. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 05 Maret 2021

Tanpa Kemasan Festival, Bau Nyale 2021 Tetap Bermagnet Besar, Ini Faktanya


Kendati digelar tanpa ragam hiburan dalam kemasan festival untuk menghindari kerumunan warga mengingat masih pandemi, Bau Nyale tahun ini tetap bermagnet besar alias diminati bukan hanya masyarakat setempat pun wisatawan lokal. 

Berdasarkan amatan TravelPlus Indonesia beberapa kali meliput Bau Nyale yang merupakan tradisi tahunan Suku Sasak khususnya masyarakat di kawasan Mandlika, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), ditambah data dari berbagai sumber, tercatat sederet fakta Bau Nyale 2021.

Fakta pertama, pelaksanaan Bau Nyale tahun ini berlangsung 2 hari berdasarkan kalendar Sasak dan atas kesepakatan/musyawarah serta tokoh masyarakat setempat, yakni bertepatan dengan tanggal 3 dan 4 Maret 2021 di Pantai Seger, Mandalika, Kecamatan Pujut. Acara puncaknya  Kamis (4/3/21) pagi di lokasi yang sama.

Kedua, seperti tersebut di atas, tahun ini Bau Nyale tidak digelar tanpa hiburan mengingat masih dalam masa pandemi Covid-19.

Tahun-tahun sebelumnya, tradisi mencari (bau) cacing laut (nyale) yang dilakukan suku Sasak Loteng ini menjadi salah satu tourism event andalan Dinas Pariwisata Loteng bahkan Provinsi NTB dalam kemasan festival bertajuk Festival Pesona Bau Nyale.


Festival tersebut terlaksana berkat sinergi antara Pemkab Loteng, Pemprov NTB, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemeparekraf). Isi acara festivalnya antara lain seremonial pembukaan, pemilihan Putri Mandalika, bazaar kuliner/UMKM, presean, parade budaya, dan bermacam pertunjukan.

Fakta lainnya, Nyale dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Kisah Legenda Putri Mandalika terjadi pada abad ke-16. Ketika itu kerajaan kuno Tanjung Bitu diperintah oleh Raja Tonang Beru dan Seranting ratunya yang memiliki putri bernama Mandalika.

Putri Mandalika berparas cantik, banyak pangeran dari berbagai kerajaan yang ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri Mandalika bingung menentukan mana pangeran yang akan menjadi suaminya.

Dia pun mengadakan syarat, para pangeran harus bertempur dan siap yang menang berhak menikahinya. Namun pertempuran antarpangeran terus bertambah dan semakin sengit.

Putri Mandalika akhirnya memutuskan mengorbankan hidupnya agar tidak ada lagi pertempuran memperebutkan dirinya. Dia melemparkan dirinya ke laut agar tidak ada pangeran yang bisa memilikinya.

Sebelum bunuh diri melompat ke laut, sang putri mengatakan bahwa dengan cara yang khusus, ia akan kembali setiap tahun untuk membawa nasib baik kepada orang-orang yang dicintainya. Tubuhnya menjadi ribuan cacing laut atau Nyale yang muncul di perairan sekitarnya.

Sejak itu masyarakat di Loteng khususnya mengadakan tradisi Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Biasanya pada malam sebelum tradisi Bau Nyale dilakuan, masyarakat melakukan ritual sendiri di rumah masing-masing. Ada yang memotong ayam dan membuat ketupat.

Saat Bau Nyale, warga menangkap kumpulan Nyale dengan menggunakan alat penjaring tradisional yang bernama sorok. Setelah ditangkap, Nyale segera dimasukkan ke dalam wadah terbuat dari anyaman bambu yang disebut kepis. Ada juga yang memasukkannya ke dalam botol air mineral, panci, ember ataupun bak kalau Nyale-nya sudah terkumpul banyak.

Nyale yang ditangkap warnanya ada yang coklat, merah, hujau, kuning, dan jingga, dan biru, karena itu disebut juga cacing laut warna-warni. Panjang Nyale-nya ada yang sampai dua meter. Tapi karena terkena hempasan ombak, banyak nyale sudah tak utuh alias terputus-putus.

Fakta lainnya, Nyale ternyata mengandung banyak gizi. Ini terungkap setelah beberapa peneliti melakukan penelitian terhadap cacing laut atau Polychaeta sp tersebut.

Berdasarkan analis proksimat yang dilakukan peneliti LIPI, Joko Pamungkas beberapa tahun lalu mengatakan cacing laut kaya Protein, Lemak, Fosfor, Magnesium, Kalium, dan klorida. Keutamaan Nyale lainnya dalam penelitian itu disebut juga dapat berfungsi sebagai antibiotik.

Tak cuma itu, Nyale pun dipercaya masyarakat Sasak berkhasiat menambah awet muda dan tambah cantik bagi wanita dan menambah gagah buat pria.

Menariknya lagi, Nyale juga diyakini bisa meningkatkan vitalitas pria. Hasil hipotesis menyatakan makan Nyale maka libido atau tingkat seksualnya meningkat. Karena itu para bapak juga suka menyantap nyale, berharap jadi lebih ‘perkasa’.


Olahan Kuliner Spesial

Nyale oleh warga lokal diolah menjadi berbagai menu spesial antara lain  digoreng menjadi mie goreng, dipepes atau Pepes Nyale, dan dibuat sambal atsu Sambel Nyale. Namun mayarakat setempat lebih sering mengolah Nyale menjadi masakan Daun Nyale Kelak Santan. Kelak itu artinya masak.

Ada juga yang dikeringkan kemudian digunakan sebagai penyedap masakan. Tak sedikit pula yang memanfaatkan Nyale sebagai obat. Ada juga yang berani makan mentah (tanpa diolah) hanya ditaburi garam.

Masyarakat setempat juga percaya semakin banyak Nyale didapat saat acara Bau Nyale, berarti menandakan hasil panen padi, jagung, dan sebagainya tahun ini bakal melimpah.

Nyale juga dipercaya warga dapat menyuburkan lahan pertanian. Biasanya Nyale hasil tangkapan warga, sebagian juga ditaburkan di sawah-sawah sebagai pupuk atau syarat agar panennya nanti banyak.

Lalu kenapan Nyale disebut menu yang spesial? Karena adanya cuma setahun sekali dan ditambah dengan sederet khasiat luar biasanya tersebut.

Fakta selanjutnya, tradisi Bau Nyale tak bisa dipungkiri menambah daya tarik  Mandalika yang merupakan salah satu dari lima destinasi pariwisata super prioritas, selain Labuan Bajo (NTT), Danau Toba (Sumut), Borobudur (Jateng), dan Likupang (Sulut).

Sebelum pandemi, tradisi ini sudah lama berhasil menjaring ribuan wisatawan baik lokal, domestik maupun mancanegara.

Fakta berikutnya, kendati tradisi Bau Nyale 2021 tanpa suguhan bermacam hiburan dalam kemasan festival, animo warga Loteng tetap saja tinggi, bahkan wisatawan lokal dari luar Loteng ada yang datang sejak malam Kamis untuk ikut bau nyale sebelum Subuh.

Realita ini sekaligus membuktikan meskipun bukan lagi berupa festival dengan acara seremonial yang terkadang bikin bete wisatawan, tetap saja Bau Nyale bermagnet besar mengingat sudah menjadi tradisi turun-temurun.

Fakta terakhir, di antara warga yang ikut Bau Nyale tahun ini, banyak yang tidak memakai masker dengan beragam alasan, lupa, tertinggal, dan lainnya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji, rico & rani


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP