Sepuluh Hal Ini Perlu Diperhatikan Jika Ingin Gelar Event di Destinasi Wisata

Di balik bencana pasti ada berjuta hikmah. Ada pembelajaran yang berharga yang bisa dipetik lalu dipelajari dan diimplementasikan sebagai bekal.

Contohnya bencana gempa disusul tsunami ditambah likuifaksi bersamaan dengan pelaksanaan Festival Nomoni di Teluk Palu, Sulawesi Tengah dan juga tamparan tsunami saat band Seventeen sedang konser acara family gathering PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat di Pantai Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten 2018 lalu.

Dari kedua bencana itu dan juga bencana-benana lain sebelum maupun sesudahnya, bisa kita ambil hikmahnya.

Berikut ini TravelPlus Indonesia memuat 10 (sepuluh) hal yang harus diperhatikan/diindahkan kalau ingin membuat event/festival/dan lainnya di destinasi wisata.

Pertama, memilih tempat yang aman dan nyaman mengingat event yang bakal digelar itu akan diikuti banyak peserta atau juga ditonton ratusan bahkan ribuan orang.

Selanjutnya, jangan lupa memulainya dengan doa dan menyelipkan pula acara yang bermuatan religi (pembacaan Kalam Illahi, tausyiah, zikir, shalawat, dll) untuk mengingatkan semua orang agar senantiasa taat kepada-Nya.

Berikutnya, teguhkan niat bahwa tujuan event tersebut Lillahi Ta'ala bukan semata menjaring wisatawan (lokal, nusantara, dan mancanegara) sebanyak-banyaknya, bukan pula hanya hura-hura apalagi berbau syirik dan beraroma maksiat (mengarah/memicu orang berbuat seks bebas, mengonsumsi minuman beralkohol, narkoba, dan lainnya).

Tak lupa menyiapkan tim keamanan, tim evakuasi, tim pengawas/pemantau bencana, tim kebersihan, tim pengatur lalu lintas termasuk parkir, dan tim medis berikut peralatan/perlengkapannya agar berjalan rapih dan tertib.

Sebaiknya disiapkan pula dana sedekah untuk pembangunan masjid/musholla, sekolah, dan atau pesantren yang rusak serta buat kaum duafa dan anak yatim setempat. Dana bisa di ambil dari anggaran pembiayaan event tersebut, tiket pengunjung, dll. Intinya biasakan ada unsur amal ibadah di setiap event yang digelar, biar berkah dan bermakna.

Upayakan event yang dihelat, sama sekali tidak mengganggu aktivitas/kehidupan masyarakat setempat.

Perhatikan pula kondisi venue acara (outdodor/indoor). Kalau indoor cek kondisi gedung, fasilitas pendukung, dan kapasitasnya. Kalau outdoor, cek panggung, tenda penonton, sound system, dan lighting-nya. Harus tepat, bagus, dan kokoh. Bukan asal ada/asal jadi sehingga mudah ambruk/hancur.

Sebaiknya lokasi event jangan di tempat yang rawan longsor dan banjir bandang saat musim penghujan.

Kalau lokasinya di kawasan pantai, sebaiknya jangan terlalu dekat dengan bibir pantai, terlebih pantai itu langsung menghadap samudera/lautan lepas, atau terdapat gunung berapi aktif di pulau tengah laut ataupun di bawah lautnya. Cari lokasi yang agak tinggi dan panggungnya jangan membelakangi pantai.

Terakhir atau kesepuluh, lihat pula waktu penyelenggaraannya. Carilah pas hari/bulan/musim/cuaca yang baik/bersahabat. Kalau di pantai, sebaiknya hindari malam hari karena susah terlihat kalau tiba-tiba air laut pasang atau gelombang tsunami datang.

Bencana alam memang tidak terduga datangnya, bisa kapan dimana saja.

Tapi kalau kita sudah sadar, bahwa kita tinggal di atas negeri cincin api (ring of fire) yang setiap saat bisa saja terjadi erupsi gunung berapi, juga di negeri yang rawan gempa, yang keduanya bisa memicu tsunami bahkan likuifaksi. Belum lagi longsor, banjir bandang, angin puting beliung, badai, kebakaran, tanah ambles, dan bencana lainnya.

Nah, kalau kita sudah punya bekal dengan mengantisipasi sejak dini, paling tidak bisa meminimalisir kerugian baik nyawa maupun harta benda jika terjadi ragam bencana di destinasi wisata itu.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Sepenggal pesona Tanjung Aan, Mandalika, Lombok Tengah, Pulau Lombok, NTB.