Ada Aneka Kain Cual Khas Babel di Adiwastra Nusantara 2017
“Kami baru ikut pameran kain Adiwastra Nusantara ini untuk pertama kali,” ujar Hj Isnawati, pemilik Ishadi Cual asli Kota Pangkalpinang kepada TravelPlus Indonesia di booth nomor 124, Hall B, JCC, Senayan, Jakarta, Sabtu (8/4).
Menurut Isnawati pameran menjadi salah satu wadah efektif untuk mempromosikan Kain Cual agar lebih dikenal bukan hanya oleh masyarakat Babel tapi juga Indonesia bahkan dunia.
“Saya ikut pameran ini tujuan utamanya agar Kain Cual bisa lebih dikenal masyarakat Indonesia, itu saja dulu. Dengan begitu objek-objek wisata Babel juga ikut terangkat namanya. Jadi tidak muluk-muluk pasang berapa target penjualannya, karena ini baru pertama kali ikut,” akunya seraya menambahkan keikutsertaannya itu pun atas dukungan PT Timah (Persero) Tbk sebagai mitranya mengingat biaya untuk mengikuti pameran ini tidak murah.
Produk Kain Cual yang dipamerkan selain berupa kain tenun maupun batik lembaran, juga ada yang sudah berbentuk baju pria, busana wanita, selendang, dan sarung beragam motif dan warna seperti kuning, merah, ungu, hijau, biru, coklat, hitam, dan lainnya.
“Motifnya ada yang fauna seperti Bebek-bebekan, Naga Bertarung, Merak, dan Garuda. Ada juga motif flora berupa bunga-bungaan antara lain Kembang Setangkai, Bunga China, Kembang Kenanga, dan Kembang Rukem” jelasnya.
Meskipun sejumlah kain khas daerah lain di Indonesia juga menggunakan motif flora dan fauna namun tetap ada perbedaannya dengan kain Cual.
“Misalnya kalau di Kain Batik Jawa motif Meraknya asli berbentuk Burung Merak yang utuh. Tapi kalau di Kain Cual Babel bentuknya berupa Merak yang abstrak. Kalau Bebek yang Bebek-bebekan, tidak nyata,” ungkapnya.
Kata Isnawati Kain Cual aslinya ditenun seperti Tenun Songket Palembang. Namun belakangan ada juga yang berbentuk Kain Batik Cual tulis maupun print.
“Kalau yang print supaya bisa diproduksi secara massal sampai ribuan orang misalnya untuk seragam kantor, organisasi, PNS, dan lainnya dengan harga yang lebih murah,” terangnya.
Soal harga Kain Tenun Cual dibanderol mulai Rp 2 jutaan sampai Rp 18 jutaan untuk satu stel/sepasang berupa sarung dan selendang, tergantung motif dan bahannya. “Kalau Kain Cual yang print mulai dari Rp 60.000 per meter-nya,” terangnya.
Harga Kain Cual tenun lebih mahal dibanding yang print, lanjut Isnawati, karena proses pembuatannya lebih lama dan rumit.
“Kain Cual yang tenun dibuat dengan tangan atau handmade, bukan mesin, bukan pula cetakan. Seorang penenun cuma mampu membuat sehelai tenun selama minimal satu bulan. Pengerjaannya pun cukup sulit, harus teliti dan sabar. Kalau salah masukin benang saja bisa berubah motifnya,” bebernya.
Selain bahan, kendala pengembangan Kain Cual tenun adalah masih terbatasnya SDM dalam hal ini jumlah penenunnya. “Saat ini tinggal 20-an penenun saja di Pangkalpinang dan sekitarnya, itu pun rata-rata sudah tua,” terangnya.
Untuk itu Isnawati berharap pemerintah baik Pemkot Pangkalpinang maupun Pemprov Babel dan pihak terkait lainnya mau bersama-sama membantu memperkenalkan cara menenun Cual kepada generasi muda khususnya para pelajar di sekolah-sekolah di Pangkalpinang sebagai kurikulum muatan lokal agar kelak bisa melahirkan penenun-penenun Cual yang baru. “Supaya ada regenerasi. Kalau tidak nanti penenun Cual bisa habis,” ucap ibu beranak 4 dan bercucu 4 ini.
Disamping rajin mengikut pameran berskala Nasional seperti Inacraf sudah tiga kali, Crafina, dan Adiwastra Nusantara di Jakarta serta kota lain di Indonesia untuk memperkenalkan Kain Cual merek Ishadi miliknya, Isnawati mengaku dalam waktu dekat akan membuka Museum Cual Ishadi yang dibangunnya sendiri di Jalan Ahmad Yani Kota Pangkalpinang, Pulau Bangka, Babel.
“Insya Allah April tahun ini Museum Cual Ishadi yang bangunannya berwarna merah akan dibuka untuk umum. Lokasinya dekat Galeri Cual Ishadi. Jadi pengunjung selain bisa belanja aneka kain Cual di Galeri, juga bisa melihat koleksi kain-kain Cual kuno berumur 200-an tahun warisan atok usang atau kakek buyut, sekaligus berwisata kuliner khas Bangka di lantai atas museum,” terangnya seraya menambahkan kalau Ishadi itu adalah singkatan dari Isnawati namanya sendiri dengan nama suaminya Abdul Hadi (almarhum) yang dibuat bertepatan dengan ketok palu Babel sebagai provinsi, tepatnya 21 November 2000 lalu.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Hj. Isnawati asal Kota Pangkapinag, pemilik Kain Cual Ishadi, khas Bangka-Belitung (Babel).
2. Booth Kain Cual Ishadi dalam pameran Adiwastra Nusantara 2017 di Hall B, JCC.
3. Pengunjung membeli aneka Kain Cual di booth Kain Cual Ishadi.
4. Aneka produk Kain Cual Ishadi yang dipamerkan dalam Adiwastra Nusantara 2017.
0 komentar:
Posting Komentar