Inilah Dua 'Oleh-Oleh' Menpar Arief Yahya Buat Gubernur Olly Dondokambey Demi Kemajuan Pariwisata Sulut
Potensi wisata Sulawesi Utara (Sulut) luar biasa dan beragam, mulai dari wisata alam, bahari, kuliner, dan budaya. Bahkan di antaranya sudah mendunia namanya. Sayangnya semua itu, belum ditopang dengan kebersihan. Health and hygiene-nya boleh dibilang masih buruk.
Jika hal itu terus didiamkan, dikhawatirkan jadi ‘bumerang’. Terutama bagi wisatawan mancanegara (wisman) asal China yang bulan ini mulai berdatangan usai dibuka penerbangan langsung (direct flight) dari 6 kota di China daratan ke Manado dengan pesawat Lion Air.
Melihat persoalan yang tak sepele itu namun kerap disepelekan banyak pihak, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya tidak tinggal diam.
Pada acara launching Festival Pesona Sangihe 2016 dan Calender of Events 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Selasa (12/7) malam, Arief Yahya menyinggungnya dengan memberi pesan kepada Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang berhalangan hadir namun diwakili Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Sulut Drs Sanny Parengkuan.
“Saya berpesan benar-benar, terutama kepada Gubernur Sulut. Bersihkan Bunaken, bersihkan juga toilet-toiletnya,” ucap Arief Yahya.
Mengapa Arief Yahya sampai berpesan begitu? Dengan kata lain memberi Pekerjaan Rumah atau PR buat Gubernur Sulut. Alasannya karena Sulut, terutama Manado kini tengah dikunjungi wisman asal China yang sebelumnya hanya mau ke Denpasar, Bali.
Soalnya bukan perkara mudah mendatangkan Wisman China ke Manado seperti sekarang ini. Sebelumnya untuk meyakinkan mereka agar mau mampir ke Manado dan daerah lain di Sulut, Arief Yahya harus bolak-balik ke Negeri Tirai Bambu tersebut, samapi tiga kali.
“Nah sekarang mereka sudah mau datang ke Manado. Maaf saya straight to the point, kalau kebersihannya tidak dijaga, toiletnya pun tidak dijaga, saya khawatir meraka tidak mau berlama-lama di Manado dan daerah lain di Sulut,” terang Arief Yahya.
Sebenarnya untuk menyelesaikan masalah itu, mudah saja. Menurut Arief Yahya kalau CEO-nya committed, mulai dari gubernur, bupati, dan walikotanya mau, pasti Manado dan obyek-obyek wisata daerah lainnya jadi bersih, termasuk toilet-toiletnya.
Selain soal kebersihan, Arief Yahya juga berpesan agar Gubernur Sulut mau membuka akses direct flight dari Filipina dan China.
Menurut Arief Yahya untuk mengembangkan pariwisata Sulut, 'Hub'-nya harus Manado dalam hal ini Bandara Internasional Sam Ratulangi. “Kalau Manado baik, seluruh Sulut relatif akan lebih baik,” ungkapnya.
Kata Arief Yahya selama ini hanya ada 1 regular flight Silk Air dari Singapura ke Manado (Bandara Internasional Sam Ratulangi-red), yang beroperasi seminggu 3 kali dan sehari hanya bisa membawa 150 orang per satu pesawat.
“Jadi wajar kalau jumlah wisman ke Sulut kecil. Dengan 1 regular flight tersebut, kalau pun dipaksa-paksa juga tidak akan tercapai 30 ribu wisman yang ditargetkan Sulut tahun ini,” kata Arief Yahya.
Oleh karena itu, kini ditambah dengan charter flight dari kota-kota di China yang sebulan diperkirakan mampu mencapai sekitar 7.500 wisman asal China. Namun itu baru charter flight.
Charter flight itu, lanjut Arief Yahya dari segi waktu kadang tidak menentu, meskipun sekarang ini 37 flight yang datang ke Manado dari China waktunya sudah relatif lebih menentu.
Agar lebih teratur dan pasti waktunya, sebaiknya dijadikan regular flight.
“Jadi mohon dibicarakan dengan rekan-rekan airline dari China untuk merubah 37 charter flight itu menjadi regular flight. Kalau dari jumlahnya, saya rasa sudah cukup untuk terbang ke Manado,” pesan Arief Yahya.
Untuk mencapai target 30 ribu wisman Sulut, sambung Arief Yahya juga perlu tambahan direct flight dari negara lain.
Dia pun mengusulkan agar Gubernur Sulut dan pihak terkait segera melakukan eksplorasi pembukaan direct fight dari Cebu dan Davao di Filipina ke Manado.
“Itu akan relatif lebih mudah daripada kita attract wisman dari China yang terus terang agak susah,” ujar Arief Yahya.
Kenapa dari Filipina? Ternyata wisman yang ingin di-attract dari Filipina itu dari Korea. Koq bisa begitu? Alasan pertama karena jumlah wisman asal Negeri Ginseng yang datang ke Filipina itu lebih dari 1 juta, sedangkan yang datang ke Indonesia kurang dari 500 ribu. Padahal Filipina hanya mengandalkan Cebu dan Davao.
Alasan kedua, jarak tempuh Davao ke Manado terbilang pendek, kurang dari 1 jam penerbangan.
Untuk memuluskan itu, Arief Yahya pun memberikan tips & trick.
“Satu flight kalau mau meng-attract (menarik-red) orang biasanya mintanya mahal sekali. Kalau kita kasih 10 ribu dolar pasti mereka mau. Apa artinya 10 ribu dolar itu kalau dibagi 200 orang per pesawat, berarti harga untuk satu orang wisman itu 50 dolar, itu relatif lebih mahal. Tetapi kalau penerbangan jarak pendek untuk Davao ke Manado tidak perlu semahal itu,” imbau Arief Yahya.
Kenapa Arief Yahya memberi usulan seperti itu? Sebab dia tahu betul kendala atau kelemahan utama pariwisata Indonesia, termasuk di Sulut adalah akses.
Soal potensi wisata termasuk atraksi di dalamnya, dia tidak meragukan itu sama sekali, karena soal atraksi itu Indonesia, termasuk Sulut memiliki segalanya.
Lain hanya dengan akses. Jika akses diperbanyak maka akan lebih mudah memajukan pariwisata. “Once you open up access, you get it all,” tambah Arief Yahya.
Sebelum menutup kata sambutannya dan meresmikan peluncuran Festival Pesona Sangihe 2016 dan Calender of Events 2017 malam itu, Arief Yahya kembali mengingatkan.
“Jadi ini ‘oleh-oleh’ buat Gubernur Sulut. Pertama, jaga kebersihan, termasuk kebersihan toilet-toilet di fasilitas umum dan obyek-obyek wisatanya. Kedua, mohon dibuka akses direct flight dari Filipina kemudian dari China yang semula charter flight menjadi regular flight,” pungkasnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar