Cantiknya Langit Wonosobo Saat Lebaran, Lebih Berwarna Penuh Balon Udara
Datang ke Wonosobo saat libur Lebaran, dijamin Anda akan menemui pemandangan menawan. Di pagi hari, langitnya tampil lebih berwarna dari biasanya, penuh dengan balon udara layaknya di benua Eropa.
Captions:
1. Balon udara bikin langit Wonosobo lebih berwarna saat Lebaran.
2. Rahman Isryadi mejeng di salah satu balon udara yang dibuatnya tahun ini dengan Iban dan teman-temannya yang lain.
3. Balon udara sudah menjadi tradisi warga Wonosobo.
4. Proses pembuatan balon udara khas Wonosobo.
5. Pelepasan balon udara menjaring wisatawan.
6. Balon udara Wonosobo dipesan warga Kediri.
Begitu kata Rahman Irsyadi (27) mempromosikan keunikan tradisi di daerahnya kepada TravelPlus Indonesia lewat pesan BB baru-baru ini.
Kata anak muda Desa Kembaran, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ini, di desanya setiap habis Lebaran selalu ada pelepasan balon udara yang sudah berlangsung sejak puluhan tahunu alias sudah menjadi tradisi.
Setiap RT biasanya warganya bikin 3 balon udara. “Di desa saya ada 15 RT. Jadi satu desa saja bisa 45 balon udara, belum lagi dari desa-desa yang lain. Pokoknya langit Wososobo lebih cantik, penuh balon udara selama libur Lebaran,” ujar Rahman.
Menurut pria lajang yang hobi mendaki gunung, menggambar, dan bikin aksesoris gelang ini, biasanya pelepasan balon udara di desanya berlangsung sehari setelah hari raya Idul Fitri, dari tanggal 2-7 Syawal atau selama 6 hari.
Lokasinya di lapangan atau stadion desa pada pagi hari.
“Pelepasannya mulai jam 6 pagi sampai setengah 8 pagi, ketika belum banyak angin. Kalau banyak angin, justru balon udara susah terbang,” terang Rahman.
Kata Rahman biaya pembuatan satu balon udara bisa mencapai Rp 1,5 juta.
“Satu balon dikerjakan 5 sampai 15 orang. Kalau balon yang dibuat tidak rumit selama 15 hari. Tapi kalau yang rumit bisa sampai 3 bulan,” jelasnya.
Bahan utama balon udara Wonosobo itu dari kertas minyak yang biasa dipakai untuk pembungkus panganan wajik. Selain itu benang dan lem tepung kanji sebagai perekat.
Satu balon biasanya berukuran tingan 24 meter dan lebar lingkaran 8 meter. Motif atau gambar balonnya bermacam-macam.
“Ada balon berbentuk kartun seperti doraemon, gambar senyum, berbentuk wajah burung ataupun motif batik. Yang sulit itu motif batik,” ungkapnya.
Menurut Rahman untuk Lebaran 2017 ini, RT 01/ RW 03 Desa Kembaran tempatnya tinggal sudah membuat 2 balon udara selama 17 hari di rumah pamannya.
“Alhamdulillah balaonnya sudah jadi, tinggal dilepas nanti sehari setelah Lebaran,” ungkapnya.
Sewaktu menerbangkannya, minimal dibutuhkan 10 orang. Alat yang dipersiapkan semacam cerobong kecil yang kerap disebut 'garangan' dan dua tiang bambu yang digunakan untuk menggantung bagian ujung balon paling atas.
“Cara nerbanginnya pakai katrol dan pake bambu kanan kiri dan tambang juga, tidak pakai gas,” kata Rahman.
Udara panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu dan jerami pada garangan itulah yang membuat balon bisa mengembang. Bila dirasa telah cukup mengembang, balon pun dilepas sehingga dapat meluncur ke angkasa.
Kata Rahman tidak semua balon bisa terbang mulus. “Ada yang pecah di udara, sobek kena sumbunya, dan lainnya. Tapi itu justru bikin tambah seru. Kalau mau tahu cara nerbangin balon kertas Wonosobo, ke sini aja mas biar nggak penasaran,” ungkapnya.
Biasanya setiap pelepasan, beberapa warga menyalakan petasan hingga suasananya jadi tambah meriah.
Balon yang terbang bisa bertahan satu hari di langit.
“Turunnya bisa di kampung lain bahkan pernah sampai Pasuruan Jawa Timur. Kadang jatuh di atas pohon, di air, dan lainnya, pokoknya tergatung keberuntungan. Kalau kena hujan ya hancur balonnya,” terang Rahman.
Dulu, tradisi balon udara di Wonosobo ini kerap dilombakan. “Hadiahnya berupa uang sebesar Rp 2 juta, piagam, dan tropy,” terang Rahman.
Tapi belakangan hanya sekadar pelepasan. “Bahkan sempat pelepasan balon udara tidak diizinkan oleh pemerintah setempat dengan alasan bisa mengganggu penerbangan pesawat,” aku Rahman.
Tapi belakangan hanya sekadar pelepasan. “Bahkan sempat pelepasan balon udara tidak diizinkan oleh pemerintah setempat dengan alasan bisa mengganggu penerbangan pesawat,” aku Rahman.
Namun warga Wonosobo tahun ini kompak membuat balon udara untuk dilepas selama sepekan Lebaran 1438 H.
“Warga protes, makanya Lebaran tahun ini balon udara yan dibuat warga Wonosobo meningkat sampai 3 kali lipat. Jumlahnya bisa ratusan balon udara, soalnya Kabupaten Wosnosobo ada 16 kecamatan,” aku Rahman.
Tradisi balon udara di desanya, menurut Rahman mampu menjaring wisatawan dari luar Wonosobo bahkan turis asing.
“Pernah ada turis dari Jepang datang. Mereka heran dan bertanya-tanya koq balon dari kertas bisa terbang seperti balon udara,” jelas Rahman.
Bahkan balon udara made in Wonosobo ini sudah diminati warga dari daerah lain. “Balon udara dari desa kami pernah dipesan warga Kediri sekaligus mengontrak orang sini buat menerbangkan balonnya. Harga satu balonnya Rp 6 juta,” terang Rahman.
Kalau mau lihat sampai sejauh mana balon udara khas Wonosobo menembus langit, sebaiknya membawa teropong.
“Kalau mau rekam gambar, sebaiknya bawa kamera drone biar dapat angle menarik,” imbau Rahman.
“Kalau mau rekam gambar, sebaiknya bawa kamera drone biar dapat angle menarik,” imbau Rahman.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com ig: @adjitropis)
Foto: dok. rahman irsyadi
Captions:
1. Balon udara bikin langit Wonosobo lebih berwarna saat Lebaran.
2. Rahman Isryadi mejeng di salah satu balon udara yang dibuatnya tahun ini dengan Iban dan teman-temannya yang lain.
3. Balon udara sudah menjadi tradisi warga Wonosobo.
4. Proses pembuatan balon udara khas Wonosobo.
5. Pelepasan balon udara menjaring wisatawan.
6. Balon udara Wonosobo dipesan warga Kediri.
0 komentar:
Posting Komentar