. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 20 Januari 2016

Peresean "Gladiator"-nya Orang Sasak, Pemikat lain KEK Mandalika

Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang kini berstatus Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), bukan hanya menawarkan suguhan pesona alam menawan terutama bahari berupa pantai dan perairan serta resort-resort berkelas dunia lengkap dengan aneka fasilitas olahraga, dan lainnya. Pun budaya yang unik, salah satunya Peresean yang disebut-sebut gladiator-nya orang Sasak, penghuni asli Lombok. 

Peresean merupakan seni tarian asli Suku Sasak di Lombok. Tarian ini dibawakan dua Pepadu atau pria dewasa yang jago memainkan sebilah tongkat rotan (penjalain) sebagai alat pemukul dengan tameng yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau yanga disebut ende

Atraksi 'gladiator" khas orang Sasak ini dipimpin oleh wasit yang disebut Pakembar. Jumlahnya dua orang juga, yaitu Pakembar Sedi (wasit pinggir) dan Pakembar Teqaq (wasit tengah). Tugas keduanya mengawasi jalannya pertandingan, termasuk memisahkan kedua pepadu apabila pertarungan berjalan terlalu serius.

Pakembar juga bertugas memeriksa kesanggupan para pepadu untuk melanjutkan pertarungan, serta memilih petarung dari kerumunan penonton. Para pemainnya tidak boleh mengenakan baju alias telanjang dada. 

Setelah Pakembar memberi contoh, baru adu pukul dimulai. Praakk.. Prakk.. Begitu bunyi tongkat kayu saat menimpa perisai masing-amsing. Mereka saling puluk dan saling tangkis sampai badannya keringatan. Hemm.., seru tapi ada perasaan ngeri juga.

Tarian yang konon sudah ada sejak abad ke-13 ini dilakukan pria Sasak yang sudah dewasa untuk membuktikan kejantanan.

Selama tari Peresean berlangsung, akan diiringi dengan musik gamelan khas dari Lombok seperti rincik atau simbal, sepasang kendang, gong, kajar, dan suling. Bunyinya begitu menghipnotis, penonton seakan dibuat larut dalam suasana pertarungan. Jantung pun dibuat berdegup kencang saat melihat kedua pepadu adu pukul dengan tongkat rotan.

Masing-masing petarung bertarung selama lima ronde. Aturan mainnya, pepadu tidak boleh memukul bagian kaki, paha, dan selangkangan. Bagian tubuh yang boleh dipukul adalah pundak, kepala, dan punggung. Pepadu yang berhasil memukul kepala lawannya mendapat nilai tinggi, apalagi kalau sampai kepala lawannya bocor berdarah. Pemain yang kalah ditentukan oleh wasit jika ada salah atunya yang mundur dan terjatuh.

Keunikan Peresean ini, salah satu Pekembar meminta pengunjung atau wisatawan turun ke lapangan untuk mencoba melakukan Peresean dengan iringan musik. 

Usai bertarung, kedua pepadu saling berpelukan, tak ada yang dendam karena ini cuma permainan tradisional warisan nenek moyang mereka yang hingga kini tetap hidup dan menjadi daya tarik wisata. 

Selain dilombakan pada acara khusus seperti perayaan 17 Agustus-an dan lainnnya, Peresean juga kerap ditampilkan untuk menyambut atau menghibur wisatawan usai berkeliling Desa Sade, sekaligus memperkenalkan seni tari khas Suku Sasak. 

Desa Sade dihuni oleh Suku Sasak yang menetap di rumah asli Sasak yang atapnya terbuat dari rumbai ijuk dan lantai serta dindingnya bersemen campuran kotoran sapi atau kerbau yang masih fresh. Ada puluhan rumah tradisional Sasak di desa ini yang letaknya saling berdekatan satu sama lain. 

Masyarakatnya dikenal sebagai penenun, terutama kaum perempuan. Sementara kaum prianya peladang tadah hujan. Di desa ini juga banyak kios yang menjual hasil kerajinan masyarakatnya seperti aneka tenun berupa lembaran kain tenun, sarung, syal, ikat kepala, tas, baju, kaos, aksesoris kalung dan gelang. Asyiknya lagi, pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan tenun oleh kaum ibu dan nenek setempat.

Usai mengeliling desa ini dengan pemandu lokal dan kemudian membeli aneka kerajinan khasnya, pengunjung dihibur dengan 4 tarian tradisional seperti Tari Gendang Belek, Petuk, Amad Tempengas, dan Tari Peresean. 

Di tarian Peresean yang melambangkan keberanian, ketangkasan, dan ketangguhan inilah, Anda dapat menjajal ketangkasan adu pukul tongkat rotan. Saat bertarung, Anda bakal merasa sedang berlaga bak seorang gladiator di Eropa pada zaman baheula seperti yang saya rasakan. 

Dulunya tarian ini dipergunakan Suku Sasak untuk melawan para penjajah dan musuh. Tarian yang dianggap keramat ini kemudian menjadi tradisi sampai sekarang. 

Mau coba gladiator ala orang Sasak di Lombok? Datang saja ke Desa Sade, desa tradisional asli Suku Sasak yang menjadi daya pemikat lain bagi KEK Mandalika. 

Desa Sade letaknya tak jauh dari Bandara Internasional Lombok, Praya, Lombok Tengah. Desa adat ini berada di tepian Jalan Raya Praya. Ada tanda plang nama dan replika bentuk atap rumah khas Suku Sasak. Bisa juga melihat tarian Peresean ini saat penyelenggaraan event Festival Senggigi di daerah Pantai Senggigi, Lombok Barat.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP