Strategi Jitu Membidik Pasar Wisman Premium
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif era Menparekraf Wishnutama mulai tahun ini juga akan lebih fokus membidik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkualitas alias premium.
Tentu saja itu sesuai rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin mengelompokkan destinasi wisata di Indonesia ke dalam kategori premium dan menengah. Dan belum lama ini, Presiden Jokowi pun meminta destinasi super prioritas Labuan Bajo di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi destinasi wisata super premium.
Mengingat ini destinasi wisata super premium, pasar wisman yang disasar sudah pasti yang amat berkualitas.
Nah, supaya sasaran bidikannya tepat, berhasil menjaring tipe wisman yang diinginkan hingga bermuara pada peningkatkan devisa negara, tentu perlu surefire strategy alias strategi jitu.
Premium dalam sektor kepariwisataan bermakna bermutu, berkelas, unggul atau wisman yang tajir/kaya yang spending money atau membelanjakan uangnya lebih besar (baca: boros) dan masa tinggalnya di suatu kawasan wisata atau lenght of stay (LoS)-nya lebih lama dan lebih mahal dibanding wisman non premium.
Spending money-nya antara lain bisa dilihat dari pemilihan akomodasinya apakah di akomodasi kelas wahid atau biasa-biasa saja alias standar. Begitupun dengan restoran dan menu yang disantapnya serta produk UKM yang diborongnya.
Membidik wisman premium itu, TravelPlus Indonesia itu sah-sah saja. Biarpun rada telat tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dengan menjadikan beberapa destinasi di Tanah Air menjadi destinasi wisata medium hingga super premium justru membuat imej pariwisata Indonesia bisa naik kelas atau derajatnya, terutama terkait indeks daya saingnya.
Kini muncul sederet pertanyaan terkait, destinasi premium dan super premium apa saja yang dimiliki Indonesia?
Apakah cuma Nusa Dua Bali dan belakangan ini ditambah lima destinasi super prioritas yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Likupang (Sulawesi Utara), dan Labuan Bajo (Flores, NTT) yang kini terlihat paling digenjot pembangunan sarpras (sarana & prasarana)-nya?
Lalu apakah atraksi, aksesibilitas, dan atraksi semua destinasi tersebut juga sudah premium? Apakah produk ekonomi kreatif (ekraf)-nya dalam hal ini kerajinan tangan/cindera mata, kuliner (terutama kemasan menu gastronomi-nya), produk fesyen, dan wellness-nya juga sudah benar-benar ekslusif?
Pertanyaan berikutnya, wisman premium dari negara mana saja yang dibidik? Bagaimana cara membidiknya? Apakah promosinya juga sudah premium atau masih di tempat-tempat biasa saja?
Selanjutnya apakah travel mart yang diikuti Indonesia untuk mempromosikan destinasi dan menjual paket-paket wisata tahun ini termasuk travel mart premium, dalam artian diselenggarakan di negara yang penduduknya dominan tajir dan diikuti negara-negara yang juga pendapatan perkapitanya tinggi?
Menurut Oyan Kristian, EOC atau owner Travel Agent NTT DMC (PT. Flores Tour) sekurangnya ada dua kiat untuk membidik pasar wisman premium lewat jalur travel mart.
Pertama, mengikuti travel mart event yang jaringan market-nya adalah wisman premium atau berkualitas.
Kedua, menyiapkan materi promosi yang bagus dari informasi wisata tentang destinasi wisatanya baik beripa video, foto, buku, dan sebagainya.
"Tak lupa menyediakan paket wisata dengan akomodasinya dari budget standard murah sampai luxury mahal," ungkap Oyan kepada TravelPlus Indonesia baru-baru ini.
Menurut Oyan semua travel mart dalam program Sales Mission Europe 2020 yang diadakan Kemenparekraf dengan membawa sejumlah travel agent terpilih itu sesuai dengan pasar wisman premium yang tengah dibidik pemerintah, sebab turis Eropa kerap membelanjakan uang yang lebih besar dan tinggal atau waktu kunjungan wisatanya lebih panjang.
"Yes Europe people spend more money and time for stay," ujar Oyan.
Sampai hari ini, ada 6 dari 8 travel mart yang masuk dalam program Sales Mission Europe 2020 Kemenparekraf, yang sudah diikuti Indonesia dimulai dari Vakantiebeurs di Utrech-Belanda, Fitur Madrid di Madrid-Spanyol, Brussels Holiday Fair di Brussel-Belgia, BIT Milano di Milan-Italia, Holiday World Praha di Prague-Republik Czech, dan F.re.e Munich 2020 yang baru saja berlangsung di Kota Munich, Jerman, 19-23 Februari ini.
Masih ada dua travel mart lagi dalam program tersebut yang akan diikuti yakni Utazas di Budapest-Hungaria 27 Februari hingga 1 Maret dan ITB di Berlin-Jerman 4 sampai 8 Maret mendatang.
Menurut Oyan lagi kalau secara pasar, selain Eropa (terutama Eropa Utara), negara yang wajib dibidik Indonesia jika ingin meraup wisman super tajir di dunia antara lain negara-negara kawasan Timur Tengah antara lain Arab Saudi. Selain itu juga Mesir, Rusia, Denmark, Kanada, AS dan Jepang.
"Itu negara-negara itu potensi wisman berkualitasnya juga besar," pungkas Oyan.
Bidik Wisman Petro Dollar
Salah satu negara tajir melintir dari kawasan Timur Tengah yang dibidik Indonesia adalah Arab Saudi.
Buktinya saat ini Kemenparekraf tengah menggelar rangkaian kegiatan promosi pariwisata Indonesia di dua kota besar di negara tersebut yakni Madinah dan Jeddah, dari 23 hingga 28 Februari 2020.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pengeluaran wisman dari negara 'petro dollar' yang mengontrol cadangan minyak terbesar kedua di dunia dan memiliki cadangan gas terbesar keenam di dunia ini sebesar $2.277,41 per kunjungan.
Angka itu menjadikan wisman Arab Saudi paling royal pengeluarannya saat berwisata. Diurutan ke-2 hingga ke-10 ditempati wisman asal Mesir, Rusia, Denmark, Kanada, Spanyol Belgia, Norwegia, Inggris, dan Belanda.
Dalam siaran pers dari Birkom Kemenparekraf yang kini dikepalai Agustini Rahayu, dijelaskan rangkaian promosi di negara pemroduksi dan pengekspor minyak terbesar di dunia, termasuk kurma ajwa, dan air zam-zam ini dimulai dari kegiatan "Industrial Gathering Madinah" pada 23 Februari 2020 di Hotel Pullman Zamzam Madinah.
Kegiatan tersebut lebih bersifat B to B (Business to Business) dengan melibatkan 20 travel agent dari Arab Saudi.
Berikutnya ke Kota Jeddah dengan tema "Influencer Gathering" di Hotel Novotel Tahlia Jeddah pada 24 Februari 2020.
Acara dihadiri sekitar 40 influencer Arab Saudi yang tergabung di beberapa grup pelancong di Arab Saudi.
Selanjutnya tanggal 25 Februari 2020, digelar kegiatan "Table Top Jeddah" di Movenpick Hotel Jeddah. Kegiatan ini juga bersifat B to B yang dihadiri sekitar 70 travel agent dari Arab Saudi.
Rangkaian kegiatan promosi pariwisata Indonesia ditutup dengan kegiatan "Jeddah Travel & Tourism Exhibition (JTTX)" pada 26-28 Februari 2020 di Convention Center, Jeddah Hilton.
Selama rangkaian kegiatan promosi di negara tujuan umroh dan haji ini, ada 10 industri pariwisata Indonesia yang dilibatkan untuk memasarkan paket-paket wisata yang cocok buat masyarakat Arab Saudi.
Mereka selain memperkenalkan lagi sejumlah destinasi yang sudah dikenal baik oleh wisman Arab Saudi seperti Jakarta, Bandung, Bali, dan Lombok, juga dibarengi dengan promosi destinasi-destinasi baru antara lain Aceh-Medan-Padang yang juga bagian dari Tourism Hub Malaysia.
Selain itu destinasi Joglo Semar (Jogjakarta-Solo-Semarang) dan Jawa Timur dengan destinasi Malang-Batu, serta ditambah 5 destinasi super prioritas yang sudah menjadi program Presiden.
“Semuanya sudah kita pertimbangkan dari kesiapan destinasi termasuk kemudahan konektivitas dan juga dengan melihat karakteristik wisman Arab Saudi," kata Nia Niscaya selaku Deputi Pemasaran Parekraf, Baparekraf.
Lalu bagaimana membidik pasar wisman premium dari AS? Mungkinkan Indonesia perlu berkaca dari Selandia Baru atau justru kita punya strategi jitu tersendiri?
Kenapa berkaca dari Selandia Baru? Karena separuh dari wisatawan premium negara beralam indah, super bersih, dan rapih ini berasal dari AS.
Dalam strategi nasionalnya, Selandia Baru membidik wisatawan premiumnya secara ekslusif. Bukan untuk 15 juta kaum kaya dunia melainkan 1,5 juta orang dari situ yang minimal penghasilannya adalah US$5 juta (Rp 70 miliar) setahun.
Mereka bukan asal menggarap warga kaya pemilik dana kas minimal di atas/setara dengan satu juta dollar AS (high net worth individual atau biasa disingkat HNWI). Tapi pasar yang kaya raya (very high HNWI) dan sangat kaya raya (ultra HNWI).
World Wealth Report (2013) menyebutkan kaum super elit ini membelanjakan minimal US$50.000 atau sekitar Rp 700 juta sekali kunjungan.
Mungkin juga kita bisa mengacu pada kehebatan Skotlandia meramu pariwisatanya hingga sukses meraup Rp746 miliar per tahun dari wisata berbasis mitos, yakni Naga Nessie di DanauLochness.
Kenapa? Ya karena kita justru punya lebih dari sekadar mitos.
Kita punya naga hidup yang benar-benar nyata dan masih ada yaitu komodo atau dragon orang bule menyebutnya di Pulau Komodo, yang termasuk dalam kawasan destinasi super prioritas Labuan Bajo yang tengah dipoles untuk menjadi destinasi wisata super premium.
Apalagi berdasarkan 10 parameter untuk mengukur sebuah tempat wisata layak menjadi wisata premium yang disusun oleh IE University dan Mastercard dalam proyek berlabel Premium Travel Barometer (2016), Pulau Komodo sudah memenuhi 6 parameter, yakni personalisasi, pengalaman kembali ke alam, antrian-pemesanan, jaringan internet, dan pemesanan online, serta kekayaan makanan Indonesia yang menyajikan pengalaman premium bagi wisatawan.
Tinggal 4 parameter lagi yang belum dipenuhi ketika itu yakni desain pengalaman (terkait dengan branding dan marketing), dan 3 lagi yakni manajemen kualitas, konsep kecil-itu-indah, dan bleisure yang terkait dengan kemampuan mengonsep jasa layanan wisata premium, dikombinasikan dengan ketersediaan fasilitas premium (hotel dan restoran) serta infrastruktur dasar (air minum, sanitasi, dan listrik).
Kalau kita lihat sekarang ini, sepertinya 4 parameter itu pun sudah terpenuhi.
Bahkan kini pemerintah sedang membangun segala aspek penunjang pariwisata di Labuan Bajo secara besar-besaran.
Lihat saja runway Bandara Komodo diperpanjang dari 2.250 m x 45 m menjadi 2.700 m x 45 m, supaya pesawat wide body bisa mendarat.
Ditambah dengan pengembangan terminal kargo, pengembangan dan ekspansi terminal penumpang domestik dan internasional, pengembangan area komersial, parkir dan fasilitas pendukung lainnya, serta pengoperasian dan perawatan baik airside maupun groundside.
Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, semua pengembangan bandara tersebut membuat kapasitas penumpangnya meningkat, mampu menampung hingga 5 juta penumpang.
Selain itu pelabuhan juga dikelola, agar kapal-kapal yacht bisa datang dengan mudah.
Menurut Menparekraf Wishnutama untuk wisata super premium jangan dilihat setengah-setengah.
"Kita harus lihat secara utuh, apa sih yang pemerintah rencanakan, bagaimana strateginya, serta jangka ke depannya seperti apa," ujar Wishnutama ketika mengunjungi kerajaan biawak purba raksasa itu.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, Ig: @adjitropis)
Foto: dok.birkom kemenparekraf
Captions:
1. Perlu surefire strategy alias strategi jitu untuk menjaring wisman premium atau berkualitas.
2. Pesona destinasi super prioritas Danau Toba.
3. Indonesia ikut travel mart F.re.e Munich 2020 yang baru saja berlangsung di Kota Munich, Jerman, 19-23 Februari ini. (foto: dok. pco kemenparekraf)
4. Promosi pariwisata Indonesia di Madinah dan Jeddah, Arab Saudi dari 23 hingga 28 Februari 2020. (foto: dok. pco kemenparekraf)
5. Mempromosikan destinasi-destinasi baru, disamping destinasi yang sudah dikenal baik wisman Arab Saudi. (foto: dok. pco kemenparekraf)
6. Inilah naga hidup yang benar-benar nyata dan masih ada yaitu komodo yang menjadikan habitatnya yakni Pulau Komodo di kawasan Labuan Bajo pantas menjadi destinasi premium bahkan super premium.
7. Menparekraf Wishnutama (kaos hitam) saat mengunjungi Pulau Komodo bersama Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo (kaos abu-abu).
0 komentar:
Posting Komentar