Lika-Liku Overland dari Pontianak ke Perbatasan Aruk Guna Sukseskan Festival Wonderful Indonesia
Rombongan Wonderful Indonesia harus bersusah payah menerabas medan panjang Pontianak-Aruk sepanjang 300 KM. Kendati sudah dua hari berkendara mobil via darat namun kota tujuan belum juga bisa dilampaui. Rombongan merasakan cuaca dari panas, hujan, sampai ketemu panas lagi. Untungnya sejumlah objek wisata yang dikunjungi menghibur hati.
Itulah sepenggal tantangan yang dialami pihak Kementerian Pariwisata (Kemenpar) saat menggelar Festival Wonderful Indonesia di perbatasan Aruk, Kalimantan Barat, (27/2/2016). Ternyata tak mudah menggelar event di daerah perbatasan yang masih minim infrasturktur dan lainnya. Tantangannya jelas lebih berat dibanding kalau event tersebut bukan berada di perbatasan, misalnya di ibukota provinsi.
Lokasi Festival Wonderful Indonesia di perbatasan Aruk, benar-benar jauh. Dari Pontianak, rombongan harus menempuh perjalanan darat (overland) selama delapan jam. Itupun baru bisa sampai Singkawang. Sabar adalah kunci untuk melampuai perjalanan panjang.
\ Sejak Rabu (23/2) siang, rombongan Wonderful Indonesia mulai start menyusuri mulusnya aspal Pontianak, Ibukota Provinsi Kalbar. Tak ada jalan berlubang. Semuanya mulus. Di kota yang dilalui garis Khatulistiwa itu, rombongan masih dimanjakan dengan indahnya panorama Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Panjangnya mencapai 1.143 Km. Dari pinggir jalan, terlihat anak-anak terlihat bermain-main perahu sampan kecil di tepi sungai.
Setelah Kapuas, ada Tugu Khatulistiwa yang menyapa. Hanya di daerah ini, momen kulminasi atas matahari terjadi. Efeknya, pada saat tepat jam 12 siang, tak ada bayangan benda yang terlihat. Seolah-olah Tugu Khatulistiwa menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi. Saat peringatan titik kulminasi, banyak pengunjung berebut untuk membuktikan fenomena ini.
Setelah itu, masih ada panorama Sungai Landak dan Aloe Vera Center yang bisa dinikmati. Belum lagi tempat kuliner khas daerah di Pondok Pengkang.
Tapi selepas Pontianak, tak ada panorama yang bisa dinikmati. Selama lebih kurang tujuh jam, hanya rumput ilalang dan daerah sepi yang terlihat. Nyaris tak ada lalu lalang kendaraan. Jalan aspal yang mulus seolah tak berujung.
Denyut kehidupan baru terasa menyala saat rombongan masuk ke wilayah Singkawang saat hari berganti malam.
Hiasan lampion masih tertata apik. Nuansa perayaan Cap Go Meh, beberapa waktu lalu, masih sangat terasa.
Saat malam hari, lampion-lampion tadi terlihat indah. Atraksi lampu berwarna kemerahan sangat nyaman memanjakan mata.
Di sinilah, rombongan Wonderful Indonesia rehat sejenak. Semua menginap di Hotel Khatulistiwa.
I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar mengacungkan dua jempol untuk tim ini. Maklum, tim kecil beranggotakan lima orang itu punya misi menaikkan pamor perbatasan Aruk sebagai salah satu destinasi wisata yang memikat.
“Promosi untuk wisatawan mancanegaranya dapat, promosi wisatawan nusantaranya juga dapat. Warga masyarakat di sekitar kawasan Aruk juga dapat manfaat,” jelas Pitana.
Pujian itu dijawab tim kecil tadi dengan kerja solid, cepat dan efektif. Misinya, mengejar kesuksesan promosi pariwisata hingga Kuching, Malaysia.
Perjalanan darat pun berlanjut. Kamis (25/2) pagi, semua tim kembali bergerak menuju Aruk. Panorama apik kembali tersaji. Dari kampung pembuat keramik Singkawang hingga pantai Pasir Panjang, semua diterabas.
Sore harinya, perjuangan tim Wonderful Indonesia belum berakhir.
Di bawah komando Eddy Susilo, Kabid Festival Pemasaran Pariwisata Asia Tenggara Kemenpar, tim ini bergerak ke Swara Sambas FM.
Ini adalah satu-satunya radio yang masih mengudara di Kota Sambas. Gedungnya kecil. Sangat sederhana.
Tapi, radio ini punya banyak pendengar.
Pendengar-pendengar setia itulah yang diharapkan bisa dirayu untuk berkunjung ke Festival Wonderful Indonesia di wilayah perbatasan Aruk. "Ada banyak hiburan yang akan kami tampilkan. Dari mulai lomba nyanyi, atraksi pedangdut nasional, hingga lomba sumpit, semua ada. Kami akan menanamkan brand Wonderful Indonesia di perbatasan Aruk. Yang utama tentunya kami menginginkan warga Malaysia untuk bisa datang ke Indonesia," ujar Eddy Susilo saat talk show.
Sambas akhirnya dijadikan pilihan untuk menginap. Parahnya medan yang akan dilalui menjadi alasan utama. “Medan jalannya bakal sulit dilalui. Masih ada sekitar tiga jam lagi untuk sampai ke Aruk. Sekarang bermalam di Sambas, besok pagi kami lanjut lagi ke Aruk,” terang Eddy.
Sambas punya potensi wisata yang luar biasa. Salah satunya Pantai Temajuk di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Jaraknya hanya 4 kilometer dari Telok Melano, Malaysia. Sekitar 3 jam perjalan dari Kabupaten Sambas.
Keistimewaan pantai ini bergaris pantai sepanjang sekitar 60 kilometer. Suasananya pun masih sepi oleh karena itu menjadi lokasi favorit bagi ratusan penyu untuk bertelur. Di pantai ini sudah tersedia penginapan yang cukup memadai. Dan jika penginapan penuh, pengunjung bisa menginap di rumah warga.
Buat yang gemar ber-snorkeling, di pantai ini ada spot yang menawan untuk itu yaikni di Teluk Atong. Setelah lelah beraktivitas, pengunjung bisa menikmati indahnya matahari terbenam di dermaga panjang yang ada di Dusun Camar Bulan.
Kepala Dinas Pariwisata Olahraga Budaya Sambas, Asmani mengatakan banyak yang bilang tempat ini seperti surga. “Sepotong surga di ekornya Kalimantan, berandanya Indonesia," terangnya.
Di sisi lain yang lebih ujung lagi, ada Aruk yang terletak di Kecamatan Sajingan Besar, Kalimantan Barat. Wilayah daratnya berbatasan langsung dengan Biawak dan Kuching, Malaysia.
Di sepanjang perbatasan Kabupaten Sambas dengan Negeri Serawak itu, terdapat banyak air terjun dan riam yang sebagian besar masih sangat alami karena masih belum tersentuh tangan manusia. Salah satunya yang cukup dekat dengan ibukota Kecamatan Sajingan Besar adalah Air Terjun/Riam Merasap yang merupakan hulu dari Sungai Sajingan.
Disebut Riam Merasap karena air yang deras dari riam ini menimbulkan kabut dingin dari percikan air, karena itulah penduduk sekitarnya menamakan riam ini dengan nama Riam Merasap yang berkeinggian 20 meter.
Keunikan Riam Merasap, setelah menemukan air terjun ini, dengan hanya menyusuri aliran riam pengunjung akan menemukan satu buah riam lagi dengan ketinggian 8 meter yang disebut Riam Naik Kubik.
Di seikitar daerah ini, pengunjung juga dapat melihat langsung kehidupan masyarakat Dayak Selako yang menjadi masyarakat Kecamatan Sajingan Besar.
Dengan dibukanya border Aruk-Sajingan sebagai pintu gerbang perbatasan antara Negara Indonesia dan Negara Malaysia, maka obyek-obyek wisata di kawasan Sanjingan besar layak untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang nantinya diharapkan akan dapat menarik wisatawan khususnya yang berasal dari mancanegara) yang datang/pergi melalui border Aruk Sajingan.
Asmani berharap dengan adanya Festival Wonderful Indonesia semakain banyak orang yang tahu kemudian dating ke Air Terjun Riam Merasap. “Mudah-mudahan ini bisa jadi destinasi wisata bagi warga perbatasan di Malaysia,” harapnya.
Selama ini banyak warga Malaysia yang menikmati Air Terjun Riam Merasap ini, dikarenakan jarak dari Titik Nol Perbatasan Indonesia dan Malaysia ke lokasi air terjun tersebut hanya berjarak 10 Km. Sementara dari jalan raya Sajingan berjalan kakau ke riam tersbut cuma sekitar 2 Km.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: adji, dok.perbatasanindonesia & kalbar’paradise
0 komentar:
Posting Komentar