22 Obyek Wisata Pilihan Sebelum dan Sesudah Nonton GMT 2016 di Palembang
Nama Palembang kembali melangit. Pasalnya Ibukota Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) ini menjadi salah satu kota di Indonesia yang bakal dilintasi Gerhana Matahari Total (GMT) 2016, pada Rabu (9/3). Tinggal 5 hari lagi lho.
Kabarnya, untuk menjaring wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman), Pemprov Sumsel dengan dukungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar acara nonton fenomena alam langka dan unik tersebut di Jembatan Ampera.
Acara tersebut akan diisi dengan serangkaian kegiatan menarik dari pentas seni hingga suguhan aneka kuliner tradisional.
Gara-gara event untuk menyambut kejadian alam yang terjadi sekali dalam 350 tahun ini, sejumlah travel agent di beberapa kota besar, terpikat membuat Paket Tur Nonton GMT 2016 ke Kota Pempek tersebut.
Sebuah travel agent di Jakarta, misalnya ada yang menjual Paket Wisata Nonton GMT 2016 di Palembang 4 hari 3 malam. Paket tersebut dibanderol Rp 3.1 juta per orang dengan kamar hotel sekamar berdua.
Harga tersebut belum termasuk optional tour, pengeluaran pribadi, tips guide dan sopir serta belum berikut tiket pesawat pergi-pulang (P/P). Tiket P/P Jakarta-Palembang sekitar Rp 600 ribu-Rp 800 ribu, tergantung jenis maskaoai dan kelasnya.
Ribuan wisnus diprediksi bakal berdatangan ke kota yang dialiri Sungai Musi ini, baik melewati tour operator maupun secara mandiri, ala backspackeran atau ada juga yang pergi secara berkelompok kecil atau small group travellers.
Bagi yang membeli wisata travel agent jelas calon wisatawan tinggal mengikuti kegiatan sesuai itinerary, dengan kata lain obyek-obyek wisata sudah ditentukan dalam paket tersebut. Sementara bagi calon wisatawan yang datang secara mandiri, mungkin belum tahu obyek wisata apa saja yang menarik untuk dikunjungi sebelum maupun sesudah selesai menonton GMT 2016 di Kota Palembang.
Berikut ini Travelplusindonesia sajikan 22 obyek wisata di Palembang yang jenisnya beragam, ada obyek wisata sejarah, ziarah, sungai, kuliner, buatan, rekreasi, olahrga, dan obyek wisata religi.
Objek pertama jelas Jembatan Ampera, mengingat acara nonton GMT 2016 dipusatkan di jembatan yang masih menjadi landmark Palembang ini. Jembatan sepanjang 1.117 meter dan lebar 22 meter ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1965, sekaligus menjadi terbesar se-Asia Tenggara pada masanya.
Jembatan ini menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Daya tarik jembatan ini terletak dari arsitektur dan warnanya. Banyak wisatawan lokal dan Nusantara yang mengabadikannya, terutama pada malam hari karena jembatan ini tampil lebih menawan dengan cahaya puluhan lampu hias.
Kedua, Benteng Kuto Besak. Benteng ini dulunya bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Letaknya di Jalan Sultan Mahmud Badarudin, sekitar 1,5 Km sebelah barat laut Jembatan Ampera.
Benteng sisa Kerajaan Palembang Darussalam waktu zaman Belanda ini sengaja yang dibangun dengan biaya sendiri untuk pertahanan menangkal serangan Belanda dan sekaligus rumah tempat tinggal Kerajaan Palembang. Benteng ini menjadi satu-satunya benteng di Indonesia yang menggunakan dinding batu dan juga memenuhi syarat perbentengan atau pertahanan.
Ketiga, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang berlokasi dekat Jembatan Ampera dan juga Benteng Kuto Besak. Gedung museum ini dulunya merupakan salah satu peninggalan dari Keraton Palembang Darussalam. Di dalamnya terdapat banyak sekali benda-benda bersejarah Kota Palembang.
Keempat, Sungai Musi. Untuk menikmati sungai sepanjang 750 Km ini, susuri saja dengan ketek, yaitu perahu kayu tradisional khas Palembang. Ketek ini bisa Anda temui di dermaga kecil di bawah Jembatan Ampera. Tarifnya masih bisa ditawar.
Dengan cara itu, pengunjung bisa melihat kapal-kapal yang bersandar dan deretan rumah apung yang berdiri di atas sungai yang airnya berwarna kecokelatan ini. Malam harinya nongkrong sambil menikmati aneka kuliner khas Palembang seperti pempek, celimpungan, pindang patin, tekwan, dan masih banyak lagi makanan lezat lainnya.
Kelima, Pulau Kemaro. Pulau ini berada di tengah-tengah Sungai Musi, sekitar 6 Km dari Jembatan Ampera. Namanya Kemaro atau Kemara. Dinamakan begitu karena walaupun berada di tengah sungai, pulau ini tidak pernah banjir atau selalu kamerau. Berada di Pulau Kemaro berasa seperti di China.
Terlebih pada Imlek atau Tahun Baru China. Mengapa? Di pulau ini ada pagoda besar dengan 9 lantai. Pagoda yang dibangun tahun 2006 inilah yang menjadi daya tarik Pulau Kemaro.
Selain itu, ada Klenteng Hok Tjing Rio yang berwarna merang menyala, pohon cinta, dan makam Siti Fatimah, putri Raja Palembang yang dicintai pria Keturunan Tionghoa, Tan Bu Ann.Kisah cinta keduanya bak Romeo dan Juliet.
Si pria menikahi sang Putri dengan mas kawin berupa 9 guci emas, namun pada akhirnya pasangan tersebut menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam. Pengunjung yang datang ke pulau ini biasanya dengan perahu kecil yang dapat ditemukan di sekitar Jembatan Ampera.
Keenam, Riverside Restaurant. Restoran di tepian Sungai Musi di seberang Kuo Besak ini berbentuk perahu tongkang dengan dua lantai.
Menu yang disajikan antara lain makanan khas Palembang seperti udang bakar, ikan gurame bakar, sapo tahu, kangkung hotplate, dan lainnya.
Dari restoran ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan Jembatan Ampera yang megah dari kejauhan berikut hilir mudik perahu nelayan.
Ketujuh, Kampung Kapitan. Alamatnya di Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberan Ulu 1, Kapitan Palembang. Letaknya di tepi ulu Sungai Musi. Dari bawah Jembatan Ampera, bisa naik angkutan umum jurusan Ampera-Kertapati dan berhenti di Simpang Pasar Klinik. Dari sana, wisatawan bisa berjalan hingga Simpang 3 dan menemukan papan tulisan Kampung Kapitan di tepi kiri. Rumah di kampung ini kental dengan gaya China dengan sentuhan Palembang.
Ada sekitar 15 rumah namun tidak semua bergaya China. Yang paling menonjol adalah bangunan rumah Sang Kapitan. Bangunan inti di kampung ini terdiri dari 3 rumah yang menghadap Sungai Musi dan memiliki bentuk yang unik. Bagian atapnya mengadopsi gaya rumah di Palembang yaitu berbentuk limas. Sedangkan gaya China terasa di bagian dalam dan bagian tengah kompleks rumah.
Bangunan ini memiliki area terbuka di bagian tengahnya yang berguna untuk jalur masuk udara dan cahaya matahari. Di bagian dalamnya, ada meja altar yang digunakan untuk beribadah. Namun setelah hadir Belanda, rumah ini sedikit juga dipoles dengan sentuhan Eropa.
Kedelapan, Kampung Arab Al Munawwar 13 Ulu. Berada di kawasan 13 Ulu, Palembang, tepatnya di tepian Sungai Musi dan Sungai Ketemenggungan. Di kompleks perkampungan tua ini, terdapat paling kurang delapan rumah yang usianya diperkirakan lebih dari satu abad. Salah satunya, rumah pemukim Arab pertama di Kampung 13 Ulu, Habib Abdurrahman Al Munawar. Dialah Kapten Arab di Palembang.
Keseluruhan rumah yang ada di Kampung ini berkonstruksi panggung dari kayu unglen dan sebagian lagi dari batu. Banyak juga yang berarsitektur limas, seperti rumah Habib Abdurrahman. Kapten Arab kampung ini yang terakhir wafat tahun 1970. Namanya Ahmad Al Munawar yang akrab disapa Ayip Kecik.
Kesembilan, Palembang Sport dan Convention Center (PSCC). Objek ini pernah menjadi venue MTQ Internasional 2014. Lokasinya di Jalan Angkatan 45 atau Jalan POM IX, di kawasan Kampus Palembang yang merupakan jantung atau pusat Kota.
Letak persis gedung yang dahulu bernama sport hall ini bersebelahan dengan Hotel Horison, gedung MPR/DPR lama, dan juga bersebelahan dengan Stadion Madya Bumi Sriwijaya yang berdekatan dengan kawasan Mall Palembang Squere.
Sejak pertama beroperasi sebagai venue penyelenggaraan event Sea Games 2011 lalu, PSCC telah menjadi venue sejumlah event internasional lainya seperti volly asia, sepak takraw dunia, dan terakhir sebagai venue basket dan volley indoor Islamic Solidarity Games (ISG) 2013 dengan kapasitas gedung yang mampu menampung sampai dengan 5.000 pengunjung.
Transportasi umum ke kawasan PSCC cukup banyak. Ada Bis Transmusi yang ber-Ac dengan rute Plaju-PS. Pilihan lain angkot dengan rute Pakjo-Ampera dengan biaya. Kalau dari kawasan perumnas bisa menggunakan angkot dengan rute Perumnas-Ampera.
Kesepuluh, Masjid Cheng Ho. Masjid bernama lengkap Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho ini berada di Kompleks Perumahan Amin Mulia, Jakabaring. Masjid berwarna terang dengan arsitektur yang kental bernuansa Tiongkok ini dibangun atas prakarsa Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Palembang. Pengunjungnya bukan hanya dari sekitar Palembang, melainkan juga dari Malaysia, Singapura, Taiwan, Medan, Jakarta, dana lainnya.
Kesebelas, Stadion Gelora Sriwijaya. Stadion yang beralamat di Jalan Gubernur H.A. Bastari, Jakabaring, Palembang ini sering juga disebut Jakabaring Sport Center Palembang. Ini merupakan tempat olahraga yang lengkap karena dibuat untuk even internasional khususnya perlombaan olahraga. Stadion dengan luas lahan sekitar 40 hektar ini dapat memuat hingga 36 ribu-40 ribu orang dengan 4 tribun (A, B, C dan D) bertingkat mengelilingi lapangan.
Stadion ini menjadi stadion utama pada upacara pembukaan dan penutupan Sea Games 2011. Saat ini Gelora Sriwijaya digunakan oleh Sriwijaya FC sebagai markas dan tempat pertandingan sepak bola.
Di depan stadion ini terdapat Tugu Jakabaring dengan air mancur unik. Banyak wisatawan lokal yang bersantai di tepian danau yang menjadi salah satu venue untuk cabang olahraga ski air pada Sea Games tahun 2011 lalu ini. Di sekitarnya terdapat bangku-bangku taman yang asyik untuk nongkrong di sore hari sambil menunggu dan mengabadikan sunset-nya. Banyak juga yang jogging di sekeliling danaunya.
Keduabelas, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin. Masjid terbesar di Kota Palembang ini berarsitektur gabungan Indonesia, Eropa, dan China. Di dekat masjid megah ini ada 2 pasar yang menjual berbagai macam souvenir, kain tenun, kerajinan kayu, dan aneka makanan.
Ketigabelas, Monpera Palembang. Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat) merupakan monumen yang di dalamnya terdapat museum tentang seluk beluk Palembang. Koleksi museumnya ada mata uang Indonesia dari jaman Soekarno hingga sekarang, photo pahlawan Palembang, senjata, baju, dan peninggalan lain yang berhubungan dengan sejarah Palembang. Lokasinya juga di tengah kota, tidak jauh dengan Masjid Agung dan juga Jembatan Ampera. Tepatnya di Jalan Merdeka Palembang.
Keempatbelas, Gedung Kantor Walikota Palembang. Awalnya bangunan ini menara air yang berfungsi untuk mengalirkan air ke seluruh kota sehingga gedung Kantor Walikota ini juga dikenal juga sebagai Kantor Ledeng. Sekarang gedung ini berfungsi sebagai sebuah Kantor Walikota Palembang. Bangunan yang lokasinya berada di pusat kota ini terdapat lampu sorot di puncak gedungnya yang menerangi sekaligus mempercantik sekitarnya pada malam hari.
Kelimabelas, Kambang Iwak Family Park. Berupa danau wisata yang letaknya berada di tengah kota, dekat dengan tempat tinggal Walikota Palembang. Di tepi danau ini tersedia arena rekreasi keluarga yang ramai dikunjungi pada waktu hari libur. Di tengah danaunya terdapat air mancur yang menawan di malam hari.
Saat ini, selain memiliki berbagai fasilitas permainan, tempat ini juga menjamur sejumlah restoran yang biasa digunakan anak muda kumpul. Pada pagi hari, banyak orang jogging, mengelilingi kolam dengan panjang lebih dari 800 meter.
Keenambelas, Museum Negeri Balaputradewa yang menyimpan banyak sekali benda-benda peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. Juga Museum Tekstil yang menyimpan benda-benda tekstil dari seluruh daerah Sumsel. Lokasinya berada di Jalan Merdeka. Ketujuhbelas, Makam Kawah Tekurep.
Lokasinya di Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II Palembang, sekitar 100 meter dari tepian Sungai Musi. Kompleks pemakaman ini ramai dikunjungi oleh peziarah dari seluruh penjuru tanah air dan luar negeri.
Tidak jauh dari kompleks makam terdapat Kompleks Makam Ki Gede Ing Suro yang merupakan salah satu keturunan Raden Patah, Sultan Demak. Keberadaan Kompleks Makam Ki Gede Ing Suro Mudo ini menunjukkan akulturasi antara budaya Islam dan Hindu. Makam para raja Kerajaan Palembang tersebut dibangun di atas dasar candi Hindu peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Ketujuhbelas, Wisata Bukit Siguntang Palembang. Di bukit yang dipenuhi pepohonan yang rindang ini terdapat makan Raja dan Ratu Palembang dari Kerajaan Sriwijaya serta sejumlah makan lainnya seperti makam Raja Sigentar Alam, Pangeran Raja Batu Api, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Tuan Junjungan, Panglima Bagus Kuning, dan makam Panglima Bagus Karang. Lokasinya di perbukitan sebelah barat dari Kota Palembang.
Kedelapanbelas, Taman Hutan Wisata Punti Kayu. Berupa hutan wisata kota yang lokasinya berada sekitar 7 Km dari pusat kota dengan memiliki luas sekitar 50 ha. Sejak 1998 taman hutan ini sudah ditetapkan sebagai hutan lindung. Dalam hutan ini juga terdapat area rekreasi keluarga yang menyenangkan dan menjadi tempat tinggal dari sekelompok monyet lokal.
Kesembilanbelas, Pusat Kerajinan Songket Palembang. Berada di kawasan Industri Songket Kelurahan 30-32, Kecamatan Ilir Barat, Kota Palembang. Tepatnya di Jalan Ki Gede Ing Suro, Harga Tenun Songket Palembang yang dijual berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Kelebihan tampat ini, pengunjung dapat belanja langsung di tempat pengrajin tenun songket sambil melihat proses pembuatannya.
Lokasinya bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Pengunjung dapat menuju ke Jalan Diponegoro atau Jalan Ki Ranggo Wiro Sentiko, selanjutnya masuk ke Jalan Ki Gede Ing Suro.
Pengunjung yang datang untuk berbelanja songket Palembang di sini bukan hanya orang Palembang, banyak juga para pembeli asal luar kota, termasuk dari negara tetangga seperti Malaysia dan Tahiland. Pilihan lainnya ke sentra kerajinan Songket dan souvenir di Tangga Buntung.
Keduapuluh, Pempek Saga “Sudi Mampir”. Ke Palembang, juga tidak sempurna kalau belum mencicipi makan khasnya yakni Pempek.
Salah satu tempatnya yang tersohor Pempek Saga “Sudi Mampir” yang terletak di Jalan Merdeka No.8, 22 Ilir, tepat berada di depan Kantor Walikota Palembang.
Beberapa jenis pempek yang disediakan di tempat ini, antara lain Pempek Lenggang Panggang atau Tunu, Adaan, Pempek Telor, dan lainnya.
Harga per buah pempek yang disediakan mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 20.000. Pempek Lenggang Panggang merupakan favorit pengunjung dan es kacang merah penutupnya.
Keduapuluhsatu, Mie Celor. Kuliner lain di Palembang yang juga patut dicoba adalah Mie Celor 26 Ilir di Pasar 26 Ilir Jalan Mujahidin dekat jembatan kantor Walikota Palembang. Mie khas ini berkuah santan gurih ditaburi bawang goreng.
Dan terakhir, keduapuluhdua, Martabak HAR. Martabak satu terkenal di Palembang, terbuat dari telur, terigu, dan dicampur beberapa bumbu. HAR singkatan dari Haji Abdul Rozak. Martabak ini biasanya disajikan dengan saus atau kuah yang terbuat dari kentang, air dan bumbu-bumbu. Tempat terbaik untuk menikmati martabak ini ialah Martabak HAR di Jalan Jenderal Sudirman.
Nah, obyek wisata mana yang Anda akan pilih sebelum dan sesudah menonton GMT 2016 di Palembang nanti? Kalau waktunya cukup, sebaiknya datangi semuanya.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar