. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 08 Januari 2019

Sekarang Era Ngeglamping Tapi Ngebivak Kadang Ngangenin

Dulu bivak digandrungi pendaki lawas buat berlindung sementara saat melakukan pendakian gunung maupun penjelajahan hutan. Kini hadir glamping alias glamour camping. Fungsinya sama-sama buat berteduh di alam bebas tetapi sensasinya berbeda.

Buat Anda yang pernah gemar mendaki gunung era 70-an sampai 80-an, pasti tak asing dengan istilah ngebivak yang diambil dari kata bivak dari Bahasa Prancis: Bivouac yang berati tempat berlindung darurat di alam bebas untuk melepas lelah sekalian menghindari dari gangguan cuaca, binatang buas, dan angin.

Kenapa di era itu bivak begitu melekat di kalangan pegiat alam bebas terutama pendaki gunung? Ya karena tenda domme saat itu (80-an apalagi 70-an) mungkin belum hadir di Tanah Air.

Baru jelang 90-an, tenda domme hadir di sini, tapi jumlahnya pun masih terbatas, hanya komunitas/organisasi pecinta alam/pendaki gunung tertentu saja yang memilikinya.

Faktor lainnya, saat itu ngebivak (baca: mendirikan bivak) merupakan salah satu teknik penting yang harus dikuasai setiap pecinta alam jika hendak berkemah di alam liar (bukan di bumi perkemahan), terlebih saat mendaki gunung.

Boleh dibilang hampir semua komunitas/organisasi pecinta alam saat itu memasukkan bivak sebagai salah satu mata pelajaran/latihan dalam diklatsarpala atau pendidikan dan latihan dasar pecinta alam bagi setiap calon anggotanya.

Salah satu contohnya organisasi pecinta alam Agatra Sraya yang berdiri 5 Agustus 1984 di Jakarta.

Sejak mencetak angkatan pertama (1985) dan seterusnya selalu memasukan bivak sebagai salah satu mata pelajaran wajib survival di alam bebas bagi cata atau calon anggotanya yang semuanya minimal kelas 1 SMA ketika itu.

Saya pun termasuk yang mendapatkan pelajaran ngebivak pada masa itu dan selalu saya terapkan setiap kali mendaki Gunung Salak, Ceremai, dan gunung lainnya pada akhir era 80-an.

Maklum ketika itu belum punya tenda domme. Andaikan ada tenda, itu pun tenda pramuka yang kurang praktis dibawa kalau untuk pendakian gunung, kecuali saat Persami atau Perkemaham Sabtu-Minggu semasa SD ketika menjadi anggota Pramuka.

Tentu banyak keuntungan yang saya dapatkan dengan ngebivak. Selain mudah membuatnya, peralatannya pun sederhana, apa adanya.

Materi penunjangnya ketika itu paling ngetop ya dengan ponco atau jas hujan berbentuk lembaran plastik, bukan yang berbentuk baju, ditambah tali rafia atau tali plastik. Belakangan ponco digantikan dengan fly sheet atau lembaran parasut.

Sebelum ponco dikenal, pegiat alam memilih membuat bivak alam dengan materi dari alam seperti kayu, ranting, dan daun, atau di ceruk batu seperti gua berukuran kecil, dan sebagainya.

Bisa juga dengan kombinasi keduanya, bivak alam plus materi buatan.

Saya pun masih ingat bagaimana membuat bivak yang baik antara lain mencari tempat datar dan kering, bukan di tempat yang terbuka terhadap terpaan angin.

Tidak ngebivak di bawah pohon besar yang lapuk dan mudah tumbang, tidak ngebivak di lereng untuk menghindari kemungkinan longsor, dan tidak terlalu dekat dengan sungai ataupun pantai untuk menghindari air sungai meluap atau air laut pasang.

Tidak pula ngebivak di lokasi yang menjadi sarang serangga seperti nyamuk dan sejenisnya serta lintasan hewan liar.

Pengalaman satu ini pernah saya alami saat ngebivak di tepian Danau Menjukut di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung.

Usai ngebivak, malam harinya tak bisa tidur karena diserang agas semacam nyamuk hutan yang bersarang di sekitar danau itu. Akhirnya saya dan beberapa rekan pindah lokasi yang lebih aman dan nyaman.

Kalau lokasinya lembab, saya tak lupa memberi alas bivak dengan dedaunan kering lalu matras dan ponco baru kemudian sarungan, pakai kaos dan celana panjang yang kering, sweater/jaket, kaos kaki dan sarung tangan serta penutup kepala atau balaklava jika lupa/malas bawa SB (sleeping bag).

Tapi setelah era tenda domme masuk, ngebivak pun lambat laun tergeser.

Pendaki lawas termasuk saya lebih memilih membawa jenis tenda itu kemana-kemana saat melakukan pendakian gunung lantaran lebih praktis.

Apalagi semakin ke sini semakin banyak bermunculan jenis tenda domme yang berbahan ringan dan berkualitas tinggi, produksi luar negeri dan belakangan juga ada yang buatan dalam negeri.

Sampai sekarang pun tenda domme masih menjadi peralatan utama pendakian para pendaki era milenial.

Sejumlah indie travel atau trip operator pendakian massal (penmas) sampai ada yang membuat paket mendaki dengan fasilitas tenda domme, perlengkapan masak, konsumsi selama pendakian sampai tenaga porter.

Pesertanya boleh dibilang hanya bawa badan dan daypack untuk peralatan pribadi (HP, kamera, dompet, dan makanan/minuman kecil). Hemmm.., benar-benar memanjakan pendaki era kekinian.

Kendati ngebivak sudah ditinggalkan, namun dalam diklatsarpala sejumlah organisasi pecinta alam sepertinya masih banyak yang memberikan latihan cara ngebivak sebagai salah satu bagian dari survival untuk bisa bertahan hidup saat mengalami keadaan darurat di alam bebas. (Inilah salah satu keuntungan menjadi anggota pecinta alam baik itu semasa SMA maupun kuliah karena mendapatkan diklatsarpala).

Setara Hotel Mewah
Memasuki era 2000-an hadir glamping alias glamour camping, yaitu wisata kemah atau kemping di objek wisata atau tempat tertentu, terutama di alam terbuka yang berpanorama indah namun dengan fasilitas dan pelayanan serba mewah, setara hotel bintang tiga sampai lima.

Pengamatan Travelplus Indonesia, glamping di sini pernah ngetren di tahun 2016 dan kembali diminati para travel lover di tahun berikutnya.

Tahun ini, sepertinya glamping masih terus mencuri perhatian wisatawan minat khusus terutama penikmat alam berkantong tebal.

Buktinya lokasi glamping belakangan sudah tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.

Di Bandung, ada Glamping Rancabali Lake Side Ciwidey, tepatnya di Situ Patenggang, Ciwidey. Glamping yang baru dibuka pada awal Juli 2016 ini langsung menjadi magnet baru kawasan Bandung Selatan.

Keistimewaan glamping satu ini tenda-tendanya berada di tengah perkebunan teh dan bersebelahan dengan Situ Patenggang serta berkonsep tent resort dengan layanan hotel bintang tiga.

Meskipun di tenda Anda bisa mandi dengan water heater dan menikmati pesona  Situ Patenggang dari balkonnya.

Jenis tendanya ada tiga yakni Lakeside Tent Resort, Family Tent Resort, dan Family Adventure Camp.

Ada 10 unit tenda tipe Family Tent dan 9 unit Lake Side Tent di glamping ini. Tarifnya mulai Rp 1 jutaan s/d Rp 3 jutaan per malam per tenda.

Selain kemping dengan fasilitas mewah, lalu tea walk, keliling situ sampai ke Bantu Cinta, dan beberapa selfie spots, Anda juga bisa menikmati bermacam hidangan di resto uniknya yang berbentuk Perahu Kayu Pinisi atau disebut Pinisi Resto.

Lantaran peminatnya terus bertambah, di Jawa Barat pun kini bermunculan lokasi selain Glamping Rancabali Lake Side Ciwidey.

Masih di dekat-dekat Kota Bandung ada Trizara Resort Indonesia, tepatnya di area Lembang.

Ada sekitar 47 tenda berkapasitas wah di sana. Tarifnya mulai dari Rp 1 jutaan per kamar per malam untuk tipe Zana dengan kapasitas dua orang.

Di glamping ini Anda juga bisa menikmati flying fox, permainan high rope, hiking, ATV biking, off road, paint ball, dan aktivitas lainnya.

Pilihan lain Glamping Tanakita Situ Gunung di Sukabumi yang belakangan ini kembali melambung namanya berkat kehadiran jembatan gantung.

Tarif glamping-nya mulai dari Rp 550 ribu per orang per malam. Tarif tahun lalu itu sudah termasuk makan tiga kali selama menginap, trekking bersama pemandu ke air terjun, meluncur dengan flying fox, dan lainnya.

Sementara yang dekat dengan Jakarta, ada beberapa glamping spots di Bogor antara lain Herman Lantang Camp di Jalan Gn Malang, Desa Sukajadi, Taman Sari; The Highland Park Resort di Jalan Curug Nangka, Kampung Sinarwangi, juga di Desa Sukajadi; dan Glamping Gunung Geulis Campsite di Gunung Geulis.

Di Bali juga ada beberapa tempat glamping yang mulai mencuri perhatian wisatawan mancanegara dan nusantara, antara lain Sandat Glamping Tents, Bali Dynasty Resort, Sunday Rainvilla, Baliwoso Camp, dan Sang Giri Mountain Tent Resort.

Sandat Glamping Tents terletak di Jalan Subak Sala, Banjar Sala Pejeng Kawan, Ubud.

Tendanya dibangun dari kayu berjerami terdiri atas dua lantai. Konsep bangunan dan interiornya berbeda-beda dan rata-rata unik. Glamping ini juga dilengkapi kolam berenang.

Lain lagi dengan Sunday Rainvilla  yang terletak di kawasan Umalas, Seminyak Bali. Lokasinya selalu ramai karena berada dekat dengan pantai, pusat-pusat perbelanjaan, dan cafĂ©.

Tenda-tendanya relatif lebih simple namun terlihat indah pada malam hari.

Beda Sensasi
Bagaimana sensasi tidur di bivak dengan glamping? Ya jelas beda, bagai bumi dan langit.

Di glamping, Anda bisa merasakan berkemah tanpa  perlu bersusah payah mengeluarkan tenaga dengan pelayanan bak hotel/resort sampai bintang lima.

Kendati adanya di kaki gunung, bukan di sekitar jalur pendakian gunung namun tak menghilangkan sensasi berkemah di alam bebas. Sebab Anda masih tetap bisa menikmati suasana hutan pinus, suara kicauan burung, perkebunan teh, dan kesejukan khas pegunungan.

Cuma konsekuensinya, Anda harus merogoh kocek lebih dalam karena tarifnya cukup 'mengejutkan', tapi sudah termasuk peralatan kemah dan segala kebutuhan seperti konsumsi, listrik, hingga kamar mandi berair panas.

Glamping ini cocok buat Anda yang punya dana lebih dan ingin membawa anak beserta keluarga ataupun pasangan untuk merasakan berkemah mewah, praktis tanpa ribet.

Sementara nge-camp di jalur pendakian dengan tenda domme yang dibawa lalu dipasang sendiri, sensasi petualangannya jauh lebih terasa, apalagi kalau ngebivak.

Ngebivak buatan maupun alam, memang agak merepotkan. Selain butuh pengetahuan dasar sehingga tidak merusak alam sekitar, pun harus membawa perlengkapan pendukung, dan satu lagi yang pasti amat menguji mental/nyali/keberanian.

Tak heran, kendati tenda domme dan glamping masih booming, segelintir pendaki lawas, termasuk saya terkadang masih merindukan ngebivak untuk menemukan kembali sensasi petualangan yang tak sama itu saat melakukan pendakian.

Nah, kalau Anda termasuk pendaki milenial yang selama ini dimanjakan dengan fasilitas tenda domme saat melakukan penmas dan tidak tahu/tidak pernah ngebivak, sepertinya sesekali harus mencobanya agar dapat merasakan sensasi petualangan pendakian yang lebih menantang.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Glamping Rancabali Lake Side Ciwidey tawarkan pesona perkebunan teh dan Situ Patenggang.
2. Ngebivak alam, sensasi petualangannya lebih kental. (foto: dok. @rzl_mlna18)
3. Cara buat bivak atau ngebivak. (foto: dok. @indonesianbushcraft)
4. Bivak jadi salah satu mata pelajaran dalam pendidikan dan latihan dasar pecinta alam atau diklatsarpala. (foto: dok. @kplhgempar)
5. TravelPlus Indonesia saat nge-camp dengan tenda domme di puncak Gunung Seulawah Agam, Aceh. (foto: dok. jabal everest)
6. Salah satu jenis glamping berkonsep petualangan.
7. Ngobrol dengan tokoh pecinta alam di Herman Lantang Camp (foto: dok. @hermanlantangcamp)
8. Saat bawa pendaki 6 negara di Gunung Gede dan nge-camp di Alun-alun Surya Kencana.
9. Saat Nge-camp di puncak Gunung Prau dengan tenda domme yang lambat laut menggeser bivak. (foto: dok. gimbal sumbing)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP