. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 30 September 2020

International Coffee Day, Waktu yang Tepat Menduniakan Destinasi Wisata Kopi Indonesia


Hari Kopi Sedunia (International Coffee Day) 1 Oktober merupakan momentum yang pas untuk menduniakan sederet destinasi wisata kopi di Tanah Air, di antaranya Aceh dan Manggar.

Pengamatan TravelPlus Indonesia, sejumlah kota/daerah di Tanah Air  yang memiliki banyak kedai/warung/kafe kopi, perkebunan kopi, dan keunikan dalam menyajikan minuman kopi pantas untuk terus dipromosikan agar semakin mendunia sebagai daerah tujuan wisata kopi.

Pertama Aceh, kenapa? Karena Aceh ini Negeri Sejuta Kedai Kopi.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Aceh, mencatat sampai tahun 2018 yang dirilis tahun 2019, jumlah kedai kopi di seluruh Aceh ada 784. Sedangkan di Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh  ada sebanyak 291.

Selain banyaknya kedai kopi, daya tarik lain Aceh juga karena cara peracikan/penyuguhan kopinya, salah satunya Kopi Tarik yang telah membuat nama Aceh ikut tersohor.

Diberi label Kopi Tarik karena dalam proses pembuatannya dengan cara ditarik menggunakan saringan yang terbuat dari kain kasa saat hendak disajikan. Semakin lama ditarik, katanya hasil kopi akan semakin lezat.

Ritual meracik Kopi Tarik sudah turun temurun di Aceh bahkan menjadi ikon khas penyajian kopi khas Aceh baik di dalam maupun di luar Aceh.

Kopi Tarik Aceh awalnya disajikan di warung kopi tradisional. Tempatnya sederhana dan apa adanya. Warung kopi ini digolongkan sebagai generasi pertama. Kemudian muncul warung kopi yang dikelola secara waralaba sebagai warung kopi generasi kedua.

Belakangan ini menjamur warung kopi generasi ketiga yang tempatnya lebih megah, berkelas, dan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung untuk menjaring sekaligus memanjakan pengunjungnya seperti televisi satelit berukuran besar, hiburan musik, dan wifi gratis.

Sejumlah warung kopi generasi ketiga bertebaran di Banda Aceh antara yang tersohor lain Warkop Solong di Ulee Kareng, Lampenurut, dan di beberapa cabangnya di Banda Aceh. Ciri khasnya aroma kopinya sedikit lebih kuat dibanding kopi biasa.

Selain itu ada Dhapu Kupi di Simpang Surabaya, Banda Aceh tidak jauh dari Mesjid Baiturrahman dan Bandara Iskandar Muda.

Tempat lainnya Ring Road Coffee di Stasiun Bus Banda Aceh, Tower Kopi di depan Taman Sari Banda Aceh sekitar 100 meter dari Masjid Baiturrahman, Chek Yuke di Jalan Pinggir Kali Aceh juga dekat dengan Masjid Raya Baiturahman, dan Coffee Bay yang terletak di Ule Lheue ke arah pelabuhan.

Disamping Kopi Tarik, di kedai-kedai kopi tersebut juga menjual Kopi Sanger dan Kopi Hitam.

Kopi Sanger alias sama-sama ngerti, sepintas seperti kopi susu biasa ataupun yang sedikit lebih keren mirip Capucino. Tapi, setelah diseruput, tak bisa dibantah, jauh lebih nikmat Kopi Sanger.

Secangkir Kopi Sanger dingin sekitar Rp 10 ribu per cangkirnya. Biasanya ditemani dengan aneka panganan kecil seperti kue timphan, otak-otak, dadar gulung, risol, pastel, dan lainnya.

Selain di Banda Aceh, warung kopi yang menyajikan Kopi Tarik, Sanger dan Kopi Hitam juga tersebar di kota lainnya seperti Lhokseumawe, Takengon, Sigli, dan lainnya. Oleh karena itu Aceh dijuluki pula sebagai Negeri Sejuta Kedai Kopi.

Keberadaan kedai kopi menjadi magnit tersendiri bagi orang luar Aceh.

Buktinya banyak wisatawan yang datang ke Serambi Mekkah ini bukan semata ingin melihat Masjid Raya Baiturrahman nan cantik dan mengunjungi ragam objek tsunami  seperti museum tsunami, kuburan massal korban tsunami, Kapal PLTD Apung, dan Perahu di atas Rumah, pun mendatangi kedai kopi untuk menikmati racikan kopi Robusta dan Arabica dari Gayo.

Menariknya lagi di Kota Banda Aceh, setiap tahun pengunjung bisa melihat  Festival Kopi Aceh atau Aceh Coffee Festival yang dihelat Disbupar Aceh untuk memperkenalkan Kopi Aceh sekaligus mengangkat Banda Aceh sebagai destinasi wisata kopi dunia.

Selain itu, wisatawan juga bisa berwisata agro perkebunan kopi di Gayo, salah satu dataran tinggi di Aceh.


Kota Seribu Warung Kopi

Jika Aceh pantas berjuluk Provinsi Sejuta Kedai Kopi, lain halnya dengan Manggar.

Ibukota Kabupaten Belitung Timur (Beltim) yang berada di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Babel) ini juga memiliki sejumlah warung kopi sehingga berjuluk Kota Seribu Warung Kopi.

Suguhan kopi yang terkenal di Manggar adalah Kopi O 'Belitong atau kopi hitam panasnya. secangkirnya cuma Rp 7.000. 

Salah satu warung kopi (warkop) kekinian di Kota Manggar yang menyuguhkan kopi tersebut bernama  Warkop Millenium di seberang Guest Hotel, tepatnya di Jl. Bioskop Mega No.106, dulunya bekas bioskop.

Meski sudah banyak warkop kekinian di Manggar, namun gaya warkopnya nyaris tak berubah.

Contohnya di pinggir sepanjang Jl. Bioskop Mega, deretan warkopnya hampir semua berjendela terbuka sehingga siapa saja yang ada di luar bangunan bisa melihat kegiatan pengunjung yang sedang minum kopi di dalam deretan warkop tersebut.

Kendati banyak dan letaknya berdekatan, namun hampir semua warkopnya memiliki pelanggan masing-masing.

Sejumlah kota/daerah lain juga juga  memiliki penyajian kopi yang unik, contohnya di Jogja ada Kopi Joss.

Keunikannya terletak dari proses penyajian. Awalnya biji kopi diracik sendiri dengan cara disangrai, kemudian ditumbuk sampai halus. Setelah itu bubuk kopi dimasukkan ke dalam gelas ditambah gula pasir dan susu jika suka. Air seduhannya terlebih dulu dimasak dalam ketel, sejenis teko besar dari kaleng di atas tungku berbahan bakar arang.

Air seduhan yang sudah mendidih lalu dituang ke dalam gelas. Setelah itu arang dari tungku yang masih membara dimasukkan ke dalam gelas kopi. "Josssssssss," begitu bunyinya sehingga dinamakan Kopi Joss. Sebelumnya arang tersebut diketok-ketok agar tidak ada abunya.

Salah satu penjual Kopi Joss yang cukup terkenal di Jogja adalah Angkringan Lik Man di daerah Tugu. Seperti angkringan kebanyakan, disini juga akan ditemukan nasi kucing yang berisi teri ataupun oseng-oseng tempe.

Keunikan penyajian kopi lainnya bisa ditemukan dalam Kopi Takar di daerah Madina singkatan dari Kabupaten Mandailing Natal di Sumatera Utara, sekitar 12 jam dari Kota Medan.

Sesuai namanya, takar yang berarti tempurung atau batok kelapa menjadi wadah penyajiannya. Oleh karena itu disebut juga Kopi Batok.

Batok yang dipakai dari batok kelapa gading yang dibentuk seperti cangkir lengkap dengan tatakannya. Uniknya lagi, alat pengaduk kopi khas Madina ini dengan sebatang kayu manis, yang bentuknya menyerupai sedotan.

Kopi Takar Madina dijual antara lain di Rumah Makan “Pondok Paranginan di Panyabungan. Rumah makan tersebut berupa pondokan-pondokan di tepi Aek (sungai) Singolot yang airnya deras dan sungainya berbatu-batu.

Kopi Takar merupakan paduan rasa kopi Madina dengan kayu manis yang unik. Rasanya tidak terlalu manis namun biiin hangat sesampainya di perut.


Cara membuat Kopi Takar cukup sederhana. Bubuk Kopi Madina diseduh dengan rebusan air gula aren, bisa juga gula semur lalu sebatang kayu manis dicelupkan ke dalamnya. Bahan kopinya jenis kopi Arabika berkualitas yang dipasok dari daerah Ulu Pungkut Mandaliling Julu dan Pakantan.

Indonesia juga punya banyak perkebunan kopi, namun tidak semua dijadikan sebagai agro wisata perkebunan kopi.

Salah satu agro wisata kopi yang menarik untuk dikunjungi adalah  Losari Coffee Plantation (LCP) di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Agrowisata seluas 22 hektar ini dilengkapi dengan resort di tengah perkebunan dan juga menyediaksn paket tur.

Pengunjungnya dimanjakan dengan aneka menu tradisional lengkap dengan bermacam minuman kopi berikut penganan lokalnya.

Pemandangan di wisata agro ini pun menawan sebab dikelilingi Gunung Telomoyo, Sindoro, Ungaran, Sumbing, Perahu, Merapi, Andong, dan Gunung Merbabu. Udaranya jelas dingin dan bebas polusi. LCP mudah dijangkau sekitar 2 jam dari Jogja atau sekitar 15 km jauh dari Ambarawa ke Selatan.

Potensi destinasi wisata kopi di Indonesia sangat beragam, tinggal bagaimana mengemasnya agar bisa menjadi daya tarik yang kian mendunia, bukan hanya diminati wisatawan lokal dan nusantara pun mancanegara. 

Peringatan International Coffee Day 2020, meskipun masih dalam suasana pandemi, semestinya tidak menyurutkan semangat sejumlah destinasi wisata kopi sebagaimana tersebut di atas untuk mempromosikan daya pikatnya dalam kemasan yang berbeda, sesuai era adaptasi kebiasaan baru.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis )



 

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP