Jelajah Taman dan Situs Purbakala di Sumatera, Bikin Peringatan Hari Purbakala Lebih Istimewa
Banyak cara memperingati sekaligus menggaungkan Hari Purbakala yang dirayakan setiap tanggal 14 Juni, salah satunya dengan berwisata ke taman dan atau situs purbakala yang ada di Sumatera.
Nah, sehari jelang Hari Purbakala Nasional tahun ini atau yang ke-108 (14 Juni 1913 - 14 Juni 2021), TravelPlus Indonesia suguhkan beberapa taman dan situs purbakala yang menarik untuk dijelajahi.
Kalau di Sumatera, pilihannya antara lain Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi, Situs Megalitik, Taman Purbakala Pugung Raharjo, dan Situs Bukit Kerang.
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya berada di sebelah Barat Daya dari pusat ibu kota Sumsel, Palembang. Tepatnya di Jalan Syakhyakirti, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, Kota Palembang.
Letak taman purbakala yang semula bernama Situs Karanganyar ini berhadapan langsung dengan Sungai Musi.
Di taman tersebut ada Museum Sriwijaya yang menjadi pusat informasi keberadaan situs taman purbakala ini dan menyimpan sejumlah koleksi tentang Kerajaan Sriwijaya yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di negeri ini.
Di bagian tengah taman ada pendopo berbentuk rumah Limas yang dalamnya terdapat peninggalan berupa Prasasti Kedukan Bukit, yakni prastasi tentang perjalanan Siddhayatra Dapunta Hyang.
Di taman ini juga ada Situs Kambang Unglen, Padang Kaps, Talang, Manik-manik, keramik, lantai bangunan bata, dan replika kapal dari Laksamana Cheng ho.
Lain lagi dengan Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi yang berada di Desa Nuaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi ini.
Lokasi tepatnya di tepi Batang (Sungai) Hari, sekitar 26 Km arah Timur Kota Jambi atau sekitar 45 menit jarak tempuhnya dengan menggunakan mobil.
Keistimewaan kompleks percandian agama Hindu-Budha peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu ini telah menjadi Situs Warisan Dunia.
Di situs purbakala dengan luas lebih 2.000 hektar ini terdapat puluhan reruntuhan (menapo) bangunan kuno.
Amatan TravelPlus, saat ini ada beberapa bangunan candi yang telah dilakukan ekskapasi atau pemugaran dan pelestarian secara intensif yakni Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Keistimewaan lainnya dari segi arsitektur, candi-candi di situs purbakala ini memiliki bentuk dan corak yang sangat berbeda dibanding candi di Pulau Jawa.
Bahan baku candi-candi di situs Candi Muaro Jambi ini dari batu bata merah dimana setiap batu terdapat pahatan relief. Jadi bukan dari batu kali atau batu alam seperti candi-candi di Jawa
Di situs ini juga terdapat parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penampungan air, dan gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno.
Selain itu ada sejumlah arca, umpak batu, lesung batu, dan tembikar belangga besar dari perunggu serta gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia yang oelh masyarakat setempat dinamakan Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak
Di Jambi selain Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi, juga ada Situs Candi Solok Sipin di Kelurahan Sipin, Kecamatan Jambi Kota.
Di laman arkenas.kemdikbud.go.id dijelaskan situs yang terletak di sebidang tanah, sekitar 200 meter dari tepi Batanghari tersebut terdapat antara lain arca Budha, stupa, dan makara yang semuanya terbuat dari batu pasir.
Sementara itu Situs Megalitik berada di beberapa lokasi di Kabupaten Lahat dan Pagaralam, Sumatera Selatan
Di Kabupaten Lahat di antaranya Situs Megalitik Tinggihari, Pasemah, dan Situs Megalitik Desa Pulau Panggung.
Situs Tinggihari berada di sebuah dataran tinggi di wilayah Desa Simpur, Kecamatan Pulau Pinang.
Lantaran lokasinya tidak dalam satu area, situs ini terbagi atas tiga bagian yaitu Tinggihari I, II, dan III.
Di Tinggihari I yang berada di sebelah Timur terdapat antara lain Menhir Berelief di dekat pintu masuk, Batu Tegak berupa batu alam ditegakkan, Batu Datar berupa batu alam dengan permukaan atasnya datar, Lumpang Batu, Arca Manusia, dan Arca Babi Hutan.
Di Tinggihari II yang terletak sekitar 900 meter atau sebelah Barat Daya dari Tinggihari I terdapat Batu Tegak, Batu Datar, Lumpang Batu, dan Arca Manusia. Sedangkan di Tinggihari III yang berjarak sekitar 1,2 Km ke arah Selatan dari Tinggihari II terdapat antara lain Menhir Berelief, Batu Tegak, Batu Datar, dan Arca Manusia.
Berikutnya, Taman Purbakala Pugung Raharjo yang berada di Desa Pugungraharjo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur.
Taman Purbakala yang berjarak sekitar 42 Km dari Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung ini juga punya keistimewaan tersendiri.
Di situs yang ditemukan pada tahun 1957 oleh penduduk setempat ini terdapat sejumlah peninggalan zaman megalitik (dari tahun 2500 SM), klasik (Hindu-Buddha) sampai Islam.
Di sana ada belasan punden berundak yang bentuknya seperti piramida di Mesir, gapura batu, kompleks Batu Kandang (Batu Mayat), dan parit tanah yang merupakan benteng primitif sepanjang 1,2 Km.
Selain itu ada arca batu, prasasti batu berlubang, menhir, arca type Polynesia, dan juga kolam megalitik yang dipercaya airnya bisa membuat awet muda.
Ada pula sejumlah artefak seperti keramik asing dari berbagai dinasti, keramik lokal, manik-manik, dolmen, menhir, batu berlubang, batu asahan, batu pipisan, kapak batu, batu trap punden, dan lainnya.
Lain lagi dengan Situs Bukit Kerang yang berada di tengah areal perkebunan sawit Desa Masjid, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
Dinamakan begitu karena situs berluas 25 meter x 20 meter dengan tinggi 4,5 m itu merupakan gundukan kulit kerang.
Dikutip dari laman ajnn.net dalam tulisan berjudul "Bukit Kerang Objek Wisata Edukasi Peninggalan Sejarah Purbakala di Aceh", arkeolog Aceh sekaligus dosen Universitas Syiah Kuala, Husaini Ibrahim menjelaskan tumpukan kulit kerang (moluska) tersebut sebenarnya merupakan sampah dapur dari manusia purba yang dalam Bahasa Belanda disebut kjjokenmordinger.
Berdasarkan penelitian, sekitar enam ribu hingga 10 ribu tahun lalu manusia prasejarah datang ke Aceh Tamiang. Mereka mendiami wilayah pantai timur Sumatera. "Moluska sendiri adalah bahan makanan termudah yang bisa ditemukan di sana. Dan pada masa itu manusianya masih hidup berpindah pindah (nomaden)," kata Husaini.
Bukit kerang semacam itu, lanjutnya bukan cuma di Desa Mesjid, Kecamatan Bendahara tapi ada juga di Desa Pangkalan, Kecamatan Kejuruan Muda, Aceh Tamiang, yang dinamakan Bukit Remis.
Di laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id dijelaskan kalau Bukit Kerang (kjokkenmoddinger) merupakan peninggalan budaya mezolithik (jaman batu pertengahan) yang merupakan bagian dari babakan prasejarah.
Itulah beberapa taman dan situs purbakala di Sumateta yang menarik untuk dijelajahi dalam rangka memperingati sekaligus menggaungkan Hari Purbakala.
Sejumlah taman dan situs purbakala juga banyak terdapat di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau lainnya.
Adapun dasar penentuan tanggal 14 Juni sebagai Hari Purbakala Nasional karena pada tanggal tersebut tepatnya di tahun 1913, adalah peristiwa ketika Oudheidkundige Diens (Dinas atau Jawatan Purbakala) secara resmi didirikan Pemerintah Hindia-Belanda untuk mengerjakan fungsi pelestarian peninggalan purbakala dan fungsi penelitian arkeologi.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @adjitropis, @taman_purbakala, @taman_kerajaan_sriwijaya, @pasemah.megalithic & cagarbudaya.kemdikbud.go.id
0 komentar:
Posting Komentar