Mentawai Itu Surganya Bagi Para Surfer
Nama Kepulauan Mentawai kembali mencuat setelah ada pemberitaan terkait gempa berkekuatan 7,8 pada skala Richter yang terjadi pada Rabu (2/3) malam, tepatnya pukul 19.49 WIB. Gempa itu berpusat di perairan sejauh 682 kilometer sebelah Barat Daya kepulauan tersebut. dengan kedalaman 10 kilometer.
Sesuai namanya, Kepulauan Mentawai berupa gugusan pulau yang bersemayam di Samudera Hindia. Secara administratif kepulauan ini masuk ke dalam Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Namun uniknya, penduduk asli kepulauan ini mempunyai kebudayaan yang amat berbeda dengan orang Minangkabau yang mendiami daratan Sumbar. Bisa jadi karena terpisah lautan.
Salah satu perbedaannya, orang Mentawai yang mayoritas non muslim mengenal budaya merajah tubuh atau tato secara turun-temurun, sebagaimana pria Suku Dayak di Kalimantan. Sementara orang Minangkabau yang mayoritas muslim, tidak mengenal sama sekali budaya tersebut.
Sudah sejak lama Kepulauan Mentawai menjadi surganya para peselancar (surfer) dari mancanegara. Pasalnya sejumlah pantai di kepulauan ini memiliki banyak ombak yang menantang untuk diselancari. Gulungan ombak besar di kepulauan ini diantaranya masuk dalam kategori ekstrim.
Ada sekitar 157 lorong ombak di perairan Mentawai yang telah diberi nama oleh para peselancar dunia. Bahkan kedasyatan ombak Mentawai disebut-sebut berada di peringkat ke-4 di dunia. Karena itu Mentawai menjadi salah satu destinasi selancar yang digemari di dunia, selain Hawaii.
Di kepulauan ini ada lebih 70 titik surfing yang indah dan banyak dikunjungi para peselancar mancanegara, 42 di antaranya merupakan spot surfing ekslusif yang menjadi incaran peselancar dunia dengan ketinggian ombak rata-rata 3 hingga 6 meter.
Waktu terbaik untuk berselancar di Mentawai pada bulan April sampai Oktober. Saat itulah ombak di kepulauan ini mencapai titik puncaknya. Tak heran di bulan-bulan tersebut, Mentawai ramai dikunjungi wisman utamanya para peselancar dari berbagai negara seperti Australia, AS, dan beberapa negara Eropa. Sedangkan pada bulan November sampai Maret, ombak di kepulauan ini relatif pendek sehingga kurang menantang untuk berselancar.
Lokasi berselancar di Mebtawai ada di 3 kecamatanz yakni Kecamatan Siberut Selatan, Sipora, dan Kecamatan Pagai Utara. Sebagai daerah tujuan wisata, sport tourism surfing telah membawa nama kepulauan ini kian harum di tingkat internasional. Kompetisi surfing bertaraf internasional pernah digelar Pemkab Mentawai, 23-30 Mei 2012 lalu.
Bukan cuma ombak, kepulauan yang memiliki 10 kecamatan ini pun dianugerahi sejumlah pantai yang menawan. Beberapa di antaranya sudah sangat tersohor di mancanegara seperti Pantai Mapaddegat, Tuapeijat, dan Makakang di Sipora Utara, Simatalu di Siberut Barat, dan Pantai Katiet di Sipora Selatan.
Kelebihan lain Mentawai, wisatawan yang datang juga bisa berwisata budaya di beberapa desa budayanya antara lain Desa Madobak, Ugai, dan Desa Matotona.
Di desa-desa budaya tersebut wisatawan akan disuguhkan suasana keseharian kehidupan masyarakat Suku Mentawai asli yang masih hidup dalam budaya tradisionalnya yakni 'sabulungan'.
Atraksi kesenian yang bisa dinikmatai antara lain ritualisme penghormatan terhadap alam dan beberapa tari-tarian yang mereka sebut turuk antara lain Turuk Laggai, Pok-pok, Bertepuk, Muabak, Bersampan, Manyang, Elang, 'Goukgouk, Ayam, Bilou, dan Turuk Monyet serta tak ketinggalan nyanyi-nyanyian yang dikenal dengan urai.
Atraksi kesenian yang bisa dinikmatai antara lain ritualisme penghormatan terhadap alam dan beberapa tari-tarian yang mereka sebut turuk antara lain Turuk Laggai, Pok-pok, Bertepuk, Muabak, Bersampan, Manyang, Elang, 'Goukgouk, Ayam, Bilou, dan Turuk Monyet serta tak ketinggalan nyanyi-nyanyian yang dikenal dengan urai.
Sabulungan merupakan salah satu kebudayaan tertua di Indonesia. Sa artinya se atau sekumpulan. Sedangkan Bulung adalah daun. Pemahamannya adalah sekumpulan daun yang memiliki kekuatan gaib (magis) yang dikenal dengan sebutan kere atau ketsat. Daun-daun yang memiliki kere/ketsat dimasukkan dalam katsila (bulatan) dibuat dari selingkaran pucuk rumbia atau enau. Katsila dipercayai memiliki tiga roh yakni Tai Ka Bagat Koat, Tai Ka Leleu, dan Tai Ka Manua.
Selain itu bisa melihat Uma atau rumah besar tempat tinggal secara berekelompok sekaligus pusat kebudayaan adat masyarakat Mentawai.
Dalam ragam budaya Sabulungan, arsitektur Mentawai termasuk ke dalam turunan dari arsitektur Indonesia purba yang ada pada masa neolitikum. Arsitektur Mentawai menggunakan bahan dasar alam yang ada di lingkungan sekitarnya. Material ornamen umumnya terbuat dari kulit kayu atau papan sebagai dinding dengan atap rumbia.
Dalam ragam budaya Sabulungan, arsitektur Mentawai termasuk ke dalam turunan dari arsitektur Indonesia purba yang ada pada masa neolitikum. Arsitektur Mentawai menggunakan bahan dasar alam yang ada di lingkungan sekitarnya. Material ornamen umumnya terbuat dari kulit kayu atau papan sebagai dinding dengan atap rumbia.
Wisatawan juga dapat melihat aktraksi pembuatan tato di Desa Matotonan dan Desa Madobak di Kecamatan Siberut Selatan serta Desa Taileleu di Kecamatan Siberut Barat Daya.
Perjalanan ke tiga desa tersebut pun sudah membuahkan pengalaman petualangan yang cukup menantang. Pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 5-6 jam melalui jalur sungai dan jalan setapak dengan rute Muara Siberut-Rokdok-Madobak-Ugai-Matotonan.
Perjalanan ke tiga desa tersebut pun sudah membuahkan pengalaman petualangan yang cukup menantang. Pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 5-6 jam melalui jalur sungai dan jalan setapak dengan rute Muara Siberut-Rokdok-Madobak-Ugai-Matotonan.
Mentawai juga memiliki obyek alam berupa danau antara lain Danau Rua Oinan yang berbentuk seperti muara yang dikelilingi pohon besar, lokasinya di tengah hutan di Dusun Saumanganyak. Selain itu Danau Gojib di Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat.
Kepulauan yang memiliki sebuah taman nasional bernama Taman Nasional Siberut di Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan, Pulau Siberut ini, juga memiliki sejumlah obyek wisata air terjun, antara lain Air Terjun Simtamtaman di Desa Monganpoula, Kecamatan Siberut Utara, Air Terjun Sirilanggai di Desa Sirilogui, Kecamatan Siberut Utara, Air Terjun Kulukubuk setinggi 70 meter yang terdiri dari 2 tingkatan di Desa Madobak, Kecamatan Siberut Selatan, Air Terjun Cimpungan di Desa Cimpungan, Kecamatan Siberut Tengah.
Tak begitu sulit menjangkau Kepulauan Mentawai. Wisatawan dapat menggunakan kapal laut maupun pesawat perintis. Dengan kapal laut, waktu tempuhnya sekitar 14 jam dengan rute Padang-Sipora-Muara Siberut.
Biasanya wisatawan yang datang ke kepulauan ini memakai jasa pemandu atau jasa tour operator. Akomodasi di kepulauan ini pun cukup memadai mulai dari penginapan homestay di sepanjang pinggir pantai sampai resort mewah, seperti Kandui Resort dan Aloita Resort.
Biasanya wisatawan yang datang ke kepulauan ini memakai jasa pemandu atau jasa tour operator. Akomodasi di kepulauan ini pun cukup memadai mulai dari penginapan homestay di sepanjang pinggir pantai sampai resort mewah, seperti Kandui Resort dan Aloita Resort.
Kepulauan Mentawai memiliki luas daratan 6.011,35 Km2 dan 10.099 ,44 Km2 wilayah lautan yang diukur 4 mil keluar pada saat air surut terhadap pulau-pulau terluar.
Gugusan pulaunya berjumlah 100 pulau, terdiri dari 1 buah pulau besar yakni Pulau Siberut dan 99 pulau-pulau kecil yang membentang dari Utara ke Selatan.
Dari beberapa pulau di kabupaten ini terdapat empat pulau yang didiami yaitu Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Pulau Siberut yang berluas 4.030 Km merupakan pulau terbesar di antara pulau-pulau lainnya.
Dari beberapa pulau di kabupaten ini terdapat empat pulau yang didiami yaitu Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Pulau Siberut yang berluas 4.030 Km merupakan pulau terbesar di antara pulau-pulau lainnya.
Adapun ketiga pulau lainnya adalah Pulau Sipora (845 km 2), Pulau Pagai Utara, dan Selatan (1.675 Km 2) yang terletak di sebelah Selatan Pulau Siberut.
Mentawai termasuk kepulauan yang kerap dilanda gempa. Pada 2010, gempa bawah laut berkekuatan 7.7 skala Richter melanda kepulauan ini hingga memicu gelombang pasang yang menerjang ratusan rumah di sedikitnya dua desa pesisir di Pulau Pagai dan Silabu.
Kendati begitu tidak menyurutkan minat wisatawan untuk bertandang, terlebih para surfer dunia. Karena apa? Ya karena Mentawai itu surganya bagi para penari di atas ombak.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: adji & dok.planetsurfonline
0 komentar:
Posting Komentar