Ini PR Belitung Jika Ingin Lekas Berstatus Geopark
Akselerasi percepatan Kemenpar dalam mengembangkan Belitung sebagai Taman Bumi atau Geopark diapresiasi oleh Sekretaris Jenderal Geopark Global Network (GGN) UNESCO, Guy Martini. Namun masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & humas-kemenpar
Hasil verifikasi Geopark Belitong pada tanggal 26 – 29 Desember 2016, Martini menilai sangat positif.
Dia memuji batuan granit besar, batuan bertekstur porfiritik, mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan hornblende beraneka warna hingga batuan beku yang mempunyai kristal kristal kasar yang tersebar merata di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.
Dia pun sangat optimistis Indonesia bisa segera mendorong Geopark Belitong ke level dunia.
“Martini menilai progresnya sudah on the track. Prediksinya, dalam kurun waktu 1- 2 tahun Geopark Belitong sudah bisa mendapatkan status sebagai geopark nasional, setelah itu bisa didorong ke level dunia,” terang Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar, Hiramsyah S Thaib.
Pujian sama juga ikut dilontarkan Ketua Tim Geopark ITB 81, Diah Herawati. Dia terkejut karena dalam kurun waktu hanya empat bulan tim Geopark Belitong sudah bisa running.
“Biasanya daerah lain lebih dari 4 bulan, bertahun-tahun malah belum kemana-mana minimal bergeraknya baru 2 -3 tahun. Tapi tim Geopark Belitong beda. Timnya kompak dari Barat ke Timur. Semua mendukung, Pemda mendukung, komunitas mendukung. Ini cukup mengagetkan saya dan beliau (Martini, red),” kata Diah.
Meski begitu, Diah menyatakan masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan. Salah satunya ada menggerakkan komunitas-komunitas untuk membangun wisata mandiri.
“Ayo komunitas di Belitung Timur lebih bergerak lagi. Kalau di Belitung kan sudah banyak pariwisata yang dibuat dari komunitas, di Belitung Timur harus lebih digerakkan lagi. Desa-desa dan komunitas harus membangun pariwisata mandiri,” ujarnya.
Ajakan Diah tadi memang sangat beralasan. Status geopark dari sebuah kawasan geologi sangat berpotensi meningkatkan daya tarik suatu destinasi wisata. Geopark juga bisa menjadi penggerak ekonomi paling cepat ketimbang sektor-sektor lain.
Contoh riilnya sudah banyak. Tiongkok misalnya. Dari pendapatan wisata sekitar 6 miliar dollar AS atau Rp 80 triliun, sekitar 62 persen di antaranya atau mencapai Rp 49 miliar, disumbangkan dari pengelolaan 33 kawasan geopark dunia.
Di Indonesia, manfaat ekonomi juga sudah dirasakan kawasan Pegunungan Sewu Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada 2011, PAD yang dihasilkan dari sejumlah destinasi wisata karst di lokasi tersebut baru sekitar Rp 800 juta. Namun, setelah ditetapkan sebagai kawasan geopark global dunia, pendapatan aslinya meningkat menjadi Rp 22,5 miliar.
Kebetulan, prosentase wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia karena faktor alam (nature) lumayan tinggi. Angkanya menembus 35 persen. Potensi alam sebesar 35 persen tadi kemudian dikembangkan sebagai wisata bahari (marine tourism), wisata ekologi (ecotourism) 45 persen, dan wisata petualangan (adventure tourism) 20 persen. “Di dalamnya termasuk geopark,” kata Diah.
Selama ini daya tarik wisata Belitung kebanyakan berbasis pada nature atau alam, seperti Danau Biru, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, Desa Wisata Terong, dan Museum Tanjung Pandan.
Selian itu Bukit Pangkuan di Kecamatan Kelapa Kampit, Pantai Burung Mandi Kecamatan Damar, Museum Kata Kecamatan Gantung, dan Pantai Punai di Kecamatan Simpang Pesak.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & humas-kemenpar
0 komentar:
Posting Komentar