Kontribusi Kuliner Terhadap PDRB Indonesia Capai Rp 209 Triliun
Dalam rangkaian perayaan Hari Pariwisata Dunia atau World Tourism Day 2014, Omar Niode Foundation bekerja sama dengan World Food Travel Association serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyelenggarakan Seminar Menggali Ragam dan Bisnis Wisata Kuliner di Jakarta, Senin (29/9).
Plt Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenparekaf, Dadang Rizki Ratman dalam sambutannya di seminar ini mengatakan kuliner merupakan sub-sektor ekonomi kreatif ke-15 yang dikembangkan sebagai produk unggulan agar menjadi daya tarik pariwisata sekaligus menjadi citra dan identitas bangsa.
Hal inilah yang mendorong Kemenparekraf untuk mencanangkan 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI) sebagai platform awal pengembangan kuliner Indonesia dengan tumpeng sebagai lokomotif penggeraknya sejak 2012 lalu. “Diharapkan nanti ada sejumlah ikon makanan dan minuman Indonesia lainnya, karena Indonesia memiliki ribuan jenis makanan dan minuman tradisionalnya," terangnya.
Dalam waktu dekat ini, lanjutnya pemerintah akan mengeluarkan Cetak Biru Industri Kreatif, termasuk sub-sektor kuliner.
Menurut Dadang promosi 30 IKTI selama ini melalui kedutaan-kedutaan besar sebagai jamuan makan bagi para tamu, instusi pendidikan, dan asosiasi. “Tahun depan diperkirakan masih sama ditambah dengan berbagai event terutama lewat institusi pendidikan,” jelasnya.
“Mudah-mudahan kuliner kita memiliki standar, ada sertifikasi usahanya sehingga berkualitas dan berdayasaing terlebih menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA sebentar lagi,” tambah Dadang.
Erik Wolf selaku pembicara utama seminar ini mejelaskan yang dimaksud wisata kuliner adalah pengalaman mencari dan menikmati makanan dan minuman unik dan mengesankan baik di tempat jauh maupun dekat
Manfaat wisata kuliner menurut Erik yang dikenal sebagai pionir industri wisata kuliner dunia dan pendiri situs World Food Travel Association (WFTA) ini antara lain dapat meningkatkan jumlah turis, penjualan dan pendapatan dari pajak. “Lewat wisat kuliner juga akan muncul ; keunggulan kompetitif baru; kepedulian komunitas terhadap pariwisata dan makanan-minuman unik di tempat mereka; serta banyak mendapat liputan media,” jelasnya.
Sekretaris Omar Niode Foundation, Terzi Niode mengatakan pihaknya sebagai lembaga nirlaba terus meningkatkan kepedulian masyarakat dalam bidang pertanian, pangan. dan kuliner, khususnya pemuda. ”Kami berharap dapat terus menjalin sinergi dengan pemerintah, dunia usaha dan para profesional untuk menggali kekayaan kuliner Indonesia dan manfaatnya bagi masyarakat,” ujarnya.
Selain Erik Wolf, nara sumber lain dalam seminar ini ada Arie Parikesit dari Kelana Rasa yang merupakan Koordinator Expedisi Warisan Kuliner ke lebih dari 100 kota yang meliputi seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu ada Ade Putri Paramaditha, seorang foodtective, pemburu kuliner yang sangat berpengalaman, dan Rudiana, pelaku industri pariwisata.
Seminar Menggali Ragam dan Bisnis Kuliner ini dihadiri lebih dari 250 peserta, yang mewakili Kemenparekraf dan berbagai kementerian, asosiasi terkait, pelajar dan mahasiswa/i, dan komunitas kuliner serta media.
Berbagai data muncul dalam seminar ini antara lain kontribusi wisata kuliner terhadap perekonomian banyak negara sekitar 25% dengan informasi bahwa pada tahun 2007 nilai wisata kuliner di Amerika Serikat sebesar 52 milyar USD. Sedangkan di Kanada pada tahun 2010 sekitar 9 milyar CDN dan di Indonesia kontribusi sektor kuliner terhadap PDRB Indonesia tahun 2013 mencapai Rp 209 triliun.
WFTA mencatat industri wisata kuliner mencakup 20 segi luas yang dikategorikan dalam kelompok Food & Beverage yang terdiri atas restoran & jasa makanan minuman, produsen & distributor makanan, produsen & distributor minuman, kursus dan kelas memasak, acara kuliner, pedagang & toko kuliner, ladang dan pasar petani. Kelompok berikutnya Travel & Hospitality (organisasi pemasaran destinasi wisata, operator wisata kuliner, pemandu, paket dan agen perjalanan, penginapan, atraksi kuliner, pertemuan, dan konvensi).
Selanjutnya kelompok Related Groups (asosiasi & kelompok dagang, mahasiswa dan peneliti, media, jasa profesional, platform teknologi, dan pemerintah). Dan terakhir kelompok Consumers atau konsumen.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Tumpeng jadi ikon utama Kuliner Tradisional Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar