Mengurai Bosan di Pantai-Pantai Garut Selatan
Jenuh berwisata pegunungan dan pedesaan di Garut, cobalah bergeser ke pantai-pantainya yang bersemayam tak bisa diam di Garut Selatan. Di sana, bosan Anda dijamin bakal terurai oleh rangkaian pantai yang masing-masing menyimpan pesona menakjubkan. Salah satu pantainya bahkan pernah menjadi lokasi favorit tuan dan nyonya Belanda, tempo doeleoe.
Pantai pertama di Garut Selatan yang dapat Anda sambangi adalah Sayangheulang. Pantai sepanjang lebih dari 2 Km dengan lebar pantai sekeitar 50 meter ini terletak di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk. Lokasinya sekitar 5 Km dari Alun-Alun Pameungpeuk.
Pesona pantai ini terletak dari hamparan pasirnya yang halus berwarna putih. Perairannya berwarna hijau kebiru-biruan karena dasar lautnya curam dan memiliki berpalung laut. Pantai yang status kepemilikan berada ditangan Polisi Air dan Udara ini, jadi pada waktu-waktu tertentu pantai tersebut dijadikan tempat latihan tentara.
Keistimewaan lainnya, pantai ini langsung menghadap Samudera Indonesia ke arah Selatan, oleh karena itu ombaknya lumayan besar. Rata-rata tinggi gelombangnya 2 – 3 meter. Tapi tak usah khawatir karena bentangan pantainya cukup lebar dan datar, sehingga aman untuk bermain asal tidak berenang terlalu jauh. Di pantai yang berbatasan dengan Desa Jatimulya di sebelah Utara, Desa Pamalayan (Barat), dan Desa Manddtakasth di sebelah Timur ini juga sudah ada penjaga pantai yang selalu siap siaga mengawasi pengunjung.
Aktivitas yang dapat dilakukan di pantai ini, selain bersantai di pantainya, juga bisa bermain debur ombak, papan selancar, sepak bola, dan voli pantai. Di pantai ini ada fasilitas olahraga berupa lapangan voli.
Dulunya, Pantai Sayangheulang juga memiliki gumuk pasir sebagaimana Pantai Parangtritis di Yogjakarta. Sayangnya, gumuk pasir sepanjang tiga Km di pantai ini diratakan demi alasan pembangunan pariwisata pada tahun 1980-an. Hanya tersisa sebagian gumuk di bagian timur pantai. Gumuk pasir ini awalnya membentang dari muara Sungai Cipelebuh sepanjang 15 Km.
Puas bersantai di Pantai Sayangheulang, lanjutkan perjalanan ke Pantai Santolo. Pantai ini sebenarnya masih satu rangkaian dengan Sayangheulang, hanya saja terhalang oleh muara.
Untuk sampai ke Santolo yang berada di Kecamatan Cikelet ini, pengunjung harus menyeberangai muara dengan perahu nelayan setempat yang beroperasi setiap saat. Tarifnya cuma Rp 2.000 per orang. Tapi jika membawa kendaraan, harus putar balik arah menuju jalan utama dan meneruskan sampai menemui Lapangan Sepak Bola Kiarakohok lalu belok kiri.
Pesona Santolo lebih menakjubkan dibanding pantai sebelumnya. Di pantai ini pengunjung dapat melihat dan mengabadikan dua fenomena alam yang menakjubkan. Ketika pagi pemandangan matahari terbi (sunriset) dan saat senja panorama matahari tenggelam (sunset)-nya amat menawan. Kedua pesona alam itu kerap diburu para penggemar fotografi landscap pantai.
Hamparan pantainya yang berpasir putih dan lembut, memanjang dari Barat ke timur. Namun di beberapa bagian pantainya penuh dengan batuan karang, Deretan terumbu karangnya menjadi rumah bermacam biota laut.
Di pantai ini juga terdapat Muara Cilauteureun yang cukup populer. Penduduk lokal pun menyebut pantai ini dengan nama Pantai Cilauteureun. Cilauteureun dalam Bahasa sunda berarti laut yang berhenti. Dinamakan demikian karena air laut di muara ini bergerak bukan menuju laut, melainkan kembali lagi ke arah muara. Sederhananya biasa disebut air laut yang mengalir ke darat. Airnya jernih dan bersih. Banyak pengunjung yang mengabadikan fenomena alam langka ini. Konon peristiwa seperti ini hanya bisa ditemukan di dua tempat, yakni di Santolo Garut dan Prancis.
Kelebihan lainnya di sana terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan menjadi tempat berlabuh dan berkumpulnya para nelayan tradisional. Pengunjung bisa menyewa perahu untuk menikmati deburan pantai ombak Selatan yang cukup menantang. Bisa juga mencoba permainan water sport banana boat untuk memacu adrenalin. Harganya cukup terjangkau sekitar Rp 25.000 per orang.
Ombak Pantai Rancabuaya cukup besar karena berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sementara tepi pantainya berstruktur bebatuan karang yang cukup besar sehingga tidak cocok untuk aktivitas berenang.
Namun pantai ini punya keirtimewaan dengan adanya Curug Karma. Air terjun ini tercurah dari tebing batu dan menghadap arah pantai. Banyak pula jenis hewan laut lain yang dapat ditemui di sektar curug seperti kerang, kepiting laut, bintang laut yang ikut terdampar. Pengunjung kerap mencari ikan-ikan kecil di bebatuan karang yang terbawa oleh ombak
Pantai-pantai di Garut Selatan punya sejarah unik sebagai pangkalan kawasan militer jaman Belanda dan Jepang. Di Pantai Santolo misalnya, masih ada sisa-sia bekas bangunan Belanda, berupa bangunan bekas dermaga dan jembatan rel lori besi yang dahulu digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil perkebunan teh dan karet.
Hingga kini pun masih banyak peninggalan bungker yang ditemui di sepanjang pantai. Sempat tertutup untuk masyarakat umum, pantai kemudian berkembang menjadi destinasi wisata regional.
Lahan yang dulunya menjadi kawasan militer tersebut, kini dikelola oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai lokasi peluncuran roket.
Bahkan pantai di Pameungpeuk pernah menjadi lokasi liburan favorit tuan dan nyonya Belanda tempo doeloe. Jejaknya antara lain bisa dilihat dari foto-foto tua tahun 1920-an di situs Museum Tropen, Belanda.
Di situs museum tersebut di antaranya ada foto-foto karya Thilly Weissenborn (1889-1964), fotografer perempuan pertama di Hindia Belanda. Karya perempuan asal Jerman yang lahir di Jawa Timur, menetap di Belanda, dan 20 tahun tinggal di Garut ini antara lain foto pantai di Pameungpeuk, foto interaksi warga lokal dengan pihak kolonial Belanda, hingga indahnya kelokan tajam perbukitan dari Kota Garut menuju Pameungpeuk. Sewaktu menetap di Garut, Thilly mengelola studio Foto Lux yang kemudian menjadi miliknya. Studio beralamat di Societeitstraat 15 (sekarang Jalan Ahmad Yani).
Garut Selatan berjarak sekitar 90 Km dari pusat Kota Garut dan memakan waktu 3,5 jam dengan kendaraan roda empat. Rutenya Garut – Cikajang – Cikelet – Pameungpeuk. Meskipun cukup jauh, namun suasana perjalanan menuju ke pantai ini sangat memanjakan mata dengan pemandangan yang menyajikan pegunungan dengan jalan berkelok-kelok dan di beberapa titik dapat melihat air terjun yang tersembunyi dikelebatan rimba perbukitan, serta melewati perbukitan kebun teh dan hutan lindung.
Pengunjung yang menggunakan kendaraan umum ke Garut Selatan, biasanya naik angkutan umum mikrobus (ELF) jurusan Pamengpeuk dari Terminal Guntur, Kota Garut. Tarifnya sekitar Rp 25.000 per orang.
Rute lainnya dari Ciwidey – Cisewu – Bungbulang – Pameungpeuk. Jalur ini lumayan jauh dan belum ada kendaraan umum. Tetapi sebagai gantinya kita disuguhi pemandangan yang sangat bagus.
Pengunjung yang darang dari Kota Bandung, juga ada yang melalui rute Ranca Bali – Naringgul – Cidaun – Rancabuaya – Santolo atau lewat jalur alternatif yaitu melewati Pangalengan. Lama perjalanan Bandung – Penganlengan – Ranca Buaya kurang lebih 4-5 jam.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut Mlenik Maumeriadi mengatakan Pantai Santolo merupakan salah satu obyek wisata pantai yang ramai dikunjungi saat musim libur termasuk Lebaran. Wisatawan Nusantara (wisnus) yang datang ke pantai-pantai di Garut Selatan ini bukan hanya dari Garut namun juga Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, dan Cianjur.
Selain Sayangheulang, Santolo, dan Rancabuaya, sebenarnya masih ada obyek pantai lain di Garut Selatan. Sepanjang perjalanan menyisir pantai antara Santolo dengan Rancabuaya, misalnya ada pantai-pantai yang indah dan belum bernama.
Dari pantai tak bernama itu, lalu ada Pantai Cicalobak yang berada di antara pantai tak bernama dengan Puncak Guha. Dari Puncak Guha pengunjung dapat menikmati keindahan pantai selatan dari puncak tebing. Di lokasi ini pun terdapat gua, karena itulah dinamakan Puncak Guha.
Terakhir Pantai Sancang di wilayah hutan Sancang. Hutan Sancang ini dipercaya angker, konon menjadi tempat menghilangnya Prabu Siliwangi saat dikejar-kejar oleh anaknya Prabu Kiansantang. Salah satu cara untuk mencapai Pantai Sancang melalui jalan memasuki hutan. Pengunjung ada yang naik ojek motor, tak sedikit yang berjalan kaki sekitar 2 Km.
Berwisata ke Garut Selatan tak perlu bingung bermalam dimana. Di Pameungpeuk tersedia banyak penginapan dari penginapan biasa, losmen, bungalow hingga hotel melati I-III, di antaranya Hotel Wira Kalingga Jalan Raya Pamengpeuk No 102, Pondok Karang Asri Jalan Raya Pameungpeuk Km.12 No. 10, Penginapan Amboina Jalan Cilauteureun No. 19, Penginapan Barokah Raya Cilauteureun, Penginapan Biasa Jalan Cigodek, Penginapan Citra Agung Jalan Cilauteureun No. 785, Penginapan Rahmat Jalan Cilauteureun No. 10, dan Wisma LAPAN di Jalan Cilauteureun.
Untuk urusan isi perut, di Pameungpuek juga tersedia warung-warung sederhana dan rumah makan yang menyajikan aneka hidangan laut yang segar. Kalau mau beli oleh-oleh seperti kaos dan aksesoris dengan harga terjangkau, juga ada kios-kios cinderamata di sana.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar