Ini Catatan Menggelitik dari Rilis Kunjungan Wisman Bulan Mei 2016
Ada yang menggelitik dari press release yang dikirim salah seorang staff Biro Hukum & Pusat Komunikasi Publik atau Humas, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) via WA kepada Travelplusindonesia tadi siang, Minggu (3/7). Judul siaran pers tersebut: “Wisman Tiongkok Naik, Australia Juga Naik”.
Kenapa Travelplusindonesia sampai mengatakan menggelitik? Ya karena ada beberapa catatan terkait rilis tersebut.
Pertama, dari judulnya saja seakan-akan menunjukkan jumlah kunjungan wisman Tiongkok paling besar pada bulan itu dibanding wisman dari negara-negara lainnya.
Padahal faktanya tidak seperti itu. Kalau naik pertumbuhan wisman Tiongkok memang benar, seperti tertera di alinea ketiga rilis tersebut yang berbunyi seperti ini:
Jika dilihat berdasarkan kebangsaan, kunjungan wisman bulan Mei 2016 di 19 pintu utama dibandingkan bulan Mei 2015 tercatat yang mengalami pertumbuhan yang tinggi. Paling tinggi lompatannya adalah Mesir sebesar 58,05%, lalu Tiongkok sebesar 45,53%, Rusia sebesar 33,50%, Bahrain sebesar 28,91%, dan India sebesar 28,15%.
Berdasarkan data di alinea tersebut, ternyata wisman yang pertumbuhannya tertinggi itu asal negara Mesir. Sementara Tiongkok diurutan kedua.
Lalu bagaimana dengan Australia? Mengapa rilis tersebut juga menambahkan judul: Australia Juga Naik. Padahal data kenaikannya tidak tertera di rilis ini.
Jelas-jelas yang mengalami pertumbuhan tertinggi ketiga, keempat dan kelima selama bulan Mei 2016, sesuai rilis ini adalah wisman asal Rusia, Bahrain, dan India.
Kedua, di rilis ini sama sekali tidak menyinggung sedikitpun mengapa wisman Mesir sampai mengalami pertumbuhan tertinggi di bulan tersebut. Apa faktor pendukungnya? Rasanya itu lebih sesuai dengan fakta yang ada, sekaligus sebagai bahan evaluasi bagi negara lain yang sedikit mendatangkan turisnya ke Indonesia.
Justru yang dikutip pernyataan Menpar Arief Yahya tentang Tiongkok yang semakin menggeser posisi Australia di posisi ketiga terbesar, setelah Singapura dan Malaysia. Katanya selama ini Australia selalu di posisi ke-3.
Ketiga, di alinea keempat rilis ini pun yang diangkat perkembangan kunjungan wisman dari dua negara itu, Tiongkok dan Australia.
Dikatakan Australia itu tidak buruk performance-nya. Dari mana datanya? Bukannya sudah jelas pertumbuhan wisman pada bulan Mei, Australia tidak masuk lima besar.
Data capaian dari bulan Januari hingga Mei 2015 juga membuktikan bahwa yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Mesir sebesar 56,72%, Bahrain sebesar 45,56%, India sebesar 30,64%, Inggris sebesar 25,47%, baru kemudian Tiongkok sebesar 25,27%.
Keempat, di alinea berikutnya dicantumkan pernyataan Menpar Arief Yahya seperti ini: “Tiongkok, India, Mesir, Bahrain, dua tahun berturut-turut tumbuh pesat. Jika akses ke negara-negara itu semakin banyak direct flight, pasti akan bertambah lebih pesat. India yang tidak ada penerbangan langsung saja angkanya sudah lebih dari 35 ribu sebulan, berarti lebih dari 1000 orang per hari? Sudah layak diterbangi oleh Garuda,” kata Arief Yahya.
Lagi-lagi yang disebut lebih dulu adalah Tiongkok, bukan Mesir. Padahal sudah terbukti Mesir selama dua periode Mei 2015 dan 2016, paling tinggi pertumbuhan wismannya.
Berdasarkan fakta itu, kenapa tidak diberi judul saja: Kunjungan Wisman Mesir Tertinggi Mei 2016, Ulangi Tahun Lalu. Rasanya itu lebih pas jika dilihat dari data yang disebutkan di rilis tersebut.
Mengapa pula yang lebih diangkat-angkat itu wisman Tiongkok yang hanya menduduki posisi kedua, apalagi Australia. Seperti ada yang begitu spesial dengan wisman Tiongkok. Apakah karena mentang-mentang tengah gencar digarap dengan anggaran yang cukup besar?
Catatan kelima, pada alinea ketiga kata-kata terakhir tertulis: “…kata Menpar kepercayaan Presiden Joko Widodo.” Hemmm.., apa iya begitu? Apa perlu penyataan subyektif seperti itu? Jujur saja terkesan lebay dan terlalu bermanis-manis.
Sebelumnya penulis sempat bilang ke pengirim rilis ini. “De coba baca kalimat terakhir di alenia ketiga.” Staff itu menjawab: “Menpar kepercayaan Presiden Jokowi? Hahaha.” Penulis membalas lagi: “Iya, masa pake disebut-sebut segala di rilis.”. Staf itu membalas kembali begini: “Maklumlah siapa yg buat.” Terus penulis bilang: “Tenang, ntar mas otak-atik biar ga terkesan carmuk xixixi..” Lalu staff itu kembali menjawab: “iyalaaahh wajib hahaha.”
Catatan keenam, di alinea kelima bagian terakhir, disebutkan “…ungkap Arief Yahya yang juga Mantan Dirut PT Telkom.” Hemmm.., data itu sudah basi.
Rasanya dunia sudah tahu soal itu.
Kalau kata-kata itu ditulis saat Arief Yahya diangkat Presiden Jokowi menjadi Menpar waktu itu, wajar-wajar saja sebab belum banyak orang yang tahu profilnya, atau paling tidak setahun setelah dia menjabat sebagai Menpar. Tapi ini sudah dua tahun, dan pernyataan itu sudah terlampau sering disebut-sebut. Kalau mau, ya diganti dengan predikat baru, terkait prestasi Menpar Arief Yahya teranyar, itu lebih menarik daripada mengulang-ulang itu.
Catatan ketujuh, di alinea pertama rilis ini berbuyi seperti ini: Pariwisata Indonesia semakin bergairah! Optimisme pelaku bisnis Pariwista pun makin pede. Kunjungan wisman ke tanah air selama melalui seluruh pintu masuk pada bulan Mei 2016 adalah 915.206 atau meningkat sebesar 7,37% dibandingkan bulan yang sama, Mei 2015. Tahun lalu jumlahnya 852.388 wisatawan. Bagaimana dengan angka komulatif dari Januari sampai dengan Mei 2016?
Antara kalimat “Pariwisata Indonesia semakin bergairah! Optimisme pelaku bisnis Pariwista pun makin pede”, dengan kalimat selanjutnya “Kunjungan wisman ke tanah air selama melalui seluruh pintu masuk pada bulan Mei 2016 adalah 915.206…” rasanya kurang nyambung.
Catatan selanjutnya, berdasarkan data itu, terbukti bahwa jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Mei 2016 belum menyentuh angka 1 juta.
Padahal Menpar Arief Yahya seperti diutarakan Asdep Bidang Pengembangan Pasar Asia Pasifik Vinsensius Jemadu kepada Travelplusindonesia beberapa waktu lalu, menginginkan kalau bisa setiap bulan, minimal 1 juta wisman tercapai.
Catatan berikut, naiknya pertumbuhan wisman Tiongkok bulan Mei 2016, rasanya wajar-wajar saja. Pasalnya Kemenpar melalui Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, terutama Asdep Pengembangan Pasar Asia Pasifik begitu gencar melakukan promosi di sejumah kota di daratan Tiongkok maupun Great China. Semestinya, pertumbuhan wisman Tiongkok-lah yang harus lebih tinggi daripada Mesir.
Terakhir, terimakasih buat yang sudah membuat rilis ini. Terimakasih juga buat staff Humas Kemenpar yang sudah rajin mengirimkan rilis, spesial rilis ini, sehingga Travelplusindonesia bisa mengotak-atiknya menjadi sebuah tulisan yang 'menggelitik'. Semoga bermanfaat.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar