Serunya Climb with The Legend 2016 di Gunung Parang, Bangkitkan Kegiatan Panjat Tebing Alam Indonesia
Seperti apa suasananya kalau para pemanjat tebing Indonesia baik yang senior maupun junior berkumpul lalu memanjat tebing alam bersama? Jawabannya tentu saja seru. Seperti itulah suasana yang terjadi dalam acara bertajuk Climb with The Legend 2016 di Tebing Parang, Gunung Parang, tepatnya di Dusun Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Purwakarta, Jawa Barat, baru-baru ini.
Keistimewaan acara ini, pesertanya terutama pemanjat pemula bukan cuma bisa memanjat bersama para pemanjat tebing berpengalaman, pun mendapatkan ilmu dan wawasan berharga dari beberapa pemanjat senior.
Keistimewaan acara ini, pesertanya terutama pemanjat pemula bukan cuma bisa memanjat bersama para pemanjat tebing berpengalaman, pun mendapatkan ilmu dan wawasan berharga dari beberapa pemanjat senior.
Mereka saling berbagi cerita dan pengalaman bagaimana awal mulanya merintis dunia panjat tebing Indonesia hingga kemudian berkembang dan diminati.
Selain sesi memanjat tebing dan boulder bersama, juga ada mencoba jalur-jalur sport baru, multipitch climbing, live accoustic music, barberquean, api unggun, makan sate maranggi, ngeliwet nasi bareng dan masih banyak lagi acara seru lainnya.
Di acara ini diperkenalkan 5 jalur sport baru, 4 jalur baru multipitch climbing, dan boulder area baru.
Peserta yang ikut ada yang perorangan dengan biaya Rp 150.000 per orang dan ada pula yang per klub/organisasi dengan biaya Rp 400.000 (1 group 3 orang).
Biaya tersebut sudah termasuk t-shirt kegiatan, transportasi pp (Jakarta-Gunung Parang), makan 4X, camping ground dan MCK, peralatan multipitch climbing, dan sertifikat kegiatan.
Peserta membawa peralatan memanjat tebing pribadi seperti seat harness, sepatu panjat, dan chalck bag serta peralatan camping sendiri (tenda, matras dan sleeping bag).
Namun untuk peralatan climbing lainnya seperti tali dinamik, tali statik, belay device, ascender, runner, scarabiner, dan lainnya sudah disiapkan panitia.
Acara yang digelar Climber's Friend bekerjasama dengan Skywalker via Ferrata selama tiga hari ini menghadirkan tiga legenda panjat tebing Indonesia yang masih hidup (living legend) antara lain Harry Suliztiarto, Mamay Salim, dan Djati Pranoto.
Peserta yang datang di acara ini bukan para pemanjat dan penghobi olaharaga panjat tebing dari Jawa tapi juga berbagai daerah di Sumatera dan Bali.
Di antaranya Novie Gerardo (36), pemanjat (climber) senior pria asal Bengkalis, Riau dan Wiwie climber senior perempuan asal Bali.
Menurut Novie Gerardo yang akrab disapa Cadas paling seru saat manjat bareng dengan pendaki senior lewat Jalur Ferata. “Kita manjat sampai ketinggian 300 meter yang merupakan camp puncak Tebing Parang,” terangnya.
Dari ketinggian itu, lanjut Cadas, pemanjat bisa melihat dengan leluasa pemandangan Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, kampung-kampung di kaki Gunung Parang hingga wilayah Purwakarta.
Tebing Parang berada, persis di sisi Selatan Waduk Jatiluhur. Ada tiba tebing berbatuan andesit berbentuk tower yang membentang sepanjang 1,5 Km ke arah Utara-Selatan.
Tower 1 tingginya 950 mdpl, tower 2 (900 mdpl), dan tower 3 setinggi 875 mdpl.
Lintasan tebingnya umumnya slab dan di antaranya berdinding vertikal. Tingkat kesulitan tebingnya VI, 5.9, A 1.
Dinding ini pertama kali dipanjat tahun 1980 oleh pemanjat-pemanjat tebing alami andalan dari Skygers, kelompok pemanjat tebing yang sampai sekarang masih aktif.
Harry Suliztiarto yang menjadi living legend acara ini merupakan climber pertama yang merintis jalur di dinding tersebut,
Berikutnya Mamay Salim dan Djati Pranoto yang merintis Jalur 240 di Tower 2. Selajutnya Gunung Parang dipanjati berbagai kelompok pemanjat untuk ekspedisi.
Ketua panitia Climb with The Legend 2016 Rubini Kertapati menjelaskan dunia panjat tebing Indonesia memang pernah mengalami masa keemasan pada era 80-an.
Sayangnya memudar, terlebih setelah muncul panjat tebing buatan atau wall climbing dengan bermunculan wahana panjat tebing buatan di berbagai tempat seperti kampus, pusat olahraga, dan lainnya di sejumlah kota dan daerah.
Ditambah maraknya kejuaraan panjat tebing buatan dari tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Dengan kata lain lebih mengarah ke panjat tebing prestasi.
“Untuk menggalakkan kembali aktivitas tebing alam di indonesia, dibuatlah acara Climb with The Legend ini,” kata Rubini Kertapati yang akrab disapa Bibin.
Melihat suksesnya acara Climb with The Legend 2016 yang diikuti 55 orang peserta, Bibin yang juga Ketua Bidang Tebing Alam, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) DKI Jakarta mengatakan akan menggelar acara ini setiap tahun dengan biaya yang disesuaikan.
“Tahun depan rencananya masih tetap di Gunung Parang dengan alasan karena masih banyak pemanjat yang mencetak prestasi dan sejarah di Gunung Parang,” ungkapnya.
Bibin membocorkan living legend yang akan dihadirkan pada acara Climb with The Legend tahun depan antara lain Robby dan Sugiharto.
“Mereka dulu yang memecahkan rekor di Jalur 240 Tower 2 yang awalnya 240 menit menjadi 217 menit,” ungkapnya seraya berharap acaranya lebih ramai dan lebih banyak lagi pemanjat tebing Indonesia yang ikut serta.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: novie ‘cadas’ gerardo & bibin
0 komentar:
Posting Komentar