Festival Karamean Desa Sukses Sosialisasikan Branding Pesona Indonesia
Satu lagi event budaya sukses digelar untuk memperkenalkan branding promosi pariwisata nusantara “PESONA INDONESIA” ke masyarakat luas sekaligus melestarikan kesenian yang ada di Jawa Barat. Even tersebut bertajuk Festival Karamean Desa yang mengambil tempat di Bale Rame Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, pada Sabtu (27/2) malam.
Festival yang baru pertama diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), khususnya bidang Pengembangan Segmen Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, bekerja sama dengan Kawasan Budaya Sabilulungan Kabupaten Bandung ini, menampilkan Wayang Ajen sebagai acara andalan.
Selepas Isya, penonton mulai berdatangan. Kabarnya sejumlah guru yang ada di Kabupaten Bandung diundang untuk menyaksikan Wayang Ajen. Penonton Wayang Ajen kali ini sengaja tidak disediakan kursi, melainkan karpet merah untuk duduk gaya lesehan. Terlihat dan terasa lebih membumi.
Ada tiga layar di panggung utama yang ditempatkan di arena pertunjukan terbuka (dome) yang disebut bale rame, yang bangunannya beratap dan berkerangka besi berwarna kuning. Layar utama berada di tengah, persis di belakang panggung. Ukurannya cukup besar sekita 3 X 4 Meter. Dua layar lagi, masing-masing berdiri di sisi kanan dan kiri panggung dengan ukuran yang sama. Di masing-masing sisi panggung ada deretan wayang golek beraneka macam, jumlahnya ratusan.
Tepat pukul setengah sembilan acara utama pun dimulai setelah Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar Raseno Arya tiba dilokasi bersama Prof.Dr.H.Dadang Suganda, M.Hum dari Fakultas Ilmu budaya Unpad Bandung dan tamu VIP lainnya.
Sebelum Wayang Ajen beraksi, ada kesenian Kacapi Centreng yang dibawakan dua pria muda yang masing-masing memiankan alat musik gesek. Keduanya berkolaborasi dengan Kacapi Jenaka, yakni dua penyanyi pria kocak yang berkebaya perempuan.
Setelah itu persembahan Tari Ketuk Tilu khas Jawa Barat yang sudah dimodifikasi, yang dibawakan seorang penari perempuan dan seorang penari laki-laki. Selanjutnya Tari Tayub asli dari Kabupaten Bandung yang dibawakan seorang penari pria dewasa yang memakai baju putih dan penutup kepala seperti Blangkon Jawa.
“Festival Karamean Desa ini dibuat untuk mensosialisasikan branding pariwisata nusantara Pesona Indonesia agar masyarakat khususnya di Kabupaten Bandung dan sekitar mengetahuinya,” kata Raseno Arya dalam sambutannya.
Menurut Raseno banyak kesenian atau tradisi di Jawa Barat yang sudah hampir punah dan tidak dikenal masyarakat luas. “Dengan festival budaya ini diharapkan kesenian dan tradisi tersebut jadi kembali hidup, berkembang, dan terlestarikan,” tambahnya.
Selanjutnya prosesi penyerahan Tokoh Wayang Pesona Indonesia dari Raseno Arya ke Ki Dalang Wawan Ajen, selaku dalang Wayang Ajen sebagai tanda dimulainya pertunjukan wayang tradisi tersebut.
Namun sebelum Ki Dalang Wawan Ajen beraksi, Prof.Dr.H.Dadang Suganda menyampaikan pengantar tentang apa itu Wayang Ajen dan lakon yang akan disuguhkan dalam Bahasa Sunda.
Menurut Prof.Dr.H.Dadang Suganda, Wayang Ajen itu wayang golek yang dikemas secara kekinian. “Wayang yang satu ini setiap tampil senantiasa merekonstruksi kembali struktur yang sudah ada untuk diaktualisasikan dalam format baru,” terang Prof.Dr.H.Dadang Suganda.
Kali ini, lanjut Prof.Dr.H.Dadang Suganda, Wayang Ajen menampilkan tokoh-tokoh wayang golek baru seperti wayang Tokoh Pesona Indonesia sesuai dengan tujuan festival ini untuk memperkenalkan branding Pesona Indonesia.
Sebagai bukti bahwa festival ini memang utamanya untuk mensosialisasikan branding Pesona Indonesia, nampak di layar utama muncul video branding Pesona Indonesia dan logonya berkali-kali, diselingi slide foto Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar Esthy Reko Astuti, Raseno Arya, serta foto Bupati Kabupaten Bandung Dadang M. Nasser.
Bukan cuma itu ratusan standing backdrop bertuliskan Pesona Indonesia dan logonya juga terpasang di arena Bale Rame, termasuk spanduk bertuliskan dan bergambarkan hal serupa di sepanjang jalan menuju lokasi acara.
Selanjutnya Ki Dalang Wawan Ajen yang akrab disapa Kang Wawan pun beraksi memainkan Wayang Ajen dengan lakon berjudul Satria Panji Anom yang akan menyebarkan virus positif Pesona Indonesia.
Mungkin karena ingin cerita wayangnya mudah dimengerti penonton yang sebagian besar orang Sunda, Kang Wawan menggunakan Bahasa Sunda saat mendalang.
Strategi itu memang cukup berhasil, namun bagi penonton yang kurang memahami Bahasa Sunda agak kesulitan mencernanya, padahal seperti biasa Kang Wawan selalu menyelipkan istilah-istilah kekinian atau bahasa gaul dalam berdalang agar tidak berjarak dengan penonton.
Andai saja Kang Wawan menyelinginya dengan Bahasa Indonesia, pasti penampilannya malam itu akan lebih menggigit lagi sebab akan lebih mudah dicerna oleh penonton yang tidak paham Bahasa Sunda.
Namun secara keseluruhan, aksi Kang Wawan berhasil bukan hanya menghibur penonton yang tetap setia duduk hingga larut malam, sampai pertunjukan habis, pun turut memperkenalkan branding Pesona Indonesia.
Rupanya Kang Wawan juga berhasil membuat kaget sejumlah rekan kerjanya di Kemenpar. Maklumlah dia pun berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kemenpar, bahkan dia staffnya Raseno Arya.
“Diam-diam Kang Wawan bikin kejutan, punya kelebihan yang tidak semua orang bisa. Orangnya low profile, “ kata salah satu rekan kerjanya di Kemenpar saat menyaksikan penampilannya malam itu.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Captions:
1. Berfoto bersama sebelum memainkan Wayang Ajen di Festival Karamean Desa
2. Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar Raseno Arya menyerahkan wayang Tokoh Pesona Indonesia kepada Ki Dalang Wawan Ajen selaku dalang Wayang Ajen.
3. Penonton tetap bertahan menyaksikan Wayang Ajen di Festival Karamean Desa hingga larut malam.
0 komentar:
Posting Komentar