PKN 2021 Usung Tema "Cerlang Nusantara, Pandu Masa Depan", Ini Maksud dan Tujuannya
Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2021 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), mengangkat tema besar "Cerlang Nusantara, Pandu Masa Depan".
Hal itu utarakan Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Kebudayaan merangkap Plt. Direktur Pelindungan Kebudayaan, Kemdikbudristek, Fitra Arda Sambas saat menjawab pertanyaan TravelPlus Indonesia @adjitropis dalam acara Bincang Pusaka 11, Sriwijaya Centre bertajuk 'Mempelajari Masa Lalu Untuk Membangun Masa Depan", Sabtu (24/7/2021).
Kata Fitra usai menjadi pemateri pertama dalam acara webinar hasil kerjasama antara Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang, dan komunitas Sahabat Cagar Budaya Kota Pemepek ini, yang dimaksud Cerlang Nusantara adalah kehebatan kearifan lokal nusantara khususnya yang berkaitan dengan sandang (kebutuhan pakaian), pangan (kebutuhan nutrisi), dan papan (kebutuhan arsitektural) sebagai panduan atau rujukan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
Warisan budaya sandang, pangan, dan papan itu, lanjutnya, menjadi satu kesatuan sebagai ekosistem yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. "Itu yang kita mau kuatkan, kita lebih hidupkan dalam PKN 2021 baik melalui bermacam konferensi, kompetisi, lokakarya, pameran, dan lainnya," terang Fitra yang dalam susunan kepanitiaan PKN ke-3 ini sebagai Penanggung Jawab bersama dengan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Lebih rinci, mantan kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat dan pernah menjabat sebagai Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman ini, menjelaskan satu persatu 3 substansi kecemerlangan kearifan lokal Nusantara yang diusung PKN 2021 tersebut.
"Kalau misalnya mengangkat keberadaan rumah adat atau rumah panggung dan lainnya, itu kaitan dengan papannya yang kita ungkap," jelas Fitra.
Namun biasanya di situ juga ada upacara atau pesta adat, berikut makanan tradisionalnya sebagai warisan budaya. "Nah kulinernya itu juga yang kita angkat dari sisi pangannya," tambahnya.
Sementara itu sandangnya berupa pakaian adat berikut aksesoris yang digunakan seperti songket dan lainnya. "Semua itu kita bisa teliti, kita kuatkan sehingga dia menjadi sebuah ekosistem yang lebih bermanfaat di kehidupan masa kini dan masa depan," terangnya.
Tidak hanya sampai disitu, lewat PKN 2021 juga akan disiapkan pasar budayanya.
"Dalam pasar budaya itu tentunya narasi yang diberikan harus lebih baik sehingga masyarakat bisa memahami kenapa makanan ini kita makan atau kita beli," ungkap Fitra seraya menambahkan bahwa informasi mengenai pasar budaya itu akan dimasukan melalui website dan lainnya yang formatnya berbeda dengan media-media online yang lain.
Intinya PKN 2021 ini menjadi bagian ruang publik serta ruang bagi seniman dan pekerja budaya untuk mengaktualkan berbagai kegiatannya yang berkaitan dengan pemajuan kebudayaan. "Tentunya dimulai dari perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sampai pada pembinaannya yang kebetulan tahun ini kita angkat lewat tema Cerlang Nusantara, Pandu Masa Depan," terangnya lagi.
PKN 2021 yang seluruh kegiatannya akan berlangsung secara daring tanggal 5 – 12 November mendatang, akan diawali dengan Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) dan beberapa kegiatan pra-PKN lainnya.
"PKN 2021 ini sebelumnya akan diiringi dengan PKD. Nah di PKD, warisan budaya atau peninggalan masa lalu dari berbagai daerah atau provinsi, termasuk dari Palembang, Sumsel ini juga bisa dihadirkan," pungkas Fitra.
Amatan TravelPlus, sebagai pemateri pertama webinar Bincang Pusaka 11, Sriwijaya Centre yang diikuti hampir 100 partisipan ini, Fitra memaparkan materinya yang bertajuk "Pemajuan Kebudayaan dan Tantangan Penelitian Sriwijaya" dengan lugas.
Pemajuan kebudayaan, sambungnya, dapat dilakukan dengan membuat pemetaan yang menyeluruh terhadap cagar budaya dan objek pemajuan Kebudayaan, meningkatkan perlindungan dan pengembangan cagar budaya untuk membentuk tata ruang yang berkeadilan dan ramah terhadap lingkungan hidup, dan melindungi serta mengembangkan nilai-nilai budaya dan local genius agar dapat dimanfaatkan dalam pembangunan nasional.
"Caranya antara lain dengan meningkatkan pemanfaatan cagar budaya dengan melibatkan sektor swasta dan komunitas," pungkasnya.
Selain Fitra Arda Sambas, Bincang Pusaka 11, Sriwijaya Centre yang akhirnya dibuka secara resmi oleh Asisten III Pemprov Sumsel (Asisten Administrasi dan Umum) Prof. Edward Juliartha mewakili Gubernur Sumsel Herman Deru dan kata sambutan Wali Kota Palembang Harnojoyo yang dibacakan oleh Staf Ahli Wali Kota Palembang Bidang Ekonomi Pembangunan dan Investasi Letizia dengan pranataacara atau host-nya Anita Raharjeng ini, juga menghadirkan Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Nasional Junus Satrio Atmodjo sebagai Pemateri II.
Junus yang pernah menjabat sebagai Direktur Peninggalan Purbakala Depbudpar dan staf ahli menteri (SAM) Budpar ini memaparkan materi berjudul "Sriwijaya: Kerajaan Besar Bawah Angin di Awal Pertumbuhannya".
Dalam paparannya, arkeolog senior yang juga pernah menjadi Ketua Umum IAAI atau Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia ini menjelaskan antara lain mengenai sejarah nama Sriwijaya, periode pra Sriwijaya hingga masa Sriwijaya, bentuk pemerintahannya ketika itu, dan asal usul siapa orang Sriwijaya.
Teks & foto: Adji TravelPlus @adjitropis
Logo PKN: dok pkn.id




0 komentar:
Posting Komentar