Tingkatkan Performance Pariwisata, Presiden Jokowi Janji Tambah Anggaran Marketing Sampai 5 Kali Lipat
Di sektor pariwisata, Indonesia memiliki potensi kekuatan atraksi yang besar. Seharusnya sektor ini yang dikembangkan sebagai daya tarik bagi wisatawan. Namun faktanya, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara jauh tertinggal. Tahun 2015 yang sudah naik 10,3 persen saja masih di angka 10,4 juta. Masih kalah dari Malaysia 25 juta dan Thailand 30 juta.
Begitu ungkap Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berbicara di sebuah forum yang diikuti sejumlah CEO di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (24/11).
Jokowi menjelaskan mengapa selama ini performance pariwisata Indonesia masih jauh dibandingkan negara-negara tetangga. Menurutnya karena selama ini tidak pernah dikemas dengan baik.
“Tidak pernah ditarik positioning-nya di mana, tidak pernah jelas diferensiasinya seperti apa, tidak pernah kita mem-brand setiap lokasi-lokasi itu seperti apa,” ungkap Presiden.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa dirinya telah menginstruksikan kepada kementerian terkait untuk segera membenahi hal-hal tersebut. Promosi pun disebutnya juga sedang digalakkan secara besar-besaran.
“Saya sudah janjian sama Pak Menteri Pariwisata minta anggaran marketing bisa ditambah 4 sampai 5 kali lipat dari anggaran yang sebelumnya,” ujarnya.
Selain persoalan pemasaran, menurut presiden hal-hal detail sekecil apapun yang menyangkut kenyamanan wisatawan harus diperhatikan.
Wisata yang baik mulai dari ketibaan sampai dengan kepulangan. Ini menyangkut semua aspek: aspek konektivitas, mobile internet 3G dan 4G, sampai kebersihan.
"Selalu saya sampaikan kepada menteri hal-hal seperti ini kita bekerjanya harus detail,” tegas presiden yang sudah menetapkan 5 program prioritas di kabinet kerjanya yakni, infrastruktur, pangan, energi, maritim, dan pariwisata.
Presiden Jokowi optimistik, Indonesia mampu meraih sejumlah capaian positif di saat lesunya ekonomi dunia. Dan pariwisata bisa menjadi andalan kekuatan Indonesia di pentas dunia.
Karena itu, untuk menjadi global player, harus senantiasa menggunakan global standart. Baik buruk itu bukan atas penilaian kita sendiri yang kadang subjektif, tapi harus di-calibration dengan standard dunia yang sudah diakui dan dipakai oleh semua negara.
“Saya ingin menyampaikan satu kata, yaitu optimisme. Jangan sampai kita kehilangan satu kata tadi saya sampaikan meskipun faktor-faktor eksternal tidak mendukung ke arah sana,” imbau Sang Presiden.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: zona-humas kemenpar
0 komentar:
Posting Komentar