Menggali Makna Ritual-Ritual Adat Kaili di Festival Pesona Palu Nomoni
Sekurangnya ada 10 ritual adat yang akan ditampilkan dalam Festival Pesona Palu Nomoni tahun ini, di antaranya Pompaura, Balia Tampilangi, Balia Tampilangi Api & Balia Bone, serta Balia Topo Ledo.
Dalam buku panduan acara bertajuk “Festival Pesona Palu Nomoni 2016 Membuka Mata Dunia Menuju Palu Nomoni”, tertera penjelasan masing-masing ritual adat tersebut.
Pompaura, berarti menghanyutkan atau mengarungkan aneka sesajian berupa bermacam makanan dan hasil bumi ke samudera atau laut.
Sesajian tersebut sebelumnya diberi Gane atau mantara atau doa. Harapan ritual ini supaya warga kampung atau tempat berdiam komunitas ini dijauhkan dari bencana dan wabah penyakit mematikan.
Dalam festival kali ini, Ritual Pompaura akan dilaksanakan oleh pelaku ritual dari Kelurahan Balaroa dan Donggala Kodi yang berada di wilayah pegunungan, sebelah Barat Kota Palu.
Ritual Balia Tampilangi lain lagi, ritual satu ini bertujuan untuk menghormati leluhur dan memohon kesembuhan saudaranya.
Warga di sana percaya siapapun yang menyaksikan ritual ini akan bahagia. Bahkan bagi yang sedang sakit, jika hadir dan duduk menonton ritual ini, bisa sembuh. Ritual ini secara tradisi dilakukan selama 3 hari 4 malam.
Ritual Balia Tampilangi Api merupakan ritual pengobatan penyakit turunan dari leluhur yang tidak dapat disembuhkan secara medis.
Dalam ritual ini hadir roh leluhur yang meminjam raga penyelenggaranya. Dalam waktu tertentu, roh leluhur itu akan menyampaikan peringatan kepada pelaku ritual agar tidak melakukan pengrusakan alam, persaudaraan, ataupun merusak diri sendiri, keluarga atau hubungan antar sesama manusia.
Pelaku ritual juga diperingatkan agar senantiasa mengingat Sang Pencipta.
Nanti yang akan melakukan ritual ini adalah etnis Kaili Doi yang menghuni wilayah Palu Utara.
Sementara Balia Bone adalah ritual berjalan tanpa alas kaki di atas bara api dari tempurung yang menyala dan apinya berkobar-kobar setinggi lutut orang dewasa.
Api yang membara merupakan simbol sesuatu yang membuat hati panas dan mudah emosi karena dikendalikan hawa nafsu.
Api tersebut dipadamkan dengan gerakan Tari Topotaro dengan cara menginjak-injak bara api tersebut. Jika padam berarti hilanglah penyakit dan menjauhnya angkara murka.
Satu kagi Rirual Balia Topo Ledo yang bertujuan mendeteksi sumber penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara medis.
Dalam pelaksanaan ritual ini, Gimba (gendang) menjadi benang merahnya upacaya. Gimba digunakan untuk mengundang roh. Dan dalam hitungan menit, pelaku rital ini akan kesurupan dan spontan menari dengan energik mengelilingi Palaka atau tempat menaruh sesajian.
Ungkapan gane (doa) memohon kesembuhan ditujukan ke Pue Ala Taala atau Tuhan yang menguasai langit dan bumi, yang memberikan dan mendatangkan penyakit sekaligus kesembuhan.
Dalam buku itu juga diterangkan mengenai waktu pelaksanaan serangkaian Ritual Adat Kaili tersebut.
Nantinya akan nada 5 titik pertunjukkan yang menyajikan 10 jenis Ritual Adat Kaili. Pesertanya melibatkan 269 orang dari komunitas adat yang ada di Kota Palu.
Rangkaian ritual adat ini akan berlangsung selama dua hari yakni Minggu dan Senin tanggal 25 dan 26 September.
Anda tertarik mengetahui lebih jauh riual-ritual adat Suku Kaili yang juga mendiami wilayah Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah (Sulteng) ini?
Datang saja ke Kota Palu dan saksikan Festival Pesona Palu Nomoni 2016 yang akan berlangsung selama 3 hari 24-26 September mendatang.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: repro buku panduan festival
0 komentar:
Posting Komentar