertanyaan kedua, sekalipun sektor olahraga belum pernah dikawinkan dengan sektor pariwisata dalam satu departemen/kementerian menjadi Deparpora (Departemen Pariwisata, Pemuda dan Olahraga)/Kemenparpora (Kementerian Pariwisata, Pemuda dan Olahraga), sedangkan sektor Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif pernah menjadi Depbudpar (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata) dan sekarang menjadi Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), namun kaitan antara olahraga dengan pariwisata sangatlah erat.
Buktinya beberapa daerah ada yang tetap menggabungkannya menjadi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) antara lain Disparpora Kabupaten Pemalang, Kabupaten Batang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bondowoso, Kota Serang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Subang, Kabupaten Tasikmalaya, dan Disparpora Kota Bukittinggi.
Banyak pula yang menjadi Dinas Pemuda Olahraga, dan pariwisata (Disporapar) di antaranya Disporapar Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Kendal, Kota Metro, Kabupaten Cilacap, Kota Malang, Kabupaten Kuningan, dan Disporapar Kabupaten Lampung Barat.
Selanjutnya jawaban pertanyaan ketiga, kiat supaya daya tarik wisata yang ada di daerah bisa terangkat lewat perkawinan dengan olahraga ada banyak, di antaranya mendata objek wisata alam, buatan, dan budaya masing-masing sebagai langkah awal.
Tujuan pendataan untuk mengetahui apakah objek wisata alam gunungnya bisa digunakan untuk sport tourism event pendakian dan sepeda gunung; laut berombak besar untuk surving; pemandangan bawah laut yang indah berikut biota dan peninggalan bersejarah yang unik dan beragam untuk diving; tebing alam untuk rockclimbing; bukit untuk paragliding atau paralayang dan olahraga dirgantara lainnya; sungai berjeram-jeram untuk rafting ataupun river tubing; danau untuk lomba dayung ataupun canoeing; dan apakah objek wisata alamnya bersarana jalan aspal mulus dengan panorama menawan untuk marathon, balap sepeda ataupun triatlhon.
Apakah objek wisata buatannya tersedia sarana gedung/stadion sepakbola/arena atletik/renang/bulutangkis/volly/basket/futsal/wall climbing dan lainnya yang memadai untuk ajang olahraga berkelas lokal/nasional/internasional.
Apakah produk dan atraksi budayanya beragam, unik dan menarik seperti tari-tarian, pakaian/rumah adat, permainan tradisional anak, aneka kuliner/kerajinan tangan, dan kearifan lokal termasuk flora dan fauna khas yang menjadi ikon daerahnya.
Jika ada/bisa, kiat berikutnya membuat sport tourism event yang sesuai kemampuan baik secara SDM maupun finansial. Kalau belum mampu menyelenggarakan sport tourism berskala internasional maupun nasional, cukup level lokal saja namun dengan pengemasan yang profesional.
Contoh sport tourism yang pernah dibuat sebelum pandemi di sejumlah daerah antara lain lomba lari ekstrem Rinjani 100 K di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, NTB; Bali Spirit Festival (yoga) di Bali, Tour de Bintan (sepeda) di Bintan-Kepri, Krui World Surfing League (selancar laut) di Krui-Lampung, Bintan Triathlon (renang, sepeda & lari marathon) di Bintan-Kepri, Festival Sandeq Race (perahu tradisional) di Sulawesi Barat.
Ada pula Tour de Linggar Jati (sepeda) di Kuningan-Jawa Barat, Tour de Siak (sepeda) di Riau, Tour de Ijen (sepeda) di Banyuwangi-Jawa Timur, Aceh International Diving Festival (menyelam) di Pulau Weh-Aceh, IronMan 70.3 Bintan (tri athlon) di Bintan-Kepri, dan Jakarta Marathon (lari marathon) di DKI Jakarta.
Ada juga Tour de Singkarak alias TdS (sepeda) di Sumatera Barat, Festival Kerinci (Mountain Bike Cross Country) di Jambi, Festival Bekudo Bono (selancar sungai) di Riau, Wakatobi Wave (menyelam santai) di Wakatoi-Sulawesi Tenggara, Jogja International Heritage Walk (jalan kaki) di kawasan Candi Prambanan-D.I. Yogyakarta, dan Borobudur Marathon (lari marathon) di kawasan Candi Borobudur-Jawa Tengah
Tak ketinggalan Lomba Dayung Perahu Naga Internasional di Padang, Lomba Dayung Internasional di Balikpapan, Kompetisi Surfing Internasional di Mentawai, Paralayang Batu Terbuka atau Batu Open Paragliding di Kota Batu-Malang, Sabang International Regatta (SIR) di Pulau Weh-Aceh, Lomba Menyelam Internasional di sejumlah destinasi selam, Lomba Arung Jeram Internasional di sejumlah rafting destination, dan sport tourism event lainnya.
Kenapa harus profesional dan bagaimana caranya? Ya supaya sport tourism yang dibuat bergaung dan 'sexy' (baca: menarik/menyita perhatian).
Sekurangnya ada dua kiat menggaungkan sport tourism event di masa pandemi.
Pertama, promosi pra event (jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan) lewat ragam website/weblog, medsos (IG, FB, Twitter, Tiktok, WA/WAG, Telegram/Telegram Group & YouTube), webinar, dan soft launching event serta membuat bermacam lomba penulisan, foto, vlog, dan lomba drone untuk kategori wartawan, blogger dan umum.
Bentuk promosi lewat webinar dengan menghadirkan sejumlah pihak antara lain event organizer/pelaksana, stakeholder, atlit, travel journalist/blogger pariwisata (media) yang loyal/berpengalaman, dan juga komunitas terkait.
Soft launching event bisa digelar beberapa kali, misalnya 3 Bulan Menuju TdS, 100 Hari Menuju TdS, dan Sepekan Menuju TdS dengan melibatkan travel journalist/blogger agar gaungnya semakin bergema.
Kiat kedua, mengundang travel journalist/blogger berpengalaman ke venue/tempat pelaksanaan sport tourism event tersebut untuk meliput persiapan sekaligus ragam daya tarik wisatanya.
Kiat kedua tersebut sekaligus menjawab pertanyaan keempat, bagaimana sebaiknya seorang travel journalist/blogger meliput sport tourism? Caranya simple, ya meliput ragam daya tarik wisata daerah penyelenggara sport tourism tersebut, baik itu destinasi/objek wisata alam, buatan ataupun ragam produk/atraksi budayanya.
Contohnya kalau meliput TdS yang ditulis/ditanyangkan adalah ragam daya tarik kabupaten/kota di Sumbar yang dilalui pesepeda yang berlomba di ajang tersebut, baik itu pesona alamnya, landmark bangunannya maupun aneka tari-tarian, kuliner kerajinan tangan dan lainnya.
Mengapa travel journalist/blogger pariwisata, bukan journalist/blogger bidang lain? Ya karena ini sport tourism (paduan olahraga dan pariwisata), dan jika ingin mengedepankan pariwisatanya tentu yang harus dilibatkan adalah travel journalist/blogger pariwisata, bukan pewarta olahraga apalagi bidang lainnya.
Kenapa pula travel journalist/blogger pariwisata berpengalaman? Ya karena mereka sudah punya jam terbang, kreatif/produktif atau yang bisa keduanya serta amat melek promosi dan terbukti loyal dan profesional dibidangnya selama ini.
Perlu diingat target pasar wisatawan sport tourism itu bukan hanya peserta dan official team yang mengikuti ajang olahraga berbalut wisata tersebut, pun para peminat/penggila maupun komunitas olahraga yang dilombakan, dan pasar calon wisatawan yang terkena dampak pemasaran dari ajang sport tourism tersebut. Jelas target pasarnya besar.
Jika semua kiat di atas itu benar-benar diindahkan, bukan hanya info sport tourism event dan pamor daerahnya yang bergema, pun ragam daya tarik daerahnya ikut terekspos sehingga publik menjadi lebih tertarik untuk datang langsung menyaksikan pelaksanaan sport tourism tersebut lalu berwisata ke sejumlah daya tarik alam dan buatannya serta menikmati/membeli ragam produk/atraksi budayanya.
Satu lagi yang perlu diingat, selain memperoleh penambahan kunjungan wisatawan baik lokal, nusantara maupun mancanegara tergantung skalanya, penyelenggaraan sport tourism secara profesional dan kontinu serta melibatkan travel journalist/blogger berpengalaman, pun amat berpeluang mendatangkan investor yang memicu pembangunan sarana dan prasarana pariwisata daerah setempat.
Naskah & foto: Adji TravelPlus (Senior Travel Journalist/Blogger & Pegiat Medsos)
0 komentar:
Posting Komentar