. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 23 Desember 2019

Wisata Susur Gua Itu Aman dan Menyenangkan, Asalkan...

Tewasnya tiga mahasiswa yang terjebak di Gua Lele, Karawang, Minggu (22/12/2019), menambah daftar duka petualangan penelusuran gua (caving) di Tanah Air. Lalu bagaimana supaya wisata susur perut bumi ini aman dan menyenangkan?

Tiga orang yang tewas di gua yang berada di Kampung Tanah Bereum, Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat itu bernama Erisa Rifan (20), Alief Rindu (19), Ainan Fatimatuzahro (19). 

Kabarnya ketiga mahasiswa pencinta alam Universitas Singaperbangsa Karawang (Mapalaska), Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) ini meninggal karena terkena banjir bandang saat masih berada di dalam gua tersebut.

Beberapa tahun sebelumnya, juga tercatat ada dua Mahasiwa Pencinta Alam Teknik Sipil (Mapateksi), Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yakni Hari Miftahul Rohmah (21) dan Nur Faizin (22) yang tewas karena terseret arus air bah di sungai Gua Kiskendo, Dusun Guwo, Desa Trayu, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Jenasah Hari, mahasiswa asal Bekasi ini ditemukan oleh seorang petani, warga Desa Trayu, Senin pagi (11/3/2013). Sedangkan Nur Faizin, warga Ungaran ini baru ditemukan jenazahnya 3 hari kemudian, tidak jauh dari lokasi ditemukannya jenasah Hari di Dusun Ngadipiro, Desa Kertosari.

Keduanya tengah melakukan survei gua yang terletak 15 Km ke arah Selatan (Boja) Kota Kendal melalui Kaliwungu atau 40 Km dari pusat kota Semarang ini pada Minggu (10/3/2013).

Lima hari kemudian, setelah jenasah Nur Faizin ditemukan, tiga anggota Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia juga tewas diterjang banjir bandang saat menyusuri Gua Seropan di Dusun Serpeng, Desa Pacarejo, Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa malam, (19/3/2013).

Tiga korban yang meninggal itu adalah Ganang Samudra, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta asal Solo; Hevin Fahariza, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto asal Surabaya; dan Dian Putri Permatasari, mahasiswa Biologi Universitas Gajah Mada.

Mereka diduga meninggal lantaran tenggelam dan kehabisan oksigen di dalam gua yang memiliki kedalaman mencapai 40 meter dan berbentuk vertikal ini.

Ketika itu mereka tengah mengikuti "Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya 2013" yang diikuti 25 penelusur, terdiri atas 5 orang panitia dan 20 orang peserta. 

Sebelum kedua musibah itu, masih pada bulan yang sama, tepatnya di awal Maret 2013, ada enam wisatawan Nusantara terjebak dalam perut Goa Sriti di Dusun Gelaran I, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogjakarta akibat banjir bandang sungai bawah tanah, Sabtu (2/3/2013).

Untungnya, tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Padahal ketika mereka masuk gua, kondisi air Gua Sriti aman setelah dipastikan oleh tim pemandunya, yakni tinggi air kurang dari dua meter. Dan kondisi cuaca di luar pun sedang bagus.

Namun saat rombangan berada di separuh penelusuran, tiba-tiba hujan turun dan menyebabkan banjir lalu menjebak mereka.

Nah, belajar dari sederet kecelakaan di gua-gua itu, rasanya tak ada ruginya menerapkan kiat khusus menelusuri gua biar aman dan menyenangkan. Kiat ini juga berdasarkan pengalaman TravelPlus Indonesia caving di beberapa gua. 

Pertama-tama pelajari sejarah dan kondisi gua yang akan ditelusuri. Caranya dengan mencari informasi sebanyak mungkin tentang karakteristik gua tersebut lewat beragam informasi tulisan, buku atau orang/tim yang penah menelusurinya, termasuk informasi dari masyarakat sekitar gua. 

Mempersiapkan mental dan fisik, terlebih gua yang bakal ditelusuri termasuk gua petualangan yang membutuhkan peralatan khusus, bukan gua wisata.

Kalau menggunakan pemandu atau jasa operator penelusuran gua, pilihlah yang berpengalaman. Jadi lihat track record-nya.

Pastikan peralatannya lengkap dan masih aman digunakan. Kalau gua vertikal tentu diperlukan tali-temali berikut carbiner, tali tubuh, dan lainnya, helm, headlamp, cover-all, sepatu, dan pelampung jika menelusuri sungai bawah tanah.

Jangan lupa pelajari Single Rope Technique (SRT) atau teknik yang digunakan untuk menelusuri gua vertikal, dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan vertikal.

Anda bisa meminta operatornya melakukan pengenalan dan pemanasan teknik tersebut bagaimana mengenakan alat lalu cara naik dan turun dengan SRT agar tidak kaget sewaktu pelaksanaan. Tempat belajarnya bisa di pohon besar yang kuat.

Kiat lain yang amat penting, memahami kondisi cuaca. Khusus untuk penulusuran gua bersungai bawah tanah atau berbentuk vertikal, sebaiknya dilakukan saat musim panas untuk menghindari hujan dan longsor.

Jangan memaksakan caving saat intensitas hujan masih cukup tinggi. Apalagi saat musim hujan.

Sekalipun caving-nya pada musim panas, jangan mudah tertipu oleh cuaca bagus atau cerah di sekitar gua, terlebih guanya berbentuk vertikal dan atau bersungai bawah tanah.

Siapa tahu, tanpa diketahui di bagian atas tempat sumber air yang curahannya mengalir ke gua tersebut, sedang atau sudah terjadi hujan deras dan lama.

Kiatnya dengan membentuk tim di luar atau mulut gua dan juga tim yang memantau kondisi cuaca di bagian atas bukit di mana gua itu berada.

Jika hujan lebat turun, tim tersebut bisa langsung memberi kabar siaga kepada tim yang ada di mulut dan dalam gua untuk segera keluar dari gua.

Sebaiknya caving dalam kelompok kecil (small group). Khusus gua yang labil atau memiliki faktor kesulitan tinggi, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk menelusurinya dalam jumlah besar. 

Melangkahlah dengan tenang, jangan membuat kegaduhan karena suara yang gaduh bisa jadi mengganggu hewan gua dan atau meruntuhkan dinding gua yang labil. Dan jangan panik jika bertemu hewan gua seperti ular, jangkrik, kelelawar, laba-laba dan lainnya.

Jangan lupa menjaga kebersihan, keasrian, dan keindahan gua merupakan sikap terpuji seorang penelusur.

Jangan sekali-kali meninggalkan sampah, mencoret-coret atau mengores-gores dinding gua apalagi mengambil stalaktit dan stalakmit-nya. Biarkan gua apa adanya. Cukup tinggalkan jejak langkah saja.

Jika gua yang bakal ditelusuri adalah gua yang jarang ditelusuri atau bahkan baru, sebaiknya ekstra hati-hati.

Kumpulkan informasi sebanyak mungkin, bawa pemandu penduduk lokal yang setidaknya mengetahui gua itu, lakukan survei lebih dulu untuk mengetahui karakteristik guanya, dan bawa peralatan yang memadai sesuai jenis guanya, baru memasukinya saat kondisi cuaca bersahabat.

Nah, kalau semua kiat di atas diindahkan, rasanya tak perlu cemas, ragu apalagi takut ber-caving ria. Soalnya negeri ini punya begitu banyak gua yang menakjubkan, menarik, dan menantang untuk ditelusuri.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Tim Kembara Tropis berfoto bersama di dalam Gua Buniayu, Sukabumi, Jawa Barat.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP