. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 17 Februari 2020

Gagal Capai Target Wisman Secara Kuantitas, Kini Bidik Wisman Berkualitas dan Tingkatkan Indeks Daya Saing

Selalu gagal mencapai target wisatawan mancanegara (wisman) secara kuantitas atau jumlah sejak 2016-2019, akhirnya Pemerintah Pusat mengalihkan sasaran targetnya.

Kalau kemarin (era Menpar Arief Yahya atau AY) begitu berambisi meraup wisman sebanyak-banyaknya atau target dari sisi kuantitias, mulai era Menparekraf Wishnutama sekarang ini seperti TravelPlus Indonesia perkirakan sebelumnya, bakal beralih membidik target wisman yang berkualitas sekaligus menaikkan indeks daya saing pariwisata Indonesia di tingkat dunia.

Bukti kalau target kunjungan wisman 2016-2019 secara kuantitas gagal tercapai, bisa dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS).

Catatan BPS pada 2016 realisasi kunjungan wisman mencapai 11,52 juta orang dari target yang ditetapkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar, ketika itu namanya) sebanyak 12 juta wisman. Intinya target tidak tercapai.

Tahun berikutnya, jumlah kunjungan wisman sepanjang 2017 cuma 14,04 juta atau meleset dari target 15 juta (juga tak tercapai).

Pada tahun 2018 BPS mencatat jumlah kunjungan wisman 15,81 juta atau sekitar 93% dari target 17 juta kunjungan (jelas tidak tercapai). 

Tahun kemarin, semula Kemenpar memasang target 20 juta wisman sepanjang 2019 kemudian dikoreksi menjadi 18 juta wisman namun nyatanya hanya mencapai 16,11 juta kunjungan atau naik 1,88% dibandingkan tahun 2018 (lagi-lagi target tak tercapai sekalipun target sudah dikoreksi).

Belajar dari pengalaman kegagalan era sebelumnya ditambah adanya wabah virus Corona, yang mengakibatkan wisman asal China yang pada masa Menpar AY amat dibangga-banggakan sebagai salah satu pemasok wisman amat siqnifikan, tapi kini tidak bisa lagi diharapkan untuk sementara waktu, terlebih setelah pemerintah menutup akses penerbangan ke Tiongkok maupun sebaliknya.

Kalau era sekarang (Menparekraf Mas Tama, sapaan akrab Wishnutama) masih ngotot kejar target jumlah wisman sepertinya sulit. Makanya dialihkan/diganti ke target kualitas/meningkatkan ranking indeks daya saing Indonesia di kancah pariwisata dunia.

Buktinya apa? Presiden Joko Widodo sampai memimpin rapat terbatas (ratas) bersama jajarannya untuk membahas upaya peningkatan indeks daya saing tersebut di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/2/2020). 

Menurut Presiden, peringkat daya saing pariwisata Indonesia dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) dari tahun ke tahun memang semakin baik.

Tercatat, pada 2015 Indonesia berada pada peringkat 50, kemudian naik menjadi peringkat ke-42 pada 2017, dan naik lagi menjadi peringkat ke-40 pada 2019.

Kendati begitu, peringkat Indonesia tersebut masih kalah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Presiden meminta hal tersebut dijadikan catatan untuk perbaikan peringkat Indonesia ke depannya. 

"Kalau dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita, misalnya Singapura berada di peringkat 17, Malaysia 29, dan Thailand 31. Saya kira ini menjadi catatan kita ke depan dalam rangka memperbaiki dari 4 subindeks dan 14 pilar yang menjadi tolok ukur indeks daya saing pariwisata dunia," jelasnya  sebagaimana tertera di pers release Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.

Presiden juga menjelaskan bahwa dalam indeks tersebut Indonesia memiliki 5 keunggulan dibandingkan negara lain yaitu yang berkaitan dengan daya saing harga, prioritas kebijakan, daya tarik alam, keterbukaan, daya tarik budaya, dan kunjungan bisnis.

"Kita masih lemah dalam lima pilar lainnya yaitu di bidang lingkungan yang berkelanjutan, kesehatan dan kebersihan, infrastruktur pariwisata, ini yang dalam pembenahan terus, kemudian keamanan, kemudian yang juga masih kurang di kesiapan teknologi informasi. Saya kira catatan-catatan ini harus kita jadikan kita dalam bekerja ke depan dengan target-target yang terukur dan jelas," paparnya.

Guna meningkatkan indeks daya saing, Presiden juga membentuk tim akselerasi yang di dalam terdapat berbagai Kementerian/Lembaga seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, Kementerian BUMN, BKPM, Kemenaker, Kemendes PDTT, dan lainnya.

Dalam ratas itu, Kepala Negara juga membahas mengenai upaya pemerintah untuk mengatasi dampak wabah virus Corona terhadap sektor pariwisata.

Salah satu upaya yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah adalah pemberian diskon atau insentif, baik untuk wisman maupun wisnus. 

"Diskon atau insentif bagi wisman yaitu 30 persen dari tarif riil. Tapi nanti kita putuskan, ini belum diputuskan. Mungkin kita beri waktu selama 3 bulan ke depan, untuk destinasi-destinasi yang nanti juga akan kita putuskan," jelasnya.

"Untuk destinasi wisata ke mana, termasuk di dalamnya juga diskon untuk wisatawan domestik atau wisnus yang bisa nanti kita berikan juga minus 30 persen dan mungkin bisa saja untuk travel bironya diberi diskon yang lebih misalnya 50 persen, sehingga betul-betul menggairahkan dunia wisata kita karena memang sekarang baru ada masalah karena virus Corona," tandas Presiden.

Lalu apa yang bikin target wisman secara kuantitatif 2016-2019 tak tercapai? Sejumlah pihak mengutarakan pendapatnya.

Ada yang mengatakan target yang ditetapkan terlalu tinggi, tidak sesuai dengan realita ekonomi yang ada. Hal itu dilontarkan Rudiana, Wakil ketua umum Astindo sebagimana dikutip bisnis.com, Oktober tahun lalu.

Penyebab lainnya kondisi keamanan baik akibat kebijakan politik maupun bencana alam hingga kebakaran lahan dan hutan yang terjadi tiap tahunnya.

Salah satu isu politis yang berdampak pada wisman, lanjut Rudiana adalah saat gembar-gembor pengesahan RUU KUHP yang mengakibatkan penerbitan  travel warning dari sejumlah negara, seperti Australia.

Tidak adanya pergelaran-pergelaran besar skala internasional yang bisa menarik wisman juga mempengaruhi realisasi jumlah wisman.

Ditambah adanya krisis ekonomi dunia akibat perang dagang AS-China yang membuat banyak orang tidak melakukan traveling atau kalaupun pergi dengan mengurangi jumlah harinya.

Rudiana bahkan memprediksi risiko gagal tercapainya target kunjungan wisman tersebut akan terus berlanjut hingga 2020.

TravelPlus Indonesia sendiri melihat masih ada beberapa hal yang membuat target kunjungan wisman 2016-2019 secara kuantitas gagal tercapai, di antaranya menyakut promosi dan publikasi terkait event dan destinasi.

Perihal daya saing dan daya tarik pariwisata Indonesia, Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari mengatakan akan tetap kalah dibandingkan negara tetangga jika tidak ada perbaikan secara kualitas.

Pasalnya, perlu ada perbaikan terhadap beberapa indikator pariwisata di Indonesia yaitu dari sisi keamanan, kesehatan, kesiapan, keberlangsungan lingkungan, dan air transportation infrastructure serta tourist service infrastructure

Berdasarkan data TTCI yang diterbitkan World Economics Forum, pada 2019 Indonesia berada di ranking ke-40 dari 140 negara, naik 2 peringkat dibandingkan dengan capaian pada 2018.

Untuk kawasan ASEAN, Indonesia berada di posisi ke 4, lebih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Indikator-indikator tersebut yang menjadi penyebab rendahnya peringkat Indonesia bila dibandingkan dengan ketiga negara tetangga di ASEAN tersebut.

Jika indikator-indikator tersebut diperbaiki, maka peluang untuk mencapai target wisman pun akan tercapai. Selain itu, juga bisa meningkatkan ranking  indeks daya saing pariwisata Indonesia di global level.

Target Rangking 36-38 TTCI 2021
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan daya saing TTCI pariwisata Indonesia yang ditargetkan Presiden Jokowi harus naik ke ranking 36-38 pada 2021, salah satunya dengan membawa wisman ke Indonesia (inbound) sebagaimana diungkapkan Menparekraf Wishnutama.

“Ada beberapa hal strategis yang akan kami lakukan segera yaitu bagaimana secara grand strategy pariwisata Indonesia yang terkait Kementerian/Lembaga lain adalah memakai inbound strategy. untuk mendatangkan devisa,” katanya sebagaimana tertera dalam pers release yang TravelPlus Indonesia terima dari Biro Komunikasi Kemenparekraf yang kini dikepalai Agustini Rahayu.

Wisnutama juga menjelaskan sudah berkoordinasi dengan Garuda Indonesia, untuk memperbanyak inbound promotion ketimbang outbond promotion

Pihaknya juga telah menjajaki dengan 33 maskapai yang beroperasi di Indonesia untuk menambah jumlah penerbangan dan seat capacity ke Indonesia. “Sehingga mind set dari maskapai dan sebagainya akan diarahkan bagaimana membawa orang luar untuk masuk ke Indonesia bukan orang Indonesia yang ingin kemana,” katanya.

Berbagai upaya juga terus dilakukan Kemenparekaf, salah satunya menggaet wisman dari pasar long haul atau jarak jauh, hal penting yang menjadi perhatian Kemenparekraf adalah adanya ketersediaan kursi pesawat (seat capacity) yang cukup.

Untuk ini, Wishnutama berharap  maskapai penerbangan Garuda Indonesia sebagai national flight carrier lebih banyak berperan termasuk dalam melakukan kerja sama (codeshare) dengan maskapai penerbangan dunia dapat upaya memenuhi seat capacity tersebut. 

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, Ig: @adjitropis)

Captions:
1. Wisman bule berkualitas ke Indonesia itu, antara lain karena menyukai culture & local wisdom setempat.
2. Wisman China ketika wara-wiri di Bali beberapa tahun lalu.
3. Kini Indonesia tidak bisa berharap banyak dari wisman China terkait wabah virus Corona.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP