Wamen LHK, HCPSN 2020, Aktivitas Konservasi, dan Publikasi, Angkat Pamor TN Kepulauan Seribu
Sekurangnya ada 5 unsur yang mampu mengangkat pamor (nama, keistimewaan/daya tarik) sebuah kawasan konservasi, apabila dikombinasikan dengan tepat. Kelima unsur tersebut adalah publik figur, momen, tempat, dan kegiatan spesial serta publikasi.
Publik figur disini bisa pejabat negara, artis, dan atau tokoh/sosok ternama lainnya.
Momen spesial maksudnya bertepatan dengan peringatan/perayaan hari khusus; aktivitas spesial maksudnya ada kegiatan bermanfaat/menarik/unik/beda; dan tempat yang spesial artinya lokasinya memiliki keistimewaan tersendiri.
Terakhir, publikasi dengan melibatkan jurnalis/blogger/fotografer berpengalaman, kreatif, dan amat melek promosi (berjiwa influencer).
Nah, kelima unsur tersebut hari ini, Kamis (11/5/2020) terpenuhi, alhasil membuat pamor Taman Nasional (TN) Kepulauan Seribu di perairan Teluk Jakarta melambung.
Unsur publik figur ada, berkat kehadiran Wakil Menteri (Wamen) LHK Alue Dohong yang tak lain orang nomor dua di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hadir pula Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Tandya Tjahjana, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta Karyadi, Kepala Balai TN Kepulauan Seribu Badiah, dan Bupati Kepulauan SeribuJunaedi.
Momen-nya spesial lantaran bertepatan dengan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2020 yang diperingati setiap tanggal 5 November.
Selain pamor TN Kepulauan Seribu terdongkrak, nama HCPSN pun makin terpromosikan sehingga masyarakat dan wargenet (diharapkan) semakin familiar dengan sebutan/singkatan hari spesial tersebut.
Aktivitasnya juga spesial ada penanaman mangrove, pelepasan tukik (anak penyu), dan praktek pengadopsian karang di Pulau Pramuka serta pemantauan satwa ke Pusat Rehabilitasi Elang Bondol di Pulau Kotok yang dilakukan Wamen LHK Alue Dohong.
Bukan cuma itu, Alue Dohong pun menikmati atraksi seni budaya berupa Tarian Selamat Datang khas Pulau, menyambangi objek wisata mangrove di Pulau Pramuka, berfoto dengan latar belakang hutan bakau dan tulisan Kepulauan Seribu, lalu melihat atraksi "Cabut Duri Bandeng" di Resto Nusa Ayu Karamba, dan memotret Elang Bondol di Pulau Kotok.
Semua aktivitas spesial yang amat menjual tersebut, tentunya menjadi bahan publikasi efektif bagi TN Kepulauan Seribu.
Tempatnya jelas juga spesial karena berlokasi di TN Kepulauan Seribu, sebuah kawasan konservasi alam terdekat dengan Ibukota Negara, Jakarta.
Publikasinya bukan sekadar melibatkan sejumlah wartawan/blogger/fotografer berkompeten tapi dilakukan dengan tepat dan gencar.
Contohnya TravelPlus Indonesia, setelah diminta Badiah selaku Kepala Balai TN Kepulauan Seribu untuk bersinergi dalam acara spesial tersebut, segera membuat 2 tulisan yang kemudian disebarluaskan via Instagram (IG)-nya @adjitropis sebagai bahan publikasi pra event atau sebelum acara berlangsung.
Kedua tulisan pra event tersebut berjudul: "TN Kepulauan Seribu Jadi Tuan Rumah Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2020" dan "Wamen LHK Rayakan HCPSN 2020 di TN Kepulauan Seribu, Ini Agendanya".
Sewaktu 'Hari H'-nya, TravelPlus juga mengabadikan semua aktivitas spesial yang dilakukan Wamen LHK Alue Dohong baik berupa bfoto maupun video, kemudian tak lupa mensiarkan unggahan tersebut via IG, WA, dan WAG sebagai publikasi on event atau pas hari pelaksanaan kegiatan.
Publikasi on event yang TravelPlus lakukan antara lain unggahan teks dan foto berjudul: "Selamat Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2020"; "Menuju TN Kepulauan Seribu, Gaungkan HCPSN 2020", "Ini Galeri Wamen LHK Peringati HCPSN 2020 di TN Kepulauan Seribu; dan "Liburan ke TN Kepulauan Seribu, Jangan Lupa Mampir di Mangrove Pulau Pramuka" serta video dan teks berjudul "Peringati HCPSN 2020, Wamen LHK Tanam Mangrove Sampai Tinjau Rehabilitasi Elang Bondol DI TN Kepulauan Seribu".
Bukan cuma itu, TravelPlus juga akan menggunggah link tulisan ini dan menyebarluaskannya ke ragam medsos, WA, dan WAG serta akan membuat publikasi post/pasca-event berupa beberapa video dan teks hasil peliputan HCPSN 2020 tersebut.
Apakah kalau unsur publik figur dan momen spesial tidak ada, bisa mengangkat pamor sebuah kawasan konservasi entah itu TN, TWA (Taman Wisata Alam), SM (Suaka Margasatwa), TAHURA (Taman Hutan Rakyat), CA (Cagar Alam), dan lainnya? Jawabannya bisa asal ada unsur aktivitas spesial dan publikasi gencar.
Lalu bagaimana kalau unsur publik figur, momen, dan aktivitas spesialnya tidak terpenuhi? Tenang, tetap bisa melangitkan kawasan konservasi tersebut, asalkan ada publikasi.
Jadi intinya selama ada publikasi yang tepat dan gencar dengan melibatkan peran aktif wartawan/blogger & fotografer seperti tersebut di atas, jelas daya tarik zona pemanfaatannya, minimal nama kawasan konservasi itu akan tersiar luas.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, Ig: @adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar