Obyek Wisata Sepur Bisa Lebih Potensial Menjaring Wisatawan, Ini Kiat Mengemasnya
Obyek wisata sejarah dan purbakala (Sepur) yang ada di negeri ini sangat luar biasa besar dan beragam. Potensinya dalam menjaring wisnus dan wisman pun lumayan. Sayangnya, pengelolaan dan pengemasannya masih banyak yang belum maksimal.
Banyak dan berpencarnya lokasi obyek wisata Sepur di Indonesia menjadi salah satu kendala bagi pengelolaannya. Perlu tenaga dan tentunya biaya yang memadai untuk mengurus dan sekaligus mengemasnya sebagai sebuah daya tarik wisata yang keren dan kekinian.
Sebenarnya kalau dilihat dari sifat atau karakteristik wisatawan yang cenderung bergerak dari satu tempat ke tempat baru, justru keberpencaran lokasi obyek wisata Sepur tersebut menjadi kelebihan (potensi) tersendiri.
Wisatawan dapat berpindah dan melihat obyek wisata Sepur yang satu ke obyek lain di lokasi atau daerah/kota yang berbeda. Dengan begitu, wisatawan tersebut juga dapat melihat dan menikmati obyek wisata lain termasuk menghidupkan sektor lain seperti perhotelan, biro perjalanan, transportasi baik darat, laut maupun udara, tempat makan dan lainnya.
Melihat peluang itulah, semestinya pengelola obyek wisata Sepur jeli memanfaatkannya.
Caranya dengan bekerjasama secara lintas sektor baik dengan kementerian terkait, jurnalis/blogger (terutama yang loyal mengupas soal kebudayaan dan kepariwisataan serta aktif bermedsos), serta stakeholder (biro perjalanan, perhotelan, rumah makan, transportasi, hiburan kesenian sebagai daya tarik, dan lainnya).
Mengapa pengelola obyek wisata Sepur di Indonesia, harus bekerjasama dengan jurnalis/blogger sebagaimana disebut di atas? Jawabannya jelas agar obyek-obyek tersebut lebih terekspos ke publik.
Tanpa kerjasama yang baik, konsisten dan kreatif, obyek wisata Sepur tak mungkin dikenal baik oleh masyarakat. Bila sudah begitu, sulit rasanya mengajak masyarakat untuk datang berwisata ke obyek wisata Sepur apalagi peduli atas keberadaannya.
Bagaimana caranya? Banyak, di antaranya dengan mengajak jurnalis/blogger yang tepat melakukan kunjungan ke obyek-obyek Sepur. Kegiatan ini harus kontinyu, jangan cuma sekali dalam setahun, supaya masyarakat ter-update terus info obyek wisata sepur tersebut.
Selain itu menggelar kegiatan reguler per bulan berupa seminar/diskusi mengenai obyek wisata Sepur dan permasalahannya dengan menghadirkan sejumlah pembicara/pemerhati/pengamat baik dari kalangan pemerintah maupun cendikiawan, sejarawan, arkeolog, jurnalis/blogger bernilai plus atau pihak swasta yang mengerti dan peduli dengan obyek wisata Sepur. Dengan begitu, permasalahan obyek wisata yang ada dapat terkspos dan diketahui oleh masyarakat dan kemudian dicari solusi terbaik agar tuntas dan tidak berkepanjangan.
Kreatif & Menarik
Kalau boleh jujur, berdasarkan amatan TravelPlus Indonesia, masih banyak obyek wisata Sepur yang kemasannya apa adanya, kurang menarik, dan kurang kreatif sehingga wisatawan kurang begitu tertarik untuk berkunjung. Oleh karena itu perlu dicari kiat-kiat jitu agar kelak obyek wisata ini bisa lebih diminati dan lebih banyak lagi dalam menjaring wisatawan baik wisnus maupun wisman.
Caranya, tampilan obyek wisata Sepur itu sendiri harus menarik, tertata dengan baik dengan fasilitas pendukung yang memadai dan kekinian.
Contohnya Situs Sangiran, sebenarnya secara fasilitas dan daya tarik sudah cukup memadai dan menarik. Situs ini memiliki museum dengan sejumlah koleksi benda-benda purbakala yang sudah tersohor di dunia. Didukung fasilitas pendukung seperti akses jalan yang sudah baik, lapangan parkir dan lainnya.
Apakah itu sudah cukup? Tentu saja belum, harus ada kemasan lain yang dapat menarik perhatian wisatawan untuk datang.
Ada beberapa faktor yang membuat orang tertarik datang ke obyek Sepur, selain koleksi dan fasilitas pendukungnya yang lengkap, keren, ramah lingkungan, bermuatan lokal, dan kekinian, antara lain tenaga pengelola/pemandunya berkompeten dan yang ramah dan rapih serta tersedia alat transportasi yang lebih memadai ke obyek tersebut dan ke obyek-obyek lain di sekitarnya.
Biar tidak membosankan, perlu dikombain dengan kegiatan menarik lain misalnya mengunjungi sentra kerajinan tangan di lokasi terdekat, menikmati makanan/penganan khas setempat (obyek wisata kuliner), mengunjungi obyek-obyek menarik lainnya dalam satu paket. Namun yang terpenting, pemandu di obyek wisata dan warga setempat harus ramah dalam menerima dan menyambut wisatawan. Bukan justru berbuat sesuatu yang kurang berkenan di hati wisatawan seperti acuh, memaksa wisatawan untuk membeli kerajinan tangan, dan lainnya.
Tak kalah penting, masyarakat sekitar sangat mendukung dengan menyambut wisatawan baik yang datang dalam kelompok kecil maupun besar dengan sebuah penyambutan yang dirancang spesial hingga mengesankan. Misalnya dengan memberikan suguhan kesenian seperti tarian selamat datang dan tarian khas daerah tersebut, dan lainnya secara menarik.
Dengan begitu wisatawan akan merasa dihargai dan ingin kembali berwisata ke obyek wisata Sepur tersebut. Jadi, bukan semata datang melihat koleksi benda mati dan mendengar ocehan pemandu yang kadang membosankan.
Agar pengelola obyek wisata Sepur dan masyarakatnya menghargai wisatawan, perlu ada penyuluhan sadar wisata. Dan ini menjadi tugas dari kementerian terkait.
Lagi-lagi peran jurnalis/blogger plus pegiat medsos kekinian dibutuhkan untuk mensosialisasikan obyek wisata Sepur, cara pengelolaan dan pengemasannya sekaligus membuka kesadaran pariwisata masyarakat setempat. Bila itu terwujud, pastinya peluang menjaring lebih banyak lagi wisnus dan wisman dari obyek wisata Sepur ini, terbuka lebar.
Penulis: adji TravelPlus @adjitropis, jurnalis/blogger senior & pegiat medsos
Foto: adji & dok.kembaratropis
0 komentar:
Posting Komentar