Padukan Konsep Digital Destination dan Nomadic Tourism, Glamping Lakeside Melesat Jadi Andalan Wisata Kabupaten Bandung

Paras wisata Kabupaten Bandung kian merona. Jika dulu hanya Kawah Putih yang menjadi andalan dan tetap bertahan sampai sekarang sebagai tourism icon-nya, namun tiga tahun belakangan ini bertambah lagi dengan hadirnya Glamping (Glamour Camping) Lakeside yang dalam waktu singkat langsung melesat masuk dalam deretan wisata unggulan.

Kesuksesan glamping  yang berada di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali ini menjadi wisata andalan  Kabupaten Bandung lantaran  memadukan konsep digital tourism dan nomadic tourism sebagaimana yang tengah digalakkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Dibilang digital destination, karena glamping yang berada di perkebunan teh ini memiliki sejumlah selfie spot yang instragamable antara lain Teras Bintang dengan tiket Rp 25 ribu, Jembatan Pinisi Rp 10 ribu per oranv, Taman Angsa, dan Taman Pakis masing-masing tiketnya Rp 15 ribu per orang, perahu keliling danau (Rp 35 ribu per orang), perahu kayak (100 ribu/jam), dan rental sepeda Rp 20 ribu per jam. 

Sementara tiket masuk ke Glamping Lakeside Rancabali Rp 20.000 per-orang. 

Menurut Lutfie Nauval selaku bagian pengembabgab Glamping Lakeside Rancabali Lutfie, glamping ini juga memiliki Resto Pinisi yakni restoran berbentuk kapal Pinisi yang berada di hamparan teh, persis di bibir Situ Patengang.

"Letaknya tepat di atas kawasan “Batu Cinta” dan menghadap ke arah  Pulau Cinta," jelasnya.

Pengamatan TravelPlus Indonesia 
konsep yang ditawarkan  Resto Pinisi ini menarik, karena menghadirkan nuansa bahari di alam pegunungan, mengingat wilayah Bandung tak memiliki pantai dan laut. Kontras.

Mungkin kalau bukan berbentuk kapal pinisi, kurang berdaya tarik.

Sebagai destinasi digital, pemasarannya pun antara lain menggunakan media sosial. Terbukti glamping ini juga punya akun Instagram (IG).

Alhasil glamping yang beroperasi tahun 2016 ini banyak peminatnya.

Sementara disebut nomadic tourism karena Lakeside Rancabali ini memiliki 3 jenis penginapan berkonsep tent resort yakni Lakeside Tent Resort, Family Tent Resort, dan Family Adventure Camp.

Tarif per malamnya mulai 1.440.000 sampai Rp  3.312.000 saat high season.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Drs. H. Agus Firman Zaeni M.Si dalam diskusi bersama para wartawan di Resto Pinisi, Kamis (2/8/2018) malam dalam rangkaian acara Orientasi & Outbound 2018 yang digelar Biro Komunikasi (Komblik) Kemenpar membenarkan kalau Glamping Lakeside ini menjadi salah wisata andalan Kabupaten Bandung, selain Kawah Putih, Situ Cileunca, dan kawasan Gunung Puntang.

"Meskipun relatif baru, Glamping Lakside Rancabali banyak peminatnya, sehingga masuk dalam deretan wisata andalan Kabupaten Bandung, " kata Agus Firman.

Sementara Kepala Biro Komblik Kemenpar Guntur Sakti mengatakan Glamping Lakeside Rancabali dipilih sebagai lokasi kegiatan outbound agar para wartawan lebih memahami dan merasakan apa itu wisata nomadik serta mengenalkan potensi pariwisata di Kabupaten Bandung kepada masyarakat.

Menurut Guntur Sakti, Menpar Arief Yahya sangat concern terhadap wisata nomadik ini.

"Sebab selain karena treatment-nya relatif mudah, mempunyai prospek bisnis yang cerah, juga memiliki pasar yang besar di mancanegara," terang Guntur Sakti.

Menpar Arief Yahya sendiri, lanjut Guntur menilai nomadic tourism memiliki value ekonomi tinggi dan treatment-nya juga relatif mudah sehingga menarik para pelaku industri pariwisata untuk mengembangkan bisnis ini terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial.

Kemenpar, sambungnya akan mengembangkan nomadic tourism di empat destinasi prioritas yakni  Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur yang nantinya akan menjadi pilot project.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)